All Chapters of Hasrat Tuan Pengacara: Chapter 21 - Chapter 30
37 Chapters
Patah Hati
Steve turun dari mobil dan masuk ke dalam cafe mimosa. Cafe tempat biasa dia nongkrong dengan Damian kalau sedang menunggu waktu malam untuk berburu perempuan.Ternyata dokter Monik sudah lebih dulu menunggunya. Dia mengambil meja di sudut kafe dekat jendela yang membentang besar hingga terpampang pemandangan jalan raya. Tempat itu memang bagus, selain tidak mencolok, pengguna juga bisa menikmati pemandangan di luar jendela.Ketika Monik melihat Steve muncul dari pintu cafe, dokter itu langsung melambai ke arah Steve sehingga Steve langsung tahu posisi Monik.Steve mendekat, "kau sudah pesan sesuatu?" Tanya Steve sambil mengambil duduk di hadapan Monik, "kamu dapat posisi oke ya di sini," puji Steve."Aku baru datang." Ucap Monik."Aku pesankan teh ya. Disini, kopi dan tehnya enak." Terang Steve yang dijawab dengan anggukan Monik."Aku baru kali ini keluar sama teman SMP, yang lain kayaknya banyak yang terpencar ke luar kota." Tukas Monik ketika Steve sudah duduk."Aku juga kaget dan
Read more
Angela Kembali
Damian menangkap keterkejutan pada wajah Aniela, bahkan dia menangkap mata yang ketakutan. Damian juga memergoki jari jari Aniela bergetar dan perempuan itu berusaha menyembunyikannya dengan menurunkan tangannya dan menyembunyikannya di balik meja.Lalu, Damian bertanya lagi, "nyonya kenal pemuda di photo ini?"Aniela menaikkan wajahnya, lalu matanya menatap ke arah Damian, perempuan itu terlihat gelisah. Lantas kemudian menggeleng, setelahnya aniela menunduk."Nyonya," Damian berujar, "nyonya tidak perlu takut, saya berada di pihak nyonya. Seperti yang saya bilang tadi, saya adalah pengacara nyonya, saya harus mengetahui semua hal yang nyonya tahu secara jujur. Bagaimana saya membela nyonya kalau nyonya tidak jujur kepada saya?" Aniela menatap Damian, wajahnya terlihat cemas. Perempuan itu meremas remas ujung bajunya."Nyonya Aniela?" Panggil Damian lagi.Aniela menggeleng-gelengkan kepalanya, entah maksudnya menggeleng karena tidak mengenal, atau karena tidak ingin bicara.Damian m
Read more
Laila Dan Rama
Laila kemudian berputar di sisi Rama, melirik lelaki itu dengan genit, namun Rama hanya diam saja, tidak membalas dengan tatapan lapar. Malah Rama membuang muka ketika Laila naik ke pangkuannya dan memperlihatkan dua buah dadanya.Aneh...batin Laila. Lelaki manapun yang dia dekati pasti akan langsung melihat ke arah dua buah kembarnya. Mereka seolah ingin menyentuh dan menguasainya. Tapi, kenapa lelaki ini malah membuang muka dan enggan melihat dirinya.Laila lalu menyentuh bahu Rama, kemudian berputar sekali untuk melepaskan diri dari Rama.Rama menatap Laila, mata keduanya bertemu. Laila tersenyum, tapi Rama tidak membalas tersenyum.Ah, pikir Laila, sepertinya lelaki ini tidak akan mengajaknya untuk menari khusus di ruang VIP.Empat puluh menit mereka menari, dan kini semua penari masuk ke dalam lorong panggung yang. Dipisahkan gorden. Tubuh Laila berkeringat dan mengipas-ngipas menggunakan tangannya untuk meredakan lelah dan panas.Erna masuk ke dalam, dan kemudian mendekati Miche
Read more
Sang Pianis
Laila buru-buru menutupi perasaannya yang kacau karena pertanyaan itu. Sesungguhnya kematian pianis itu memang sudah didengarnya jauh jauh hari. Waktu wilayah Laila dikerumuni banyak orang dan wartawan, Laila tahu ada yang terjadi, namun dia tidak tahu apa itu. Besoknya baru dia tahu dari tetangga sebelah tentang kematian Seorang pianis yang terkenal di Dunia musik dan internasional.Pemukiman Laila berasa di sisi Utara, berdampingan dengan sebuah komplek perumahan elite. Pemukiman tempatnya tinggal berada di lembah, Yang berarti ketinggian tempatnya berbeda. Kalau musim hujan datang, lokasi tempatnya tinggal yang pertama kali kebanjiran. Seperti sifat air, mereka akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, dan itulah yang terjadi di pemukiman rumahnya tinggal.Kompek orang kaya di atas itu tidak pernah tersentuh banjir, seolah semua aliran air yang kotor-kotor akan menjamah pemukimannya. Akibatnya seringkali penduduk sekitar melakukan protes pada pihak komplek sebelah, tapi s
Read more
Butuh Uang
Laila diam, lalu kemudian menatap Anggara yang duduk sambil memegang tuts piano."Beri aku waktu untuk memikirkannya." Ucap Laila dengan suara pelan.Anggara tersenyum, "aku masih disini, bila kau sudah siap." Tambah Anggara.Laila bangkit dari duduknya, napasnya di tarik hingga memenuhi rongga dadanya. Lalu dia menghembuskan napas itu dengan cepat.Laila kemudian pamit untuk pulang, dalam kepalanya terbayang tawaran dari Anggara dan menggigil sendiri.Menjadi penari telanjang? Tidak terpikirkan dalam otaknya dia akan melakukan hal memalukan yang menjual harga diri perempuan seperti itu. Memikirkan dirinya berdiri bertelanjang tubuh dihadapan satu orang saja sudah membuat Laila gemetar, apalagi harus telanjang dan dipandang banyak mata. Laila tidak bisa membayangkan bagaimana grogi dan takutnya dia melakukan itu. Entah tekat apa yang akan menggerakkan dirinya melakukan tarian striptis.Ketika sedang berjalan menuju gang menuju rumahnya, Laila kaget karena saat itu para tetangga berker
Read more
Kesepakatan Kejam
Tangan Laila terasa berkeringat, lalu dengan tanpa sadar gadis itu menggenggam erat tangan Anggara.Anggara menghentikan laju jalannya, dia seolah menyadari kegugupan Laila. Lalu kemudian satu tangannya dipengang di tangan Laila yang memeluk tangannya erat."Tenang saja La, ini tidak semenakutkan yang kau kira kok." Hibur pemuda itu.Berkat ucapan Anggara, Laila bisa menaklukkan rasa takutnya. Kakinya dan kaki Anggara melangkah kembali menyusuri lorong. Akhirnya mereka sampai di sebuah pintu yang dipalang dengan sebuah tali tebal dan dijaga oleh dua orang lelaki berotot besar.Anggara mendekat ke arah dua lelaki itu, berbicara sebentar yang langsung disambut dua laki-laki itu dengan ramah. Padahal, tampang dua lelaki itu saja sudah bikin Laila merasa ingin kencing ditempat.Setelahnya, salah satu lelaki berotot besar itu membuka tali yang menutupi pintu tersebut. Lelaki itu mengawal Anggara dan Laila melewati Lorong lain. Sebelumnya Laila sempat melihat sebua panggung dan sebuah grand
Read more
Menjual Keperawanan
Laila menatap ke arah Ratna dengan pandangan tidak percaya, "maksudnya aku harus menjual diri?""Ah, kamu cepat mengerti." Ratna mengangguk sambil tersenyum, dia menghisap rokoknya kuat-kuat lantas menyemburkan asap dari bibirnya."Tapi, saya bisa kan hanya bekerja sebagai penari saja?" Ratna menatap ke arah Laila, merasa gadis dihadapannya sangat bodoh karena menolak mendapat uang secara cepat. "Tentu saja, tapi seperti yang aku bilang di depan, kamu harus kerja selama enam bulan dan tidak dibayar. Untuk melunasi hutangmu di awal ini." Terang Ratna sambil tersenyum.Laila sekarang berada dalam dilema berat. Dia membutuhkan uang itu. Ayahnya sedang berada di ICU, dan membutuhkan uang yang banyak, memang biaya ayahnya ditanggung BPJS, tapi ada obat obat tertentu yang harus dia tebus dan tidak ditanggung BPJS. Ditambah lagi, saat ini dia harus membiayai adik adiknya, kontrakan rumah, listrik dan air. Dirinya tidak punya pekerjaan lain, dan sekarang pi
Read more
Merindu
Damian melihat di atas mejanya, tumpukan data yang sepertinya sudah dikerjakan oleh Titania semalaman. Dengan hati-hati dilihatnya data tersebut, dan dipelajarinya. Data yang terdiri dari kertas dua puluh lembar itu berisi informasi dan photo Johan Bahar. Isinya lebih lengkap daripada berita kabur dari internet. Untuk sebuah pekerjaan satu malam, hasilnya cukup memuaskan.Damian mempelajari kertas-kertas tersebut, lalu kemudian dia memencet tombol yang menghubungkan dirinya dengan sang sekertaris.“Tit, bisa ke ruangan saya sebentar.”“Baik Pak.” Titania menghela napas, rasanya pundaknya Sudah pegal karena semalaman berkutat dengan data yang diberikan adiknya. Elegi memang luar biasa, dalam semalam, dia bisa mengumpulkan data tentang seorang yang lumayan tertutup dari media. Walau, yah Titania tahu cara yang dilakukan oleh adiknya illegal, tapi selama dia menutup mulut, sepertinya itu tidak akan jadi masalah.Titania membuka pintu ru
Read more
Pengungkapan Yang Gagal
Damian mendesah ketika mendapatkan pertanyaan tersebut. Entah kenapa dia seolah disadarkan bahwa perempuan dihadapannya adalah istri orang. Damian menggerakkan tangannya dan membiarkan Aniela duduk di depannya. Wajah gadis itu terlihat kuyu, tapi kecantikannya tetap bersinar.“Duduk dulu Nyonya,” ucap damian.Aniela lantas duduk di bangku, dihadapan damian. “Saya sudah menunggu dari kemarin, namun suami saya tidak kunjung menemui saya.” Keluh Aniela pada damian.“Nyonya, jangan berpikiran buruk. Bila suami nyonya kemari, dikhawatirkan media akan mengendus mengenai kasus ini. Hal ini sangat sensitive. Jadi, saya harap nyonya bersabar kalau hanya saya saja yang berkunjung.” Jelas Damian.Aniela menghela napas, lalu dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Lalu kemudian dia mengangkat wajahnya dan memandang pengacaranya, “Lalu, kapan saya bisa keluar dari sini. Saya sungguh-sungguh tidak betah.”
Read more
Tertangkap Basah
Monik memerah mendengar ucapan Steve yang seolah sungguhan. Sedikit sulit dia memahami lelaki di hadapannya ini. Monik langsung menutup mulutnya.“Kamu tuh, beneran deh Steve. Aku tuh sampai kaget rasanya jantungan kalau denger kamu ngerayu gitu, kayak ada rasa manis-manisnya gitu…” ucap Monik membalas rayuan Steve dengan gaya seolah terpesona.Steve tertawa. “Ohya, gimana obatnya, sering minum kan, sakitnya udah kurang nggak?”Deg! Rasanya jantung Steve seolah jatuh dari tempatnya mendengar pertanyaan dari Monik. Dia merasa gugup hingga dengan cepat diraihnya gelas kopinya dan langsung diteguk sampai lupa dengan late art yang tergambar indah dipermukaannya.“Kamu tuh, bikin aku jantungan dengar pertanyaan kamu gitu!” keluh Steve ketika dia selesai meminum kopinya. Kumpulan busa putih tampak mengumpul di sekeliling bibir Steve, membuat Monik menjadi gemas melihatnya.Monik mengambil tisu, lalu den
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status