Semua Bab Menjadi Istri Rahasia CEO Dingin: Bab 181 - Bab 190
335 Bab
181. Permintaan Husein Pada Habiba
“Maaf. tapi Mas Tomy cukup mewakiliku sebagai wali. Kalau aku katakan ini lebih awal, mungkin ibu juga tidak setuju dan bahkan mungkin menjadi penyebab terhalangnya proses kembalinya aku pada Mas Husein,” sahut Habiba dengan lirih. Fatona melenggang pergi begitu saja dengan ekspresi kesal.Habiba sadar sepenuhnya bahwa diamnya Fatona adalah puncak kekesalannya. Tidak perlu ia mengejar Fatona untuk membahas masalah ini, cukup didiamkan saja dulu, nanti pasti Fatona akan lebih baik saat sudah tenang.“Aku tahu ada banyak orang yang tidak mendukung hubunganku dengan Habiba. Jika dulu kelas sosial menjadi alasan, tapi aku tidak tahu sekarang alasan apa lagi yang membuat semua orang masih mengintimidasi hubungan kami,” ucap Husein kembali mulai bersuara.“Kau tidak perlu mengumumkan hal ini, itu sudah menjadi masalahmu. Aku dan suamiku tidak lagi berurusan dengan itu,” sahut Amira. “Di sini, aku hanya sebagai pasien yang harus dirawat oleh Habiba. Itu saja.”Ternyata Amira masih b
Baca selengkapnya
182. Making Love
Habiba memaku seketika merasakan sentuhan telapak tangan Husein yang berlabuh di kulitnya. Setelah sekian lama, akhirnya tangan yang dulu pernah menjamahnya itu kembali melakukan hal yang sama. Habiba membiarkan saja. Tanpa perlu harus merasa canggung, gugup atau pun salah tingkah. Ia menikmati saja. Bahkan ketika Husein melepas bra yang dia kenakan. Membuatnya pasrah hanya mengenakan bawahan saja.Husein sekilas saja melihat bagian menarik yang menggoda. Ia heran melihat Habiba yang terlihat santai sekali tanpa merasa canggung meski kini wanita itu dalam keadaan setengah tak berbusana. Telapak tangan Husein salah satunya menggenggam milik Habiba yang polos."Tidak muat lagi. Ukurannya beda. Makin besar." Husein mengelap dada Habiba menggunakan handuk kecil yang dia gapai begitu saja dari gantungan.Habiba diam saja dadanya dilap oleh Husein. "Jangan mutar- mutar di situ terus ngelapinnya."Husein pun menyudahi kegiatannya."Sudah?" tanya Habiba."Pakai bajumu!" titah Husein.Hab
Baca selengkapnya
183. Terganggu Lagi
Sebenarnya Habiba sudah capek, tapi pancingan Husein berhasil. Dan ia pun harus melayani suaminya dengan baik.“Mommy!”“Astaga!” Husein menggeleng mendengar teriakan keras dari luar. Dia sedang bekerja keras dan Qansha mengganggunya.“Itu Qansha.” Habiba ingin berhenti.“Kilat saja.” Husein mempercepat kegiatannya.Inilah momen menyebalkan yang membuat Husein jadi seperti dikejar setan. Kepalanya pasti akan pusing jika proses pengulangan ini tidak diselesaikan.Terpaksa Habiba menunggu hingga Husein ‘selesai’.Disaat bergerak cepat, tiba- tiba handle pintu bergerak, suaranya cukup menakutkan di telinga Husein."Aku tidak mengunci pintu tadi," bisik Husein."Oh tidak. Hentikan!""Sebentar lagi.""Qansha bisa saja memergoki kita begini." Habiba panik sambil menarik selimut untuk antisipasi.Handle kembali bergerak dan bersuara. Kletek.Akhirnya pintu terbuka."Ya Tuhan!" Husein menarik selimut sembari melompat ke samping. Selimut menyelamatkan aset terpenting. Pun Habiba yang g
Baca selengkapnya
184. Kewalahan Seorang Diri
Habiba membawa nampan berisi sop hangat, dia sudah masak untuk kedua mertuanya itu. Ia akan membawa dua mangkuk sup itu ke kamar Amira. Mertuanya itu minta supaya makannya diantar ke kamar.Sejak pagi tadi, Habiba berjibaku di dapur memasak seorang diri. Dia harus memasak banyak untuk memasakkan seluruh penghuni di rumahnya. Termasuk Alka dan Amira.Fatona sama sekali tifak keluar dari kamar sejak subuh. Padahal biasanya dia selalu lebih awal ke dapur untuk mempersiapkan kegiatan masak memasak. Tapi kali ini tidak.Mungkin Fatona masih merasa marah atas keputusan Habiba yang diam- diam telah menikah dengan Husein kembali.Tepat saat melewati kamar Fatona, Habiba berhenti sebentar. Hatinya sangat ingin memasuki kamar itu dan menyapa sang ibu, tapi urung. Ia memilih untuk membiarkan ibunya sendiri dulu. Kesendirian akan lebih membuat pikiran jauh lebih tenang.Habiba melanjutkan langkah menuju kamar mertuanya. Terlebih dahulu ia meletakkan nampan ke meja dekat pintu, barulah ia membuk
Baca selengkapnya
185. Sosok Ayah
"Ayo, Mom. Mandikan Qansha!" Qansha yang rambutnya sedikit acak- acakan itu menarik lengan Habiba. Tarikan itu tanpa sengaja membuat tangan Habiba menyenggol kuat kaki Amira."Aduh!" Amira merintih merasakan kakinya sakit akibat tersenggol. "Suruh anakmu keluar! Dia menyakitiku!"Habiba hanya melirik singkat wajah Amira tanpa ingin menanggapi. "Sebentar, Qansha. Mama sedang mengganti perban Oma.""Ini Qansha jadi ya panggil orang ini dengan sebutan oma?""Ini memang oma kamu. Ayo, kamu tunggu di luar." Habiba tersenyum."Cepat, Ma." Qansha menghambur keluar.Baru saja Habiba menyelesaikan pekerjaannya mengganti perban, tiba- tiba ponselnya berdering.Habiba mengabaikannya, ia mengambil obat dari laci dan menyediakannya beberapa butir ke meja."Ibu makan obat ini!" ucap Habiba yang seperti biasa menyediakan obat untuk Amira. Tak lupa ia juga menyiapkan obat untuk Alka.Deringan ponsel berulang. Habiba pun merogoh hp dan mengapitnya diantara pundak dan pipi."Halo sayang! Kenapa lama s
Baca selengkapnya
186. Dua Wanita
"Bagus. Susu itu sehat," ucap Husein setelah beberapa detik terpaku."Jus juga sehat. Kak Sakha lebih suka jus dari pada susu," sahut Qansha."Pintar semua!" Husein mengangguk. "Baiklah, sekarang kalian harus segera berangkat ke sekolah."Husein membantu tubuh Sakha turun dari kursi yang cukup tinggi. Ia menghampiri Qansha yang juga sudah selesai makan dan menurunkan badan anak itu dari kursi. "Kalian berangkat sekolah bersama dengan papa," ucap Husein sambil melirik ke arah Habiba. Qansha menggeleng. "No. Aku tidak mau.""Mamamu belum mandi. Dia harus bersiap secepat kilat, setelah itu dia tidak punya waktu untuk mengantar kalian karena harus segera ke rumah sakit. Sebentar lagi mamamu akan telat," sahut Husein."Papa berkata benar, kalian pergilah bersama dengan papa. Mama tidak bisa antar pagi ini." Habiba langsung menghambur pergi begitu saja untuk segera mandi.Husein menatap satu per satu wajah anak- anaknya. Qansha tampak kecewa. Sakha cuek saja. Asik memainkan kencing bajun
Baca selengkapnya
187. Dilamar Pria Lain Depan Suami
Mereka kemudian berjalan beriringan di koridor. Habiba berjarak dengan Husein, ada dua pria asal Jepang yang menjadi pembatas diantara sepasang suami.istri yang dirahasiakan itu."Tuan Husein sudah lama menikah dengan Nyonya Cindy bukan? Seingat saya sudah beberapa tahun silam info seputar pernikahan bapak beredar di media. Berapa anak Tuan sekarang?" tanya Asahi mengajak Husein mengobrol rileks."Belum ada," jawab Husein. Serba salah. Mengaku punya anak juga itu adalah anaknya Habiba. Mengaku belum punya anak juga sudah ada dua. Beginilah nasib Habiba yang sejak dulu dijadikan istri rahasia. Bahkan sampai sekarang, disaat mereka sudah saling cinta, di depan umum pun masih harus menyembunyikan status pernikahan mereka. Sebab di depan umum, demi menjaga nama baik, maka Husein tetap harus berkomitmen bahwa istrinya adalah Cindy, satu- satunya istri. Pun itu adalah salah satu syarat yang diminta Cindy jika Husein mau kembali pada Habiba.Sebenarnya terbesit dalam benak Habiba, sampai
Baca selengkapnya
188. Tergila-gila Mendadak
“No. Jadikan pekerjaan sebagai teman, termasuk bos. Saya juga mempekerjakan pegawai begitu. Tidak perlu ada kesenjangan antara bawahan dan atasan,” timpal Tuan Asahi. “Tuan Husein, bermitralah dengan pekerja Anda. Nyonya Habiba butuh rileks untuk menghadapi dunia. Biarkan saya yang menjadi calon suaminya. Saya jatuh cinta dan saya tidak mau menunda lagi untuk mengungkapkan ini.”Habiba makin membungkam. Ternyata segila ini lelaki yang berhadapan dengannya sekarang. Dia jelas seorang yang ambisius, tak mau menunda waktu untuk kemauannya. Tapi dia adalah lelaki yang bersungguh- sungguh.Meski gila, namun kesungguhannya tidak diragukan lagi.“Saya takut kesempatan ini tidak akan terulang lagi. Beginilah saya adanya, langsung pada topiknya tanpa harus mengulur waktu. Apa yang menjadi harapan saya, maka akan langsung saya sampaikan tanpa harus menunggu waktu,” ungkap Tuan Asahi penuh percaya diri.Jika dilihat dari cara bicaranya yang dipenuhi dengan kepercayadirian penuh, dia terbiasa deng
Baca selengkapnya
189. Kecupan Cinta
"Maaf," lembut Husein sambil meraih tangan Habiba dan menggenggamnya erat. Tatapannya lekat ke mata hitam Habiba. Yang ditatap merasa seperti terhunus sesuatu yang tajak hingga mengalihkan pandangan. Selalu saja Habiba kalah saat bersitatap dengan pria itu. "Aku telah membuatmu berada di posisi ini. Aku suamimu, tapi aku harus menyaksikanmu dilamar oleh pria lain di hadapanku. Sialnya, aku tidak bisa berbuat lebih." Husein mempererat genggamannya. Genggaman itu mengantarkan sesuatu yang hangat sampai ke jantung Habiba. Dan entah kenapa Habiba mampu memaklumi situasi itu. Hanya satu hal yang membuatnya bertahan, ia yakin suatu saat Tuhan akan memberikan jalan untuk Habiba lepas dari status istri rahasia. Disembunyikan itu tidak enak. Namun, ia saat ini menikmati keadaan itu. Ia menjalani dengan lapang hati selagi Husein berada di pihaknya.Tidak banyak tuntutan Habiba, cukup Tuhan menyatukan keluarga mereka seperti sekarang ini, meski ada Cindy diantara mereka."Kau harus mencari
Baca selengkapnya
190. Godaan Dari Husein
Seharian, Habiba tidak melihat keberadaan Fatona setelah kemarahan ibunya itu beberapa waktu lalu. Bahkan tidak terlihat di sekitaran rumah. Apakah mungkin fatona berdiam di dalam kamar seharian?Tidak ada bekas piring kotor milik Fatona, tidak ada tanda- tanda Fatona melakukan aktifitas keseharian di rumah.Kemana Fatona?Habiba merindukan ibunya. Setidaknya sehari bertemu sekali saja. itu sudah cukup melepas rasa rindu.Bagi Habiba, sehari tidak melhat wajah ibunya, seperti ada yang kurang dalam hidupnya. Mungkin ini karena sudah menjadi kebiasaan dalam kesehariannya, selalu menatap wajah sang ibu meski hanya beberapa menit saja.Alangkah mengejutkan, Habiba bahkan tidak menemukan ibunya itu di kamar. Kamar dalam keadaan kosong. Loh, ibu kemana? Habiba mulai panik. Apakah sekesal itu Fatona terhadapnya sampai mendiamkannya begini?Habiba terduduk di sisi kasur. ‘Ibu… Aku masih bisa menahan jika suami, anak, kakak atau siapa pun marah kepadaku. Tapi jika ibu yang marah,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
34
DMCA.com Protection Status