"Sisa-sisa terakhir? Manusiawi?" Mandalini bergema, matanya menggelap semakin dalam, "Aku mengerti sekarang, kamu benar berbeda. Tidak terikat apapun bahkan emosimu sendiri, menginginkan tujuan yang lebih besar dalam umurmu yang terbatas. Membenci orang lain karena kebodohan mereka dengan pilihan kehidupan dan dengan sukarela memilih untuk menjadi normal dan biasa-biasa saja.""Mengejutkan! Sepertinya kamu lebih memahami pemikiranku, lebih dari yang kuperkirakan. Jadi, apakah itu berarti kita sudah berteman sekarang? Bisakah kamu menjawab beberapa pertanyaan yang selama ini ada di benakku?" Ekspresi David yang tadinya bosan menjadi cerah bergairah dan lebih bersahabat.Mandalini berjalan ke arah David, tubuhnya hanya terdiri dari kepala, tubuh bagian atas, dan lengan kirinya."Boleh saja, tapi bukankah akan rugi bagiku jika hanya aku yang menjawab pertanyaanmu?" Mandalini melanjutkan dengan sedikit tersenyum,"Aku akan menjawab salah satu pertanyaan mu dengan imbalan kamu menjawab sa
Baca selengkapnya