All Chapters of Madeline dan Dua Pewaris Tampan: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
11. Percobaan Pembunuhan
Madeline menemui Sean segera setelah dia menerima telepon. Mereka bertemu di taman kota. Bagi Sean, tempat itu cukup romantis dengan lampu-lampu kota yang berkelap-kelip dan gemerlap di kejauhan. Pohon-pohon besar berdiri tegak, memberikan nuansa hening dan damai. Di malam hari, suasananya menjadi lebih tenang dan indah dengan pemandangan langit malam yang ditaburi bintang. "Maafkan aku, Mady," ujar Sean dengan nada serius. Madeline diam. Sejujurnya, dia merasa bersalah karena Sean tidak tahu bahwa kekasih yang dipujanya ini telah bercinta dengan kakaknya sendiri.Rasa bersalah mendera Madeline. Dia tidak kuat menyimpan kebohongan ini lagi. Hatinya hancur saat membayangkan betapa sakitnya Sean jika mengetahui semua ini. Sean adalah laki-laki baik. Mencintainya tanpa syarat, dan memberikan segalanya untuk membuatnya bahagia. Dan Madeline? Dia telah mengkhianati cinta mereka dengan cara paling buruk yang bisa dibayangkan oleh siapa pun.Malam itu menjadi semakin dingin seiring waktu be
Read more
12. Kecurigaan Darren
Madeline merasa ketakutan yang begitu mendalam saat laki-laki tersebut semakin memperketat cengkeramannya dan memutar tubuhnya dengan kekuatan yang lebih besar. Dia berteriak dengan maksud memohon agar nyawanya tidak diambil. "Jangan bunuh aku!"Kejutan yang tidak terduga melanda Madeline saat dia melihat wajah pria itu dengan jelas. "D-Darren?" Madeline berkata dengan suara yang gemetar, matanya masih memancarkan ketakutan yang mendalam. "Ini aku, Madeline." Dengan napas tersengal berusaha menenangkan Madeline.Madeline merasakan betapa takutnya dirinya saat itu. Air matanya tidak bisa terbendung lagi dan mengalir deras di pipinya. Dalam keadaan yang rapuh, dia memeluk Darren dengan kuat, seolah mencari perlindungan. Darren dengan lembut mengusap bahu Madeline. "Jangan takut, aku di sini untuk melindungimu." "Aku takut," ucap Madeline dengan suara terputus-putus, masih dalam ketakutan yang melumpuhkan dirinya. Dia bingung dan tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan dal
Read more
13. Nekat
Cressida merasa begitu senang ketika melihat Darren memasuki ruangan. Dia segera berdiri dari kursinya, matanya berkilauan dengan antusiasme dan senyuman lebar terpampang di wajahnya.Namun, Darren tidak membalas senyumnya. Sebaliknya, ekspresi wajahnya tegang dan matanya memancarkan kemarahan yang tidak bisa dia sembunyikan. Cressida tidak menaruh curiga mengapa Darren tidak senang melihatnya."Apa yang kau lakukan pada Madeline!" Darren berteriak, suaranya bergema di seluruh ruangan, membuat Cressida terkejut."Apa?" Cressida menggelengkan kepalanya, tidak mengerti. Dia menatap Darren dengan tatapan bingung."A-ku tidak melakukan apa-apa," jawab Cressida, suaranya gemetar. Dia tidak mengerti mengapa Darren begitu marah padanya. Dia berusaha mencari tahu apa yang dia lakukan salah, tetapi dia tidak bisa menemukan jawabannya. Darren menggenggam sesuatu di tangannya. Dengan gerakan cepat, dia membuka layar ponsel dan menunjukkan sebuah foto kepada Cressida. Foto itu adalah foto seoran
Read more
14. Si Perempuan Licik
Ellena duduk di sisi tempat tidur putrinya. Dia menatap Cressida yang masih berbaring tak sadarkan diri, hatinya remuk melihat keadaan putrinya. "Cressida, Sayang, kenapa kau melakukan ini?" bisiknya lembut, suaranya serak oleh tangis. Matanya berkaca-kaca, menatap putrinya yang tampak begitu rapuh di atas tempat tidur rumah sakit. Darren juga ada di sana. Dia menatap Cressida, matanya terasa dingin dan tak berperasaan. Anehnya, dia tidak merasa bersalah sama sekali atas percobaan bunuh diri yang dilakukan Cressida. Tidak mau dianggap sebagai monster, Darren dengan ragu-ragu meraih dan menyentuh tangan Cressida yang terbaring lemas. "Putriku hampir memotong nadinya karenamu!" pekik Ellena tiba-tiba menyalahkan Darren atas kejadian ini. "Tega sekali kau mengakhiri hubungan kalian!" Darren hanya bisa menghela napas, mencoba menahan amarah yang mulai membanjiri hatinya. Dia tidak bersalah, tetapi dipojokkan. "Sikap Cressida yang keterlaluan," balas Darren dengan nada datar, mencoba
Read more
Merebut Madeline Kembali
"Darren, aku dengar kau tidak pernah menemui Cressida selama dia sakit?" Nyonya Sinclair baru kembali dari Hongkong beberapa hari kemudian langsung menuju Darren di kediamannya. Tidak peduli kalau hari sudah larut malam, dia tetap ke sana. Karena wanita itu tahu jika matahari sudah terbit, anaknya akan menjadi manusia paling sibuk yang tidak akan punya waktu untuk ditemui.Malam itu, Darren sebenarnya juga lelah. Sudah seharian penuh dia bekerja dan harus menahan sakit hati sekaligus sakit kepala saat mendengarkan Sean yang mengatakan semua tentang Madeline. Dunia terasa seperti akan menghancurkannya di detik-detik seperti ini.Josy malam itu harus terjaga kembali untuk membuatkan minuman bagi Nyonya Besar tersebut. Ini sebuah kejutan yang tidak menyenangkan. Darren ganya bisa mendengkus menyambut ibunya di ruang tamu."Aku tidak perlu menjenguknya." Jawaban Darren membuat Nyonya Sinclair terkejut. "Darren, kau ini!" Nyonya Sinclair mencoba menahan marahnya. "Jangan sampai ayahmu y
Read more
Setelah Malam Ini, Aku Pergi
Cahaya lampu yang redup dan suara embusan angin malam dari jendela terbuka semakin menambah suasana menjadi semakin intens. "Mady—" ucap Darren, matanya menatap Madeline dengan tatapan hangat, penuh cinta. Rasa cintanya begitu jelas terpancar dari kedua mata birunya yang dalam."Kau tidak bisa menolakku, Mady," ujar Darren dengan tegas. Matanya menatap Madeline dengan penuh hasrat, seolah-olah dia bisa melihat ke dalam jiwa perempuan itu. Suaranya berat dan penuh dengan emosi, membuat detak jantung Madeline berlari kencang."Ya … aku tidak bisa menolakmu," ujar Madeline dengan suara lemah. Dia merasa terpaku, tidak bisa melawan godaan Darren. Meski berusaha menolak, tetapi hatinya berbicara sebaliknya. Dia merasa seperti terhipnotis oleh tatapan Darren, tidak mampu melawan."Mady, kau begitu cantik," ujar Darren, matanya memandangi Madeline dengan penuh kekaguman. Dia merasa beruntung bisa bersama Madeline, perempuan yang selalu ada dalam mimpinya."Mady, aku janji akan membahagiakan
Read more
Nona, Anda Hamil
Darren pergi dari apartemen Madeline setelah menyelesaikan sarapannya. Hari itu dia ke kantor seperti biasa tanpa ada beban pikiran. Dia tidak tahu kalau Madeline sudah menyiapkan rencana untuk pergi dari hidupnya untuk selamanya."Aku pergi, Darren," Madeline mengirim pesan suara pada Daren. "Aku sudah bilang padamu kalau akan menghilang dari hidupmu kalau sampai kau berani mengatakan tentang kita pada Sean."Selanjutnya Madeline mengatakan pada Sean. Dia minta maaf melalui pesan singkat dan mengatakan bahwa Sean harus mencari wanita yang lebih baik darinya. Sean harus mendapatkan kebahagiaan tanpa dirinya. Pria sebaik Sean harus bisa mendapatkan peluang yang lebih baik darinya.Madeline pergi dari apartemen itu, menempuh perjalanan selama setengah hari.Satu-satunya orang yang mengetahui di mana keberadaannya sekarang adalah Gini."Mady, kau ke mana?" Gini kaget mendengar keputusannya untuk pergi."Aku harus menghilang dulu selama batas waktu yang tidak bisa aku tentukan.""Mady, ka
Read more
Perang Dingin
"Dokter, pasti salah. Aku tidak mungkin hamil, lakukan pemeriksaan lagi!"Bagaimanapun juga, Madeline tidak bisa percaya dengan hasil yang baru saja dikatakan dokter. Tidak mungkin dia hamil, lagi pula dia tidak merencanakan ini. Harus apa dia, jika ada janin tumbuh dalam rahimnya?Dokter yang memeriksa Madeline barusan meyakinkan kembali, "Tidak ada yang salah, Nona. Aku sudah memastikan kalau memang ada janin tumbuh dalam rahimmu, kau positif hamil. Tapi, untuk lebih jelasnya lagi, kau bisa melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Aku bisa memberikan alamatnya, kebetulan tidak terlalu jauh dari sini."Seketika, Madeline tidak bisa berpikir jernih saat ini. Entahlah, dia harus senang atau bersedih dengan berita yang baru saja didengarnya. Yang jelas, wanita itu sekarang harus memikirkan bagaimana nasibnya ke depan. Apakah dia harus mengatakan pada Darren atau merahasiakannya saja?Madeline sangat yakin, kalau anak yang dikandungnya saat ini adalah anak Darren karena dia tidak perna
Read more
Mencurigakan
Dua orang pria yang penting bagi Madeline, Darren dan Sean, sekarang sedang bertengkar. Sean melakukan perlawanan dengan menuntut orang tuanya agar perjodohan Darren dipercepat.Sean berpikir bahwa jika pernikahan itu dilakukan dengan cepat, Darren akan sibuk dan tidak akan memiliki waktu untuk mencari Madeline. Darren mungkin tidak menyukai Cressida dan pria itu sudah tahu tentang keburukan perempuan itu, perjodohan mereka tidak bisa dibatalkan.Sean akan memastikan pernikahan mereka akan segera berlangsung apa pun yang terjadi. Dengan begitu, dia akan merasakan penderitaan karena pernikahannya. Ini adalah balas dendam yang paling bagus.Sean juga tidak akan membiarkan Darren ikut campur lagi dalam mencari Madeline.Meski, dia juga menemukan kegagalan, tidak akan Sean membiarkan Darren ikut campur lagi.Lagi-lagi orang yang harus diganggu karena sikap Madeline ini adalah Gini.“Ayolah, Gini!” Sean yang menemui Gini di kafe. “Mady pasti bilang denganmu di mana dia sekarang.”Gini me
Read more
Di mana Ayah?
Enam tahun kemudian .... "Kau sudah menghabiskan makan malammu?" Madeline bertanya pada bocah kecil yang baru saja menelan suapan terakhir telur dadar buatannya. "Sudah." Segera dia menunjukkan piring kosong pada sang ibu. Ya ... dia adalah Dylan, putra Madeline yang selama enam tahun ini setia menemani perempuan itu. Sepuluh bulan Madeline mengandungnya, melahirkan seorang diri, dan juga membesarkannya. Dia tidak bekerja dan hanya mengandalkan uang royalty penjualan bukunya. Gini selalu mengirimkan uang dalam jumlah besar. Madeline tidak tahu seberapa banyak penjualan bukunya sampai dia selalu menerima uang dalam jumlah besar. "Mom, apa aku boleh ke rumah Jhony?" tanya Dylan. Madeline menautkan alis. "Ini sudah malam, kenapa mau main ke rumah Jhony?" "Jhony bilang kalau dia membeli set lego Star Wars, aku mau ikut bermain." Madeline berkacak pinggang. "Momy bilang malam ini kita akan berkemas supaya besok tidak kesiangan untuk berangkat." "Mom, kita akan pindah?" Dylan protes
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status