Semua Bab Setelah Sepuluh Tahun: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
Keributan
“Tunggu! Kenapa buru-buru, kamu bahkan belum lihat acara sampai selesai.” Risa menahan lengan Eliot agar tidak beranjak dari sana. “Berhenti bersikap tidak tahu malu, Risa. Aku menghormati kamu terlebih orang tua kamu, aku tidak ingin sampai bersikap kasar sama kamu ya Risa,” ancam Eliot pelan. “Ada apa Pak Eliot, Risa?” Pemilik acara menghampiri meja Eliot kala mendapat bisikan ada ketegangan di meja sang Milyader. “Tidak ada apa-apa Pak Gerry, mohon maaf saya sama Gayatri harus pamit sekarang. Tadi dihubungi kalau putri kami sedang kurang enak badan, kami harus pulang. Selamat untuk peresmiannya, saya yakin akan berkembang pesat kelak.” Eliot menyalami pemilik acara. “Terima kasih Pak Eliot. Saya mengamini doa baik tentu saja, oh terima kasih juga hadiahnya aduh repot sekali sampai si bungsu saya dapat juga di rumah. Silakan-silakan, salam untuk Pilar.” Gerry mempersilakan Eliot dan Gayatri meninggalkan rua
Baca selengkapnya
Menginap Dirumah Mantan Suami
“Jangan buka pintu sebelum aku bilang aman,” pesan Eliot. Eliot turun dari mobil dan meminta Gayatri tunggu di mobil sementara di belakang mereka dua petugas keamanan yang menjaga gerbang depan perumahan sudah turun memeriksa kediaman rumah Eliot setelah dihubungi Gayatri. “Iya, hati-hati.” Gayatri langsung menghubungi Pilar setelah Eliot turun, kediaman Eliot cukup terang di teras bahkan samping rumah juga terang. “Sayang, Pilar kamu di mana? masih di kamar? iya papa kamu sedang mengecek sama sekuriti. Kamu tunggu dulu ya, jangan buka pintu pokoknya. Jangan matikan telepon Mama juga ya. Kalau takut, kita mengobrol saja.” Gayatri meremas ponselnya melihat wajah pucat Pilar dari layar ponselnya. “Iya Ma, aku di kolong meja belajar. Papa bawa senjata apa enggak? maksudnya balok atau pemukul kasti buat jaga diri. Takutnya orang di luar rumah bawa senjata,” ucap Pilar pelan. Rasa ingin turun dar
Baca selengkapnya
Babak Baru
“Kamu enggak sekolah?” tanya Eliot melihat Pilar justru mengenakan celana pendek jeans yang jarang Eliot lihat. “Enggak pakai celana sependek itu keluar ya,” tambah Eliot bahkan sebelum Pilar menjawab pertanyaannya. “Iya Papa, dipakai di rumah saja. Dan hari ini aku enggak masuk, Papa lupa kalau sekarang tanggal merah?” jawab Pilar geli.Eliot menepuk dahinya dengan desah panjang. “Iya Papa lupa. Kamu kalau masih takut, sama mama kamu saja ya dulu. Papa harus mengurusi ke kantor polisi. Ceritanya nanti kamu bisa dengarkan dari mama kamu.” Pilar mengangguk dengan mulut penuh sereal dan susu, menyaksikan papanya sarapan lahap dengan nasi goreng wangi semerbak mentega. “Papa aku mau sesendok.” Pilar membuka mulutnya dan Eliot menyuapi segera. “Kamu mau juga? Mama ambilkan ya.” Gayatri membelai kepala Pilar saat beru kembali dari dapur membawa teko berisi teh hangat. “Enggak, aku
Baca selengkapnya
Yes I Do
“Terima,” bisik Rachel namun terdengar oleh semua telinga di sana. Gayatri menoleh ke arah Rachel dan melotot melihat bagaimana sahabatnya menyeringai lebar dengan mengangkat telapak tangannya memperlihatkan cincin yang di pasangkan Zean pada jari manisnya. “Ada yang mau kamu ucapkan sendiri?” Gayatri memandang raut wajah Eliot yang duduk di samping Pilar, mereka berdua mengapit sang putri. “Yang mau aku katakan sudah dikatakan Pilar. Jaminannya Pilar kalau sampai aku melakukan hal yang sama kedua kali.” Eliot menyenggol bahu Pilar dan Pilar mengangguk dengan senyuman lebar. “Benar Ma, aku jaminannya kalau papa seperti itu lagi. Maka aku sendiri yang akan memberi papa pelajaran.” Pilar menimpali dengan menggebu-gebu. Gayatri tertawa kecil, menunduk memandang cincin indah di jari manis yang dipasangkan Pilar. Kemudian mengangkat wajah menghadap putri dan mantan suaminya masih dengan senyuman
Baca selengkapnya
Belum Menyerah
Gayatri memandangi seorang wanita yang duduk di hadapannya dengan desah lelah, ia baru akan pulang dari pemotretan saat mobilnya di cegat oleh sebuah BMW hitam. “Mau apa lagi?” tanya Gayatri lelah. “Kamu enggak bisa seperti ini ke aku, Gayatri.” Ucapan pertama yang tersengar di telinga Gayatri. “Seperti ini bagaimana?” tanya Gayatri tidak paham maksudnya. “Kita sama-sama wanita Gayatri, tidak bisakah kamu mengerti aku? Aku sudah sangat banyak berkorban untuk Eliot. Waktu tenaga, perasaan. Aku minta maaf untuk kejadian kemarin-kemarin itu, aku lepas kendali. Aku tahu kamu wanita baik Gayatri. Tidak bisakah kamu menjauh saja dari Eliot dan Pilar?” pinta Risa. Gayatri menghela nafas panjang, memang Risa tidak lagi menggila tapi perkataannya jelas tidak masuk di akal sehat Gayatri. “Kamu punya karier bagus, cantik juga. Kenapa kamu enggak cari laki-laki lainnya saja Gayatri?” tunt
Baca selengkapnya
Kembali Menikah
“Apa sih? lepas.” Gayatri mendorong dada Eliot yang memeluknya. “Bilang dulu kenapa?” tuntut Eliot. “Kenapa apanya? Kamu yang kenapa? datang-datang main peluk saja,” bantah Gayatri. Eliot melepas pelukan, namun memegang dagu Gayatri dan sebelah tangannya tetap merengkuh pinggang wanitanya. “Hm?” tegas Eliot. “Awas ah, aku masih mengantuk,” tutur Gayatri. “Baiklah kalau enggak mau bicara, sana tidur lagi aku akan pulang. “ Eliot memutuskan mengakhiri aksi peluk-peluknya serta memutuskan untuk kembali ke kediamannya. “Nyebelin banget sih,” seru Gayatri. Eliot membalikkan badan kembali berhadapan dengan Gayatri dengan sebelah alis naik penuh tanya dengan tatap dalam. “Aku akan cuci muka dulu, mau sarapan apa? Pilar bagaimana ditinggal?” Gayatri bertanya dengan berjalan menuju dapur tanpa menoleh karena yakin Eliot mengikuti di bela
Baca selengkapnya
Pernikahan Malu-malu
“Ngebet bener sih.” Rachel menyenggol bahu Gayatri di dalam kamar rias. Sang manager mendampingi Gayatri yang sudah di rias dan mengenakan kebaya putih tampak simpel tapi sungguh tidak tanggung-tanggung di datangkan langsung dari Kanada. Seorang Designer ternama dunia yang syok saat dihubungi Gayatri untuk membuatkannya kebaya nikah. “Bukan aku yang mau cepat-cepat, itu sana bilang sama yang laki,” kekeh Gayatri. “Halah ... sama saja kalian, enggak jadi satu panggung berdua dong kita. Enggak apa-apa deh, kamu bahagia duluan.” Rachel menyindir namun matanya berkaca-kaca merangkul bahu Gayatri dalam balutan kebaya modern yang ia samakan dengan Pilar. “Terima kasih ya Chel, sebelas tahun jadi tong sampahnya aku. Aku sudah punya tong sampah baru.” Gayatri mencoba melucu agar ia sendiri tidak turut meneteskan air matanya. “Sialan,” umpat Rachel akhirnya tertawa kecil. “Masih terim
Baca selengkapnya
Malam Pertama, yakin?
“Berani kan?” tanya Eliot memastikan kembali sebelum Pilar memasuki pintu kamar hotel tempat mereka menginap malam setelah acara pernikahannya dengan Gayatri. “Berani Pa, sudah ah sana aku mau tidur.” Pilar mendorong punggung Eliot agar cepat berlalu dari hadapannya dengan menenteng sepatu tinggi yang untuk pertama kali dalam hidupnya ia pakai setelah berlatih jalan selama seminggu bersama mamanya untuk acara hari itu.Gayatri terkekeh kecil memeluk Pilar. “Night Sayang, kita ada di sebelah kamu kalau kamu butuh sesuatu.” “Siap, Ma,” jawab Pilar tegas. Eliot menggandeng Gayatri ke kamar mereka setelah memastikan Pilar masuk dan mengunci pintu. Acara mereka sebenarnya sudah sejak sore selesai namun mereka menikmati kebersamaan dengan berbincang dengan keluarga Eliot yang kebanyakan kaget sekali akan pernikahannya dan Gayatri yang memutuskan rujuk setelah perceraian sebelas tahun lalu. Gayatri sempat mendapat
Baca selengkapnya
Subuh Pertama
“Iya memang bohong kok, aku tidak sedang datang bulan.” Gayatri menjawab dengan seringai kecil. “Dasar.” Eliot kembali meraup bibir merah Gayatri, melanjutkan apa yang tadi terjeda dengan menggebu. Gayatri kembali menggeram kesal lantaran Eliot melepas tautan bibir mereka secara sepihak. “Tidur ... kamu kelelahan.” Eliot memutar badan Gayatri untuk ia pindahkan kembali ke samping, mengajaknya beristirahat. “Baiklah, aku memang lelah.” Gayatri menenggelamkan wajah pada ceruk leher suaminya, keputusan beristirahat adalah tepat bagi mereka yang masih bekerja keras bahkan satu hari sebelum hari pernikahan mereka. Gayatri tidak pernah tahu saat sebelum para keluarganya pulang, Eliot menemui seseorang yang dipanggil pakde dan berbicara mengenai apa yang sudah diceletukkan olehnya di punggung Gayatri dan Gayatri mendengar tanpa sengaja. Hampir sebagian besar keluarga Eliot terlibat dalam bisnis raksa
Baca selengkapnya
Berlayar
“Mama sama papa enggak bulan madu?” tanya Pilar menyeletuk ketika mereka sudah di rumah. Mereka bertiga pulang ke kediaman Eliot setelah keesokan harinya menginap di hotel tempat mereka menginap. Gayatri memutuskan tinggal di rumah Eliot karena akan lebih praktis dia yang pindah ketimbang Pilar dan Eliot yang pindah ke rumah barunya. Pertanyaan Pilar membuat Gayatri yang tengah menyeruput capucino tersedak pelan. “Pilar,” tegur Eliot saat melihat istrinya sibuk mengambil kotak tisu karena minumannya tumpah membasahi dagu. “Maaf,” seringai Pilar semakin lebar. “Pertanyaan kamu kaya bom tahu tidak, siapa yang mengajari? Tante Rachel?” berondong Gayatri menolak air minum yang diulurkan Eliot, ia hanya kaget. “Enggak, memang aku yang ingin tahu. Biasanya seperti itu kan setelah menikah akan honey moon. Aku sudah mengerti kok, Ma.” Pilar mengambil botol selai coklat di tengah meja.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status