Semua Bab Pernikahan Kontrak Satu Milyar : Bab 51 - Bab 60
202 Bab
Pertemuan Keluarga Morgan
Menjelang pukul enam, deretan mobil mewah berbaris memasuki gerbang dari sebuah rumah megah. Di dalam salah satu mobil, terlihat sosok Morgan yang masih terlihat rapi dalam balutan kemeja dan jas hitam miliknya. Pria itu menoleh ke luar dan menatap pada rumah putih megah yang berdiri di atas halaman luas itu. Sudah lebih dari dua bulan sejak terakhir ia kemari. Morgan paling tidak menyukai tempat ini. Jika bukan karena jadwal pertemuan keluarga, Morgan tak akan pernah mengunjungi rumah kakeknya itu. Sayangnya, paling tidak dua bulan sekali, kakeknya akan mengumpulkan seluruh keluarga untuk makan malam bersama, walau pada akhirnya makan malam itu akan berubah menjadi ajang pamer sekaligus perebutan warisan. Begitu tiba, sudah ada empat mobil di area parkir dan Morgan menjadi orang terakhir yang datang. Di dalam ruang makan yang megah bak hotel bintang lima, sudah duduk kakeknya, kedua orang tuanya, serta paman dan bibinya. Meja sudah dipenuhi oleh makanan dengan berbagai hidangan
Baca selengkapnya
Bertukar Pasangan
Yuna, Delvin, dan Evelyn terdiam. Ketiganya menunggu dalam keheningan. Morgan menelan salivanya yang terasa berat. “Dia adalah ….” Kata-kata selanjutnya sudah berada tepat di ujung bibir Morgan, tetapi ia tidak juga berhasil melakukannya. Lidahnya seakan terkunci. Tahu bahwa ia benar-benar akan kehilangan Evelyn begitu memberitahunya. “Siapa, Morgan?” Evelyn mendesak. Wajahnya mulai terlihat cemas. “Aku belum pernah memberitahumu sebelumnya, Evelyn,” ucap Morgan, “Gadis ini, dia adalah ….” “Aku adalah pelayan pribadi Tuan Morgan.” Yuna menyela. Delvin membelalakkan mata, begitu pula Morgan yang sontak menoleh dengan bingung ke arah Yuna. Gadis itu memasang senyum palsu di wajahnya. Yuna tahu jawaban itu di luar rencana mereka. Namun, hatinya terus berdenyut nyeri saat melihat Morgan kesulitan untuk menjawab. Hal itu membuatnya sadar bahwa Morgan belum sanggup kehilangan Evelyn. Ia tahu betapa beratnya itu bagi Dylan, memutuskan hubungan dengan wanita yang ia cintai.“Asisten p
Baca selengkapnya
Permintaan Evelyn
Beberapa tahun lalu, Morgan akan mengabulkan semua permintaan Evelyn. Namun, kali ini pria itu terdiam selama beberapa saat. Tatapannya terlihat dingin. “Aku akan menyuruh sopir untuk mengantarmu,” ucap pria itu, menolak secara tidak langsung. Akan tetapi, Evelyn menggelengkan kepala dan dia memejamkan mata, bersikap seakan rasa sakit di kepalanya bertambah hebat. “Di apartemenku tidak ada siapa pun, Morgan. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Aku … aku benar-benar merasa tidak enak badan,” ucap Evelyn, setengah memohon. Morgan mendengkus dengan tidak senang. Ia menatap ke arah ponselnya yang seketika mengingatkan Morgan akan Yuna. Membayangkan kini gadis itu pulang bersama Delvin. Morgan mengusap wajahnya dengan kasar. Acara pertemuan ini benar-benar menjadi berantakan. Pria itu mendengkus, kemudian meraih ponselnya. “Cepatlah,” titah pria itu kepada Evelyn. Wajah gadis itu kembali menjadi cerah begitu sadar Morgan menyanggupinya. Di sisi lain, Yuna sudah duduk di mobil Delvin. B
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
Deg Yuna bisa mendengar semuanya dengan jelas. Jantung gadis itu seakan berhenti berdetak saat itu juga. Air mata jatuh membasahi pipinya dan Yuna cepat-cepat mengakhiri panggilan telepon itu. Entah mengapa, ia merasa takut dan cemas. Semuanya telah tergambar jelas. Bagaimana Evelyn telah mengetahui pernikahan mereka dan tetap bersikeras untuk menggoda Morgan. Dan, Yuna terlalu takut untuk mendengar jawaban pria itu. Dadanya terasa sesak, sementara bulir demi bulir air mata terus berjatuhan tanpa bisa dihentikan. “Apa yang terjadi, Yuna?” Delvin bertanya. Ia menatap Yuna dengan intens dan raut wajahnya terlihat rumit saat tangisan Yuna pecah begitu saja. Yuna tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia tidak mampu menjawab. Yuna bahkan tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Bahunya tidak berhenti terguncang. Napasnya tersendat saat ia menangis tersedu. Meluapkan semua kemarahan, kekhawatiran, dan kekecewaannya. Perasaan Delvin ikut tersayat melihatnya. Yuna, gadis yang amat ia cintai, m
Baca selengkapnya
Pembicaraan Dengan Ibu Mertua
Tepat setelah Yuna memasuki mobil Katherine, mobil itu melaju pergi. Namun, mereka tidak menuju ke mana pun. Mobil itu berhenti dan menepi di area yang sepi. “Kudengar kamu pergi ke acara penggalangan dana tadi malam,” ucap Katherine, memulai pembicaraan. Yuna hanya mengangguk membenarkan. Ia harus berhati-hati tiap berbicara dengan Katherine. Salah-salah, figurnya akan bertambah buruk di mata wanita itu. “Aku juga sudah mendengar jika kamu mengaku menjadi pelayan pribadi untuk Morgan.” Katherine berkata lagi. Kali ini, alis Yuna mengernyit dan dia menatap ke arah Katherine dengan tidak mengerti. “Bagaimana bisa—” “Aku mendengarnya dari Evelyn,” potong wanita itu, “Aku yakin kamu sudah bertemu dengan Evelyn kemarin. Dia cantik, bukan?” tanya Katherine. Kata-kata itu menusuk tepat pada jantung Yuna. Meski demikian, ia menutupi kesedihannya dengan tersenyum dan mengangguk. “Tidak hanya cantik, Evelyn juga berasal dari keluarga yang berada.” Katherine melanjutkan, “Dia sopan, tah
Baca selengkapnya
Perpisahan
Morgan telah menunggu Yuna sejak tadi. Begitu kembali dari kediaman Delvin, Morgan membersihkan diri. Ia berusaha beristirahat meski hanya sebentar, tetapi justru tidak bisa tertidur. Ia tahu Yuna akan segera kembali sehingga Morgan sengaja menunggu di ruang makan. Gadis itu benar datang. Begitu Yuna muncul dengan wajah pucat dan mata sembab, Morgan ingin berlari menghampirinya. Memeluk gadis itu dan merengkuhnya dengan erat. Ia ingin memarahi Yuna dan meluapkan kecemasannya. Namun, kini tubuhnya seakan tidak bisa digerakkan. Tidak seujung jari pun. Hingga Yuna mengucapkan kata-kata itu. “Aku … ingin meninggalkan rumah ini.” Bak tersambar petir di siang hari, jantung Morgan berhenti berdetak. Yuna terdengar begitu yakin. Tatapannya terlihat dingin dan tak ada keraguan sedikit pun dalam suaranya. Refleks, sudut bibir pria itu tertarik ke samping membentuk seringai tipis. “Kamu benar-benar serius, Yuna?” tanya Morgan dengan dingin. Jika benar itu yang Yuna inginkan, maka Morga
Baca selengkapnya
Perubahan Drastis
“Apa katamu? Yuna meninggalkan rumah?” ucap Lina dengan raut terkejut. Ia tengah berkebun saat tiba-tiba mendapat panggilan dari Nita. Umumnya, gadis itu memberikan laporan melalui pesan. Kini dia menelepon langsung dan Lina terkejut hingga cepat-cepat melepaskan sarung tangan berkebunnya. “Bagaimana bisa? Apakah mereka bercerai?” kejar Lina. Wajahnya terlihat penasaran sekaligus bersemangat. “Aku tidak tahu, Nyonya. Mereka bertengkar hebat pagi ini dan Yuna mengemas pakaiannya. Dia langsung pergi, sementara Tuan Morgan belum keluar dari kamarnya.” Nita menjelaskan dengan nada berbisik. Itu adalah berita yang mengejutkan. Baru beberapa hari yang lalu Morgan mengakui rumah tangganya baik-baik saja meski Evelyn kembali. Tampaknya, sesuatu telah terjadi. “Itu adalah informasi yang bagus. Terus pantau mereka, Nita,” titah Lina dengan nada serius. “Tapi, Nyonya, itu berarti kita tidak bisa memberikan bubuk itu kepada Yuna karena dia tidak tinggal di sini.” Nita menjawab. Benar juga
Baca selengkapnya
Pertemuan Kembali
Konsentrasi Morgan seketika buyar. Begitu pula Yuna. Diam-diam, dia melirik ke arah Delvin, seakan memprotes karena tidak memberitahunya terlebih dahulu. “Apakah kau mengenal sekretarisku?” Delvin ikut bersuara. “Apa katamu?” Alis Morgan mengernyit heran. Ia bertanya-tanya pertanyaan konyol macam apa itu? Jelas ia mengenal perempuan yang menjadi istrinya. Namun, Delvin mengulas senyum tipis. “Kuharap kau bisa bertindak profesional di sini,” katanya. Terdapat peringatan yang terselubung dalam benaknya. “Sebagaimana yang kau lihat, ini adalah bisnis antar perusahaan. Orang-orang akan memandang aneh jika kita bersikap berbeda, bukan?” Morgan berkedip dua kali dengan tertegun, kemudian memandang ke arah sekitar. Benar saja. Anggota rapat lain yang menjadi saksi sekaligus penasehat hukum Morgan menatap keduanya dengan aneh. “Aku mengerti,” ucap Morgan, kemudian mengulas senyum mencurigakan. Entah mengapa, Yuna bisa melihat niat tersembunyi dalam sikapnya itu. Dan, firasatnya terbuk
Baca selengkapnya
Benny Bergerak
“Mengapa Bapak tidak memberitahuku kalau pemimpin perusahaan itu adalah Morgan?” Yuna bertanya begitu mobil mereka sudah berjalan cukup jauh. Kini, wajahnya yang sejak tadi berusaha tampil dingin dan kaku kembali terlihat biasa. Delvin menoleh ke arahnya dan menyatukan tangannya seakan meminta maaf. “Aku tidak tahu jika pemimpin perusahaannya adalah Morgan,” jawab Delvin, setengah berbohong. Belum genap satu minggu ia menduduki kursi sebagai CEO. Ada begitu banyak wajah baru yang harus ia kenali. Namun, sedikit banyak Delvin melakukannya dengan sengaja. Ia ingin melihat reaksi keduanya saat bertemu. Dan, kini ia yakin hubungan keduanya benar-benar telah retak. “Apakah kita akan sering bertemu mereka?” Yuna bertanya lagi. Jika iya, maka jelas gadis itu tidak akan sanggup. Ia pergi keluar dari kediaman pria itu untuk menghindari Morgan. Kini, keduanya justru menjadi kolega. Beruntung, Delvin menggelengkan kepala. “Sepertinya tidak,” ucap pria itu, “Apakah kau benar-benar ingin
Baca selengkapnya
Pria Dingin Dan Tak Tersentuh
Suara Morgan terdengar dingin dan garis-garis wajahnya seketika menjadi kaku melihat kedatangan wanita berpakaian modis itu. Evelyn melenggang santai ke kantornya seakan ruangan itu adalah miliknya sendiri.“Apa yang kau lakukan di sini?” Morgan bertanya dengan nada profesional yang berjarak. “Kata-katamu terdengar kejam, Morgan,” ucap Evelyn dengan bibir mengerut. “Aku datang untuk meminta maaf tentang kejadian tempo hari. Sepertinya, kalian mendapat masalah karena perbuatanku.” Morgan memalingkan wajah ke arah lain, enggan menatap wajah wanita itu. Dalam hati, darahnya kembali berdebur, tetapi ia tak mampu melakukan apa pun kepada Evelyn. Bagaimanapun, sebagian besar situasi ini disebabkan olehnya sendiri. Alis pria itu mengernyit saat tahu-tahu Evelyn berjalan mendekati mejanya dan memandang lurus ke arahnya. “Maafkan aku, Morgan. Ya? Sepertinya aku benar-benar kehilangan pikiranku saat itu. Kau mau memaafkanku, ‘kan?” tanya wanita itu dengan raut memohon. Umumnya, para pria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
21
DMCA.com Protection Status