Semua Bab Istri Jaminan sang Konglomerat: Bab 71 - Bab 80
117 Bab
Bab 71 Tidur Nyenyak
Mentari pagi mulai  menyusup melalui sela-sela gorden, Alexandra membuka mata perlahan.Pandangannya langsung tertuju pada wajah tampan suaminya. Alexandra tak melakukan gerakan sedikit pun agar tidak membangunkan pria itu, dia juga bisa nikmati wajah tampan itu dengan sesuka hati.Alexandra teringat kejadian tadi malam, bisa-bisanya dia bereaksi berlebihan seperti itu. Alexandra pun tersenyum.Tidak biasanya Christian tidak bereaksi saat dia terus memandang wajah yang teduh kala tertidur itu.Alexandra perlahan mengangkat tangan suaminya dari atas tubuhnya, lalu turun dari atas ranjang menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.Entah apa yang terjadi, tidak biasanya Christian tidak terusik dengan pergerakan Alexandra.Sampai Alexandra keluar dari kamar mandi Christian masih dengan posisi semula.Alexandra keluar dari kamarnya, sepi tak ada siapa pun. Gegas Alexandra turun ke lantai satu kemudian menuju dapur.
Baca selengkapnya
Bab 72 Berebut Alexandra
Tentu saja Alexandra mengangguk setuju dan tersenyum. “Aku juga hanya memanggilnya, Pa,” kata Alexandra.Sebenarnya Christian tidak biasa makan sambil mengobrol, karena di dalam keluarganya hal itu tidak diperbolehkan kecuali dalam perjamuan besar seperti makan malam waktu itu.Tapi, setelah sering melakukan hal itu bersama dengan Alexandra, Christian baru menyadari jika menyantap makanan sembari bercengkrama terasa lebih hangat.Kapan lagi waktu untuk keluarga bisa bercengkrama jika bukan saat makan, sebab semua sibuk dengan kesibukan masing-masing, tidak ada waktu berkumpul hanya untuk mengobrol.“Bagaimana dengan perkembangan perusahaan, Papa?” tanya Christian.“Sudah jauh lebih baik, Chris. Terima kasih atas bantuannya.”“Aku tidak melakukan apapun, Papa tak perlu sungkan.”Usai menghabiskan sarapan mereka, masing-masing berpamitan berangkat ke kantor.“Apa nanti malam kamu akan menginap lagi, Tian
Baca selengkapnya
Bab 73 Tercapainya Tujuan
Alexandra menelan salivanya dengan susah payah, entah mengapa pertanyaan dari suaminya terasa berat. Dia harus memilih antara Christian atau Fiona.Jika memilih Fiona, Alexandra takut Christian akan marah, terlebih pria itu sudah jauh-jauh datang ke mari untuk bisa bersamanya.Jika memilih Christian, Alexandra merasa tidak enak pada Fiona, apalagi ini adalah momen pertama mereka bisa bersama menginap di rumahnya.Alexandra memandang Christian dan Fiona secara pergantian.“Apa kamu akan marah jika aku memilih untuk bersama Fiona malam ini?” tanya Alexandra pada suaminya.Meskipun itu barulah sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Alexandra kepada Christian, tapi Fiona tersenyum penuh kemenangan.Christian hanya menatap datar kepada Alexandra, tatapan itu mengisyaratkan jika dia tidak setuju jika Alexandra lebih memilih bersama Fiona.“Malam ini kamu temani Papa main catur saja, Chris,” ajak Harry.Pandangan Christian pun berpindah kepada ayah mertuanya.“Baiklah kalau begitu, dengan s
Baca selengkapnya
Bab 74 Gundah
Alexandra tersadar dari lamunannya karena mendengar pertanyaan dari Christian.Alexandra menggeleng, kemudian menjawab, "tidak ada, Tian. Sekali lagi selamat!" Christian pun menatap ekspresi wajah Alexandra yang terlihat sendu meski tersenyum.“Bagaimana kalau kita merayakan keberhasilan kita nanti malam?"Alexandra tersenyum lalu mengangguk, "ayo!" jawabnya singkat.Tak ingin kembali larut dalam pikirannya Alexandra mengubah topik pembicaraan yang lain.Karena jalanan yang cukup padat di pagi hari, mereka sampai di apartemen lebih lambat dari perkiraan.“Maafkan aku, Sayang. Beberapa hari ini merepotkanmu. Kamu harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk sampai di kantor. Ditambah sepertinya kamu akan terlambat sampai di kantor hari ini.”“Tidak masalah, karena aku pemilik perusahaan,” balas Christian. Alexandra lagi-lagi tersenyum. Senyum yang kaku.Wanita itu turun dari mobil mewah suaminya, lalu melambaikan tangan sebelum mobil itu kembali melaju. Pandangan Alexandra terus tertuju
Baca selengkapnya
Bab 75 Panik
“Astaga!”Lisa menepuk keningnya, mengapa dia mendadak jadi bodoh. Lisa pun merutuki dirinya sendiri.Anna segera menghubungi rekan-rekannya kawanan burung, untuk menanyakan keberadaan Alexandra.Hal itu pun otomatis langsung sampai ke telinga Christian. Baru saja Anna menghubungi para burung, ponselnya berdering memekakkan telinga.“Pak Chris!” Seru Anna seraya menunjukkan layar ponselnya pada Lisa dengan wajah menahan kesal.“Bagaimana ini?” tanya Lisa.Anna berdecak kesal karena Lisa sungguh menyebalkan. Dia orang pilihan tapi sikapnya sungguh tidak profesional.Setelah menarik nafas panjang, Anna menjawab panggilan tersebut.“Halo, Pak!”“Anna, di mana Alexandra?” Anna memejamkan mata seraya meringis, menandakan jika dirinya merasa khawatir akan amukan pria yang sedang menelponnya.“Anna!” Bentak Christian dari seberang sana.“Nona Alexandra tiba-tiba tidak ada di apartemen, Pak,” jawab Anna.“Apa saja yang kalian kerjakan sampai tidak bisa bekerja dengan benar? Tidak becus!” Sua
Baca selengkapnya
Bab 76 Bersitegang dengan Kakak Ipar
Anna yang berada di belakang Alexandra langsung bersiaga, jangan sampai terjadi sesuatu pada Alexandra.Pandangan Charlotte perpindahan pada Anna, lalu tersenyum sinis.“Kamu pikir akan aku apakan majikanmu sampai kamu bersikap siaga seperti itu?” Charlotte menghardik Anna.“Maafkan saya, Nyonya Lotte. Saya hanya menjalankan tugas,” jawab  Anna.“Jaga sopan santunmu padaku, dasar anjing peliharaan Chris!” Sakras Charlotte.Alexandra mengepalkan tangannya, dia tidak terima jika Anna dikatakan sebagai anjing peliharaan.“Maaf, Nyonya Charlotte. Sepertinya Anda terlalu berlebihan mengatakan hal seperti itu pada Anna,” kata Alexandra membela Anna.Anna pun terkejut mendengar Alexandra membelanya, padahal sudah hal biasa dirinya mendapat perlakuan ataupun disebut anjing peliharaan oleh anggota keluarga Hoover.Anna memegang tangan Alexandra dan menggeleng, agar wanita itu tidak membelanya sebab bisa menjadi masa
Baca selengkapnya
Bab 77 Makan Malam yang Hambar
Christian menoleh, namun tak menjawab pertanyaan dari kakaknya, kemudian berlalu meninggalkan butik dan juga salon tersebut. Sampai di dalam mobil raut wajah Christian berubah lebih dingin, pandangan yang seperti penuh kasih sayang di depan kedua kakaknya telah sirna.Untuk apa Alexandra terbawa perasaan, bukankah memang seperti itu adanya, sejak awal mereka memang sepakat untuk bersandiwara di depan keluarga Hoover.Alexandra menarik nafas pelan, untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak, kemudian menghembuskannya perlahan.Berbeda dengan pemikiran Alexandra, Christian bersikap dingin karena kesalahan yang wanita itu lakukan.Hening! Baik Alexandra maupun Christian sibuk dengan pemikirannya masing-masing.Tak terasa menit demi menit berlalu, banyak tempat yang sudah mereka lewati, tapi tempat tujuan tak juga sampai.“Tian!” Alexandra memanggil suaminya.Pria itu hanya berdehem untuk menanggapi s
Baca selengkapnya
Bab 78 Menepati Janji
Lisa memperhatikan penampilan Alexandra, Wanita itu sudah menggunakan piyama. Semalam saat kembali ke apartemen Alexandra masih menggunakan gaunnya.Lisa pun menggalang, lalu menjawab, “bukan saya, Nona, sepertinya Pak Chris yang melakukannya.”Alexandra semakin merasa bersalah pada suaminya.Alexandra bergegas masuk ke dalam kamarnya, lalu mencari tas yang dia pakai semalam untuk mengambil ponselnya.Dia membuka benda pipih itu berharap ada jejak yang Christian kirim namun hasilnya nihil. Alexandra menghembuskan nafas kasar kemudian melakukan panggilan pada nomor telepon Christian.Panggilan itu akhirnya berakhir dengan sendirinya karena tidak mendapat jawaban dari seberang sana.Alexandra memilih meletakkan ponselnya di atas nakas seraya mengisi daya. Dia kembali ke luar dan membantu Lisa di dapur.“Pagi ini aku ada janji dengan seseorang di taman yang tak jauh dari kampusku, Lisa.”Lisa langsung menoleh ke arah Alexandra.“Kenapa jauh sekali, Nona? Dengan siapa kamu akan bertemu?”
Baca selengkapnya
Bab 79 Memberi Nasihat
Alexandra tersenyum lalu membelai lembut punggung Ervin.“Caranya adalah yang pertama kamu harus berbaikan dengan ayahmu lebih dulu.”“Aku tidak tahu bagaimana caranya perbaikan dengan ayah karena dia itu tidak pernah peduli padaku, bertanya bagaimana keadaanku saja dia tidak pernah.”Ervin berbicara dengan wajah sendu. Membuat Alexandra dapat merasakan apa yang dirasakan anak kecil itu.“Pelan-pelan coba kamu ajak ayahmu berbicara. Hal ringan saja. Seperti menanyakan bagaimana pekerjaanmu hari, Ayah? Atau, Ayah sudah pulang?”Ervin cemberut setelah mendengus pelan. Bagi Ervin, Alexandra mudah saja berbicara seperti itu, karena tidak tahu betapa menyebalkan ayahnya. Betapa mengerikannya sang ayah saat marah.Anak kecil itu menggoyangkan kakinya seraya memandang ke langit luas.“Aku tidak yakin ayahku akan bersikap baik padaku,” ucap Ervin.“Kamu mulai saja dulu, kalau gagal baru kita pakai cara yang kedua.”“Memangnya apa cara yang kedua?”“Nanti saja kita bicarakan setelah cara yang
Baca selengkapnya
Bab 80 Kemesraan
“Kamu sungguh pintar memuji.” Alexandra tertawa renyah.“Aku tidak memuji itu semua kenyataan,” gocap Alexandra seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.Tidak dapat dipungkiri jika malam itu pertama kalinya Christian memakan makanan yang Alexandra sebut dengan makanan rakyat jelata.Christian tidak bisa membandingkan makanan itu dengan makanan yang biasa dia makan, sebab ini memang baru pertama kalinya dia memakan makanan food street.Dari segi rasa ada beberapa makanan yang memang aneh itu mulutnya tapi masih bisa dia nikmati.Alexandra memegang tangan kiri suaminya kemudian melihat jam tangan yang bertengger di sana.“Wah, ternyata sudah malam, sebaiknya kita segera pulang,” ujar Alexandra.“Aku masih bisa memberi waktu untukmu beberapa menit lagi jika kamu belum puas,” balas Christian.Alexandra menggeleng, “tidak, lebih baik kita pulang saja. Besok kamu harus bekerja.”“Baiklah kalau mau begitu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status