All Chapters of Janda Milik Sang Aktor: Chapter 51 - Chapter 60
102 Chapters
51. Ciuman Sungguhan
Bukan hanya sekedar bertanya, Noah menyodorkan sebuah cincin bermatakan berlian kecil berwarna ungu. Tara nyaris meragukan penglihatannya sendiri, atau barangkali saja sepasang bola matanya sedang tidak dalam kondisi fit. Tetapi, sosok Noah yang berdiri menjulang di hadapannya dengan senyum merekah itu langsung menyadarkan Tara bahwa semua ini memang terjadi secara nyata.Noah baru saja melamarnya?Apakah hal itu sesuai dengan yang dilakukan oleh Noah padanya saat ini?"Noah ....""Tara, aku tau ini terlalu cepat, tapi aku benar-benar nggak mau kehilangan kamu. Aku juga nggak mau melewatkan kesempatan yang ada. Aku mulai menyadari perasaanku, tapi aku juga nggak mau membuatmu tenggelam dalam sesuatu yang bisa menyia-nyiakan waktumu." Kata Noah bersungguh-sungguh.Kalau terdapat kamera tersembunyi dan semacamnya, tolong keluarlah sekarang juga! Tara tidak tahan! Apakah dia sedang menjadi bahan lelucon bagi satu daerah? Bila iya, mengapa harus dengan cara seperti ini?"Aku nggak akan me
Read more
52. Malah Kacau
Semalaman, Noah mendapatkan omelan panjang kali lebar dari Radu. Tepat setelahnya, Radu menghubungi Heru dan Rosalie. Sebab apa yang Noah katakan benar-benar mengundang kekalutan yang bisa membuat gempar banyak orang jika tak kunjung diselesaikan dari akarnya—berhubung masih hangat-hangatnya pula.Maka keesokan paginya, Noah dan Tara dipanggil ke ruangan Heru. Dua jam sebelum syuting dimulai, Noah sudah datang lebih dulu ke Hacer. Sedangkan Tara datang setengah jam kemudian, tak mengetahui jika dirinya akan terseret dalam momen tersebut.Tara mengembuskan napas perlahan. Sembari tertunduk, wanita muda itu memainkan jemarinya. Dia seperti seorang remaja yang ketahuan berpacaran di sekolah dan mau diomeli oleh para guru. Entah bagaimana caranya Heru dan Rosalie bisa mendengar tentang lamaran Noah semalam, yang jelas Radu merupakan bukti konkret pertama."Jadi ... apa benar, semalam Noah melamar kamu, Tara?" tanya Rosalie, setelah satu ruangan berada dalam keheningan yang janggal. Wanita
Read more
53. Benarkah Sebuah Permainan?
Tak ada kewajiban untuk memberi jawaban bagi mantan suami bajingannya itu. Dia sudah cukup tersiksa dengan permasalahan baru ini, jadi perkara Seno tidak terlalu penting. Selesai dengan pekerjaan yang selalu bisa dituntaskan lebih awal dari staf lain, Tara memutuskan untuk mengunjungi Cell. Dia sudah bertanya mengenai kelenggangan rekan kerjanya itu, dan dia sedang sendirian dalam studio kesayangannya.Ketika pintu lift di depannya terbuka lebar, Tara dikejutkan oleh keberadaan Noah yang sama-sama menatapnya. Mendadak, Tara jadi salah tingkah duluan. Apa yang mereka lalui di ruangan Heru tadi tidak bisa dianggap sepele, sebab Noah seperti mengumumkan kepada dunia bahwa pemuda itu memang mencintainya."A-aku ...."Tara tak mampu melanjutkan perkataannya, sebab pemuda berandal yang semalam baru melamarnya itu berlalu begitu saja. Keluar dari lift, membiarkan Tara mematung seorang diri. Ujung mata Tara mengekori langkah tegap Noah. Dengan roman yang tak bisa dibaca, pemuda itu berbelok m
Read more
54. Perang yang Mana?
"Ha? Calon istri?"Noah merangkulkan lengannya pada pundak Tara yang hanya bisa pasrah. Tidak mungkin mengalahkan Noah yang sedang berada dalam mode tidak tau dirinya itu. Tetapi dia tidak mungkin diam terus kan? Masalahnya dia saja belum memberikan jawaban pasti atas lamaran yang pemuda itu suarakan."Noah ... kan aku belum menjawab," Tara menurunkan lengan berandal yang satu itu darinya, kemudian menatap Julian dengan segenggam minta maaf. "Maaf, Jull. Mau mencocokkan jadwal? Boleh! Kapan?""Lho? Kok diterima sih, Tara? Kamu mau kencan sama laki-laki lain, padahal aku sudah melamar kamu?" protes Noah. Julian makin bingung, hanya mampu melongo sembari mengalihkan pandang secara bergantian."Kamu masih memberi aku waktu sampai syutingmu selesai kan, Noah? Jadi, aku belum-belum benar menjadi calon istrimu. Begitu juga dengan kamu! Sekarang, nggak ada salahnya kalau aku mau kencan sama Julian kan? Kami cuma mau menepati janji satu sama lain yang sudah lama diperbuat tapi nggak kunjung d
Read more
55. Penyesalan Mantan Suami
Noah menempatkan diri di samping Tara. Tanpa ragu, pemuda itu langsung melahap masakan buatan si janda muda seperti tidak pernah makan seharian ini. Tara menyikut Noah, menghentikan kegiatan pemuda itu sejenak. "Apa kamu nggak makan seharian ini, Noah?""Enggak! Bang Radu aku suruh beli makanan, eh, dianya sendiri juga sibuk mondar-mandir. Aku harus terus di dekatnya penulis buat memikirkan adegan yang akan datang. Capek banget, Tara." Noah mendengus lelah. "Oh iya, tadi aku taruh di meja ruang tamu.""Apanya?""Kue bolu, enak banget, Tara. Kamu wajib cobain kue itu." Kata Noah."Gimana kalau kue bolunya dicoba sekarang aja, bareng-bareng? Buat makanan penutup." Saran yang terlontar dari mulut Juwita menciptakan guratan keheranan pada kening Noah dan Tara. Sementara itu, Sari dan Seno tampak senang dengan keputusan tersebut. Terlebih Seno—sebab tidak menyukai kenyataan bahwa bolu itu merupakan pemberian Noah.Noah dan Tara melempar pandang. Tara menggeleng, enggan menuruti kemauan Ju
Read more
56. Tamu di Pagi Hari
"Kamu pindah rumah? Terus rumahmu yang kelewat besar itu mau dijadikan sarang hantu gitu?" tanya Rosalie yang sudah siap mengomeli Noah.Pagi-pagi sekali, Heru dan Rosalie menghubungi Noah terkait tingkah membahayakan pemuda itu yang diperbuat semalam—lagi. Lantaran sang kemenakan tak menjawab, maka Heru menghubungi Radu, meminta alamat baru rumah yang mereka tempati. Keduanya telah bertandang ke rumah keluarga Alejandro, tetapi tak mendapatkan balasan apa pun.Sekarang, setelah mendapatkan alamat rumah baru Noah, keduanya datang dengan omelan yang makin menjadi-jadi. "Oh, ternyata diam-diam kamu jadi tetangganya Tara, iya? Astaga, buat apa sih, Noah! Kamu punya rumah yang kelewat besar lho!""Tapi nggak ada apa-apanya, Tante," sanggah Noah. "Terus kalau di sini, ternyata lebih dekat sama gedung lokasi syuting. Tanya aja sama Bang Radu! Beda kalau berangkat dari rumah langsung, agak lama, belum lagi kalau kena macet. Bonusnya, bisa dekat sama Tara, Tante! Kesayanganku, penyemangat har
Read more
57. Ramalan Nyeleneh
"Ha? Gimana? Peramal?"Noah menurunkan kaca mata hitamnya, mengalihkan fokus kepada seorang wanita yang merupakan teman dekat si penulis. Sosoknya yang cukup nyentrik dengan pakaian berwarna neon membuat Noah memejamkan mata untuk sesaat. Entah mengapa, dia jadi melihat kembaran Cell yang sama-sama mengagumi warna neon. Wanita itu dikenal sebagai Madam Rowell—nama panggung yang dikenal oleh semua orang, tetapi si penulis tampaknya mengenal si peramal lebih dekat dari yang lain. Mbak Yuri, si penulis yang duduk di dekat Noah itu melambaikan tangan ke arah Madam Rowell. Saat berpandangan dengan Noah, Madam Rowell memindainya secepat kilat bagaikan mesin pemindai paling canggih yang pernah ada.Noah mengernyit, menatap sosok Madam Rowell yang telah mendudukkan diri di samping Mbak Yuri. Menyadari tengah menjadi objek bersusulkan tanda tanya, Yuri memperkenalkan Noah dan Radu kepada Madam Rowell."Noah, kenalkan! Dia ini teman dekat saya semasa sekolah dulu, dan sekarang kami masih berhu
Read more
58. Bolehkah Aku Menyerah?
Noah tidak percaya ramalan—sangat. Namun apa yang Tara lakukan padanya hari ini cukup merobohkan kepercayaan pemuda itu. Syuting berlangsung cepat, tanpa basa-basi. Noah menjalankan perannya dengan baik, walaupun hatinya ketar-ketir. Sebab dia tak mengerti, mengapa Tara langsung memutuskan jawaban seperti tak berpikir panjang lebih dulu?Dia merasa, seseorang baru saja memengaruhi Tara, atau mungkin wanita muda itu telah mendengarkan sesuatu yang menggugah hati serta pikirannya. Apa pun itu, Noah sangat terganggu sehingga saat mengambil jeda, yang dilakukan hanya melamun dan mengabaikan ucapan Radu."Noah? Tara nggak mungkin ... serius kan?" tanya Radu untuk yang kesekian kali demi memastikan asmara pemuda itu dan sang pujaan hati. Mendengar keputusan mendadak Tara yang hendak mengembalikan cincin lamaran dari Noah, jujur saja Radu jadi kasihan. Selama ini, dia tak pernah melihat Noah begitu luluh, tersenyum bagai anak anjing yang lucu dan polos. Noah si pemain wanita, memiliki tatap
Read more
59. Haruskah Aku Mengabulkannya?
Jika ajakan yang keluar dari mulut Tara tersampaikan pada Noah sebelum terlibat dalam perasaan penuh kepelikan, sudah dipastikan pemuda itu akan menyanggupi ajakan tersebut. Secepat kilat dia akan membawa wanita muda yang tempo hari menendang aset berharganya itu—dan jadi terkena disfungsi—ke hotel mana pun, mau yang terdekat atau termahal.Akan tetapi, Noah sudah tidak memikirkan disfungsi yang menderanya itu. Bahkan dia tak ingin membawa Tara ke tempat bernama hotel, melakukan hal yang biasa dia lakukan bersama para wanita panggilannya. Noah ingin menjaga Tara. Dia tak mau menyakiti hati janda yang satu itu, walaupun saat ini Tara baru saja mengajaknya pergi."Tara? Apa maksud kamu?" bingungnya. "Ke hotel? Astaga! Apakah kamu mengira kalau aku mau menikahi kamu cuma karena mau membawa kamu ke ranjang?"Sosok yang berdiri di hadapan Noah saat ini bukan seperti Hantara Gantari yang dikenalnya. Tara adalah wanita muda yang tangguh dan punya pendirian kuat. Mau terkena badai semacam apa
Read more
60. Padre & Madre
Tara sempat berdiri di ambang pintu lift selama beberapa detik. Tanpa sadar, wanita muda itu menarik napas lantaran tak menduga akan seseorang yang telah berada di dalam lift itu. Dari sekian banyaknya orang, mengapa pula dia harus berhadapan dengan sosok Noah Alejandro? Sepertinya takdir memang ingin menguji sisa kewarasannya yang tertinggal.Tidak ada pilihan lain, Tara tetap memasuki lift tersebut. Begitu pintu tertutup, keduanya diserang kecanggungan yang berada pada tahap lain. Tara meringis, menggigit bibir bawahnya diam-diam. Entah mengapa, lift berjalan begitu lambat bagi keduanya. Belum lagi, Tara menyadari jika tujuan mereka memang sama; lantai teratas Hacer. Wanita muda itu memejamkan mata sejenak, mengembuskan napas secara perlahan, sebisa mungkin tak menimbulkan suara sedikit pun. Belum genap dua menit berada dalam kotak besi berjalan itu, tiba-tiba saja lift berhenti dengan sendirinya. "Eh?""Lho?"Berbekalkan pencahayaan dari lampu darurat, keduanya saling bertatapan
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status