All Chapters of Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam: Chapter 41 - Chapter 50
58 Chapters
Part 37 - Jingga Dari Masa Lalu
“Penthouse ini memiliki dua private lift yang bisa digunakan. Di area foyer, terdapat area powder yang bisa digunakan sebelum masuk ke dalam penthouse Dan di kedua sisi ini juga terdapat storage yang cukup luas.” Seorang wanita berseragam biru tua menjelaskan setiap detail tempat yang kami datangi. Saat tidak mendapatkan respon apa pun dariku, ia melirik Windi dan Arlo yang menyertai. “Silakan dilanjutkan, Bu Erika,” senyum Windi sopan. Windi memang sudah terlatih dalam berbagai situasi. Jika ia bisa mengatasi air matanya yang terlalu sering menetes, mungkin ia biasa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik di luar sana. “Ba… baik,” ujar wanita itu sedikit kikuk, tapi tetap membukakan pintu untuk kami. “Silakan masuk,” katanya, menempelkan kartu di pintu ganda berwarna hitam itu. “Luas penthouse ini 506 meter persegi. Dengan satu master bedroom, dan dua kamar anak, serta satu kamar asisten rumah tangga. Area foyer bagian dalam ini terhubung dengan guest room dan balcony yang men
Read more
Bab 38 - Lara dan Rindu
Ada satu masa ketika aku sangat merindukan kematian, saat rasanya dunia ini terlalu luas untuk genggaman tanganku yang ringkih, saat kupikir tak ada lagi yang tertinggal untukku di tempat yang asing ini. Mungkin… akan lebih mudah untuk melangkah mundur. “Fa Minna La Rosse?” Panggilan itu mengalun di telingaku, mengetuk seluruh memori yang kutinggalkan di masa lalu karena terlalu pahit. “Kamu… benar-benar Minna?” Dengan mata yang terbuka lebar, penuh ketidak percayaan seakan ia baru saja menemukan harta karun yang tersembunyi jauh di dalam lautan, ia bertanya hal yang sama berkali-kali. “Minna…” Namaku bagai jampi yang terulang di mulutnya. “Minna…” Lalu saat tatapan itu melebur dalam lega bersama genang tipis yang bergumul di pelupuk mata, rasanya hatiku hampir saja remuk oleh perasaan aneh. Kupikir tidak ada lagi yang tersisa untukku. “Nona kenal orang ini?” Dengan sikap waspada, Arlo maju selangkah, seakan melindungiku dari sesuatu yang mengancam. Aku tidak tau apa saja y
Read more
Bab 39 - Kabar yang Baik
Tanpa pikir panjang, aku langsung melompat keluar dari mobil Kak Ronan. Dan meski sudah meminta Kak Ronan pergi dari tempat itu, ia tetap mengikutiku keluar dari mobil sambil berkali-kali meneriaki namaku.Aku melirik ke belakang, memintanya pergi dengan tatapan putus asa. Namun, meski aku tau aku harus menjelaskan sesuatu kepadanya, aku tidak memiliki waktu.Lapangan parkir yang tidak sebesar halaman rumah keluarga Ravimore itu mendadak begitu lenggang. Hingga napasku mulai terengah menghampiri mobil yang terparkir beberapa ratus meter dari tempat Kak Ronan memarkirkan mobilnya.Selama beberapa saat Hugo tampak berbicara dengan seseorang di dalam mobil, sebelum kembali menutup pintunya lagi.“HUGO!”Ia melirikku sekilas, mengangguk dalam satu kedipan mata, lalu menyelinap masuk ke mobil.“Tunggu!”Tepat sebelum aku berhasil menggapai mereka, mobil itu melaju begitu saja, meninggalkanku yang ternganga tak percaya.“Minna!”Tangkapan tangan Kak Ronan di lenganku tepat waktu. Karena jik
Read more
Bab 40 - Rindu
Waktu terus berjalan.Kini tepat 7 hari sejak aku mendapatkan kabar itu melalui Windi dan Arlo. Dan selama itu pula, tidak ada kabar lain yang datang.Entah itu suatu hal yang baik atau tidak.Namun, setiap hari, rasanya seperti sedang menunggu hukuman mati. Kecemasan menguar di udara, menyatu di dalam setiap desah napas kami.Setiap ketukan yang muncul dari balik pintu, dan dering ponsel yang terdengar membuat tingkat kecemasanku bertambah semakin tinggi. Dan kurasa, baik Windi maupun Arlo merasakan hal yang sama.Tapi ada satu hal yang patut kusyukuri, meski awalnya begitu keras menentang, akhirnya Windi dan Arlo membiarkanku bekerja. Toh, walau bagaimana pun kami akan berpisah. Aku harus bisa hidup di atas kedua kakiku sendiri saat semuanya benar-benar berakhir.Dan kafe Kak Ronan adalah pilihan terbaik.Mungkin karena terbawa euphoria saat pertama kali bertemu dengannya, aku sama sekali tidak menyadari Kak Ronan menggunakan apron berwarna hijau tua di atas kemeja kremnya. Ia adala
Read more
Bab 41 - Sambungan Telepon
“Nona Minna?”Panggilan Windi membuat tatapan kosongku berpaling.Wajah gadis itu tebungkus senyum tipis yang tak menyentuh sudut matanya.“Nona bisa istirahat hari ini,” gumamnya pelan. “Saya sudah meminta izin kepada Pak Ronan.”“Aku baik-baik saja, Windi.”Lagi-lagi gadis itu tak mau melihat mataku, tapi aku bisa melihat bagaimana ia meremas rok cokelat yang ia kenakan.“Nona…” bisiknya lebih pelan. “Mengenai rencana penjualan apartment ini…”Kata-kata itu sedikit mengejutkan. Aku memang berniat menjual apartment ini saat semuanya berakhir. Karena menurut Windi, mustahil mengembalikan apa yang sudah diberikan keluarga Ravimore.Namun, saat mendengar gagasan itu, Windi lah yang menentang keras. Menurutnya, ini adalah tempat tinggal terbaik untukku.“Sudahlah, aku tidak akan—”“Saya akan membantu berbicara ke Bu Erika.”Apa?Bukankah ia yang menentangku sebelumnya.“Saya dan Arlo juga akan membantu Nona mencari rumah lain yang lebih nyaman untuk Nona.”Getar di suara gadis itu membua
Read more
Bab 0 - Kali Terakhir
“Anda harus tidur.”“Berikan berkas perjanjiannya.”Saat berkas itu diserahkan, aku mendongak, sejak kapan ia menggantikan tugas Joachim sebagai sekretaris.“Joachim sakit.” Fabian berbicara tanpa ekspresi, saat aku mencari Joachim di dalam kantor. “Dan, kalau bisa saya tambahkan, semua sekretaris Anda jatuh sakit.”“Manusia lemah.”Helaan napas Fabian terdengar gusar. “Kalau terus begini, Anda juga akan sakit. Anda sudah tidak tidur selama berhari-hari.”“Berhenti bicara omong kosong. Urus saja pekerjaanmu.”“Dan pekerjaan saya adalah mengurusi kesehatan Anda, Pak Killian.”Saat-saat seperti ini, aku sangat ingin menyingkirkannya.Pria itu tidak berbicara lagi. Tapi matanya menatap cangkir-cangkir kopi yang kosong dan lusinan puntung rokok di atas meja.Brak.Ia berjalan ke pintu, membuka lebar-lebar pintu itu.Remy langsung berjalan mendekat.“Alarm kebakaran akan berbunyi karena asap-asap rokok ini,” jelas Fabian kepada Remy. Yang tentu saja itu hal yang sangat berlebihan.“Hatchi!
Read more
Part 42
“Nona Minna, tolong.”Itu adalah pertama kalinya aku mendengar suara Hugo seputus asa itu. Rasanya mustahil mengingat betapa menyeramkan sosok Hugo yang selalu berdiri tegak melindungi pria itu. Namun sekarang, dalam sambungan telepon yang singkat, Hugo berbicara seakan kehilangan seluruh harapannya.Dengan kecepatan penuh, Arlo membawa kami ke sebuah area perkantoran yang ternyata hanya membutuhkan waktu 30 menit dari The Oak Tree. Lalu ia bergegas membawaku dan Windi ke lift khusus, menempelkan kartu akses ke pintu lift, lalu menekan tombol kedua dari yang teratas.Bukankah keadaannya gawat?Tapi mengapa ia membawaku ke gedung perkantoran, bukan ke rumah sakit?Apa yang sebenarnya sedang terjadi?“Nona?” Windi masih merangkul pundakku. “Tenanglah, Nona…”Aku mengerjap. Sepertinya tanpa sadar sejak tadi tubuhku gemetar hebat. Tangan-tanganku membeku sedingin es, dan kepalaku penuh oleh hal-hal tidak masuk akal yang menakutkan.“Pak Killian pasti akan baik-baik saja.” Kata-katanya sam
Read more
Part 43 - Nobody Else
Aku duduk dengan tatapan kosong.Gerakan tangan Dokter Fabian menari perlahan, mengikat luka di pelipisku dengan benang teramat tipis, menyatukan pecahan kulit yang terbuka.Meski sudah mendapatkan suntikan obat bius, tapi aku masih tetap bisa merasakan setiap kali jarum tajam itu menembus kulitku.Karena keributan di ruang pria itu, Joachim bahkan sampai terbangun dari istirahatnya yang berharga. Ia terlihat begitu payah. Wajahnya pucat, dan tampak amat lemah. Tubuhnya masih menggigil pelan di balik selimut yang ia gunakan.“Maaf Nona.” Arlo tertunduk, rasa bersalah terlukis jelas di wajahnya. “Harusnya kami tidak membawa Nona ke tempat ini.”Ini bukan salahnya.Ia tidak memiliki pilihan untuk menolak.Dan lagi pula, meski mereka melarangku, aku akan tetap datang.“Dokter, apa sebaiknya kita bawa ke rumah sakit? Lukanya cukup dalam.” Windi yang sejak tadi menggenggam tanganku, meringis pelan. Seakan ia lah yang menerima jahitan itu.Ekspresi bagai pendosa tidak hanya terukir di wajah
Read more
Bab 44
“APA KALIAN SUDAH GILA?! BUKA PINTUNYA SEKARANG JUGA!”“Dokter Fabian, kami tidak memiliki kuncinya.”“APA KALIAN MENCOBA MENIPUKU?! BRENGSEK! BUKA SEKARANG JUGA!”Duk! Duk!“PAK KILLIAN, BUKA PINTUNYA! ANDA TIDAK BOLEH MENYAKITI NONA MINNA! PAK KILLIAN!”“Apa?! Nona Minna ada di dalam?! Bagaimana bisa?! Windi, apa sebenarnya yang terjadi?! Kenapa Nona Minna bisa ada di dalam lagi?!”“NONA MINNA?! NONA BISA MENDENGAR SAYA?! NONA, KATAKAN SESUATU!”“Percuma. Ruangan ini adalah ruangan nonlinier. Kita tidak akan bisa mendengar apapun yang terjadi di dalam sana.”“Apa? Tapi mereka pasti bisa mendengar suara dari luar bukan?!”“Ya.”“NONA MINNA, INI SAYA ARLO, TENANGLAH, SAYA AKAN MENGELUARKAN NONA DARI SAJA! PAK JOACHIM, APA TIDAK ADA KUNCI CADANGAN UNTUK RUANGAN INI?”“Ada. Di mansion.”“APA KALIAN SUDAH GILA?!”“PAK KILLIAN TOLONG JANGAN SAKITI NONA MINNA! ANDA BENAR-BENAR AKAN MENYESALINYA! PAK KILLIAN!”“Sebaiknya kita lapor polisi!”“APA?!”Bruk.Susah payah aku mendorong tubuh besa
Read more
Bab 45 - Trouble Couple
“Ehm.” Dokter Fabian berdeham beberapa kali di hadapanku. “Mohon maaf, Nona Minna, tapi… yang tadi itu… cukup… mm… berbahaya…” katanya, sambil mengusap tengkuk dengan kikuk.Tanganku terlipat di dada, wajahku berpaling ke sembarang arah, tapi aku bisa merasakan semburat panas menjalar di kedua pipiku.“Sa… saya mengerti kalau Nona marah, tapi tolong… jangan pukul bagian… i…itu.”Argh, gila!Apa tidak bisa dia berhenti bicara saja?! Kepalaku benar-benar terasa akan meledak karena malu!“Itu pasti sangat menyakitkan.” Jeremy bergumam serius.“Pukulannya keras.” Arlo menjawab, dengan wajah yang jauh lebih serius lagi.Entah sadar atau tidak, ia merapatkan kakinya, meletakkan tangan di depan celana, seakan melindungi sesuatu yang berharga.Aku ternganga tak percaya. Aku benar-benar ingin melemparkan mereka keluar apartment sekarang juga!Dan lagi pula, andai ia tidak mengejutkanku, aku tidak mungkin refleks memukul pria itu di sana! Harusnya ia ikut bertanggung jawab menanggung malu!“Ka…
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status