All Chapters of Hasrat Cinta Abang Tiri: Chapter 71 - Chapter 80
103 Chapters
Bab 71. Accident
Azrul telah percaya dengan mata kepala jika Jeta memang benar akan menikah dengan lelaki asal kepulauan Riau bernama Jovan yang tampan. Meski berat dan kecewa yang sangat, mencoba melepas Jeta sebagai gadis yang sangat ingin dinikahinya dengan rela. Bahkan berniat akan hadir pada hari pernikahan Jeta dilangsungkan."Maaf, Jeta. Aku merasa bersalah telah membuatmu gagal menikah dengan Azrul," ucap Jovan di perjalanan pulang dari fitting sepasang baju pengantin. Gadis hamil di sebelahnya terkedu menoleh. Menelusur wajah Jovan sesaat. Kemudian menunduk pada jari tangan di pangkuan. Seperti ada beban berat yang sedang melekat di kepalanya."Bang Jovan bukan penyebab kami tidak jadi menikah. Kamu sama sekali bukan penyebab. Jadi jangan merasa bersalah," ucap Jeta sambil menoleh pada lelaki di kursi kemudi."Benarkah? Lantas, apa penyebab kalian tidak bersama? Kamu bahkan pergi jauh ke Pulau Batam sini, Jeta. Kamu seperti sengaja menghindarinya?" Jovan bertanya seksama dan pandangannya pun
Read more
Bab 72. Siuman
Sepasang insan kelewat dewasa tengah duduk menghadap meja berisi makanan di sebuah rumah makan kecil. Wanita itu tampak tidak berselera makan dan membiarkan isi piringnya tidak tersentuh sedari tadi. Berbeda dengan lelaki di depannya yang menyuap terus makanan ke dalam mulut meski terpaksa ditelannya. Sambil sesekali didorong dengan air putih yang diminum dari botol."Mi, makanlah! Nanti tenagamu habis. Kita perlu kuat dan banyak tenaga untuk tetap siaga di sini," ucap Ardi sambil menyodor piring Fani lebih dekat lagi. Bukan lalu dimakan, justru sang istri kembali menangis sesenggukan."Jeta, Piiiiii …," ratap Fani dengan disertai deras tangis. Matanya sembab hingga sangat tebal sebab tangisnya yang tidak kunjung berhenti."Minum dulu. Istighfar, Mi ... yang terpenting kita tidak berhenti mendoakan," bujuk Ardi dengan lembut. Diberikannya sebotol air mineral pada Fani. Yang diteguk cukup banyak oleh sang istri. Ardi tampak lega dan merasa puas. Kemudian disuapinya sang istri dengan s
Read more
Bab 73. Perkembangan
Tujuh hari berlalu semenjak kecelakaan naas itu. Jeta duduk di kursi roda yang bisa diatur ketinggiannya sesuai momen dan keperluan. Papa tiri telah membelikan kursi roda paling baik dari Kota Nagoya untuknya.Ini adalah hari pertama duduk di kursi roda setelah sangat lelah dilayani segalanya oleh Fani tiap hari. Merasa jenuh dan tidak ingin tergolek terlalu lama di ranjang. Sungguh iba dengan mamanya yang tampak lelah dan sedih. Jeta susah payah menahan rasa sakit dan segan saat Ardi membantu dan mengangkatnya ke kursi roda. Namun, mamanya tampak bahagia saat mendorongnya dengan kursi roda menuju ruang makan.Kini, gadis itu duduk menghadap meja makan dan mengambil sarapan dengan Ardi dan Fani di depannya. Sekotak salad buah sudah berada dekat juga di meja. "Mama sangat senang, Jeta sudah bisa kembali makan sama-sama di meja ini. Semangat, ya, Nak," ucap Fani dengan raut sedih yang berusaha ditutupi dengan senyum. Sambil membuka tutup salad untuk Jeta.Semenjak kehamilan Jeta dipub
Read more
Bab 74. Aku Nikahi
Dua lelaki hampir bersamaan keluar dari dalam mobil. Satu keluar dari pintu kiri dan satu keluar dari pintu kanan. Jeta nanar melihat kedatangan mereka dengan tangan memegang erat pada pegangan kursi roda. Langkah mereka kian dekat dan kini menghampiri lantai teras. "Assalamu'alaikum!" Ilyas adalah lelaki yang melempar salam."Wa'alaikumsalam!" Azrul menjawab keras dan lugas. Diikuti Jeta yang menjawab salam Ilyas sangat lirih. Pandangan matanya tertuju lurus pada lelaki di samping Ilyas yang juga terus menatapnya termangu. Jeta membuang pandangan perlahan dengan menunduk. Mata yang sedari awal sudah berkaca-kaca itu kini berair sungai mengalir di pipi. Melihat pria itu, membuatnya merasa sedih dan pilu. Rasa hati ingin sekali mengadu segala hal, tetapi tertahan sebab merasa ragu dan malu. Bukan hanya dirinya saja yang di sana. Sekuat mata dan hati ditahan untuk berhenti jatuh air matanya. Sekilas Jeta merasa jika kepala berkerudungnya disentuh tangan seseorang dengan lembut. Ad
Read more
Bab 75. Terungkap Dalangnya
Keluarga almarhum calon suami benar-benar datang sebagaimana yang sudah dikabarkan mereka di hari sebelumnya. Pasangan suami istri Afan dan Alma, serta seorang anak lagi yang tersisa, Elma.Keluarga mantan calon besan sebagai tuan rumah membawa keluarga Afan ke meja makan. Fani telah menyiapkan sedemikian rupa dengan dibantu seorang asisten baru di rumahnya. Faqih yang kini bersikap baik seperti semula, telah memaksa untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga. Tidak tega melihat calon mertua sekaligus ibu tiri yang sebetulnya dia sayang itu jadi kelelahan. Apalagi sambil merawat Jeta sendirian. Dari ruang makan mereka bergeser ke ruang sofa. Jeta pun melaju bersama kursi roda dengan di dorong Faqih perlahan. Menolak dipindah ke sofa sebab akan terasa sakit pada kaki. Maka diikutinya perbincangan serius dua keluarga itu dengan tetap duduk di atas kursi roda. Faqih telah menyampaikan niat seriusnya untuk menikahi Jeta dan kini sedang dalam perdebatan."Aku tidak tahu bagaimana mengo
Read more
Bab 76. Sah
Lima hari kemudian ….Sungguh sangat disyukuri. Segalanya jadi mudah, lebih tepatnya dimudahkan. Faqih yang menikahi Jeta dalam kondisi hamil pun bukan masalah. Tidak ada satu pun personil kepengurusan masjid yang bertentangan. Meski ada, akhirnya sepakat memaklumkan. Mereka berdua bahkan menikah bersama-sama dengan sepasang pengantin yang di khitbah beberapa waktu lalu. "Jeta, kamu pulang ke mana?" Fitri terlihat anggun dengan gamis pengantin berkerudung. Sang suami yang seorang pria dari Sunda itu sedang berbicara dengan Faqih. "Aku … mungkin ke rumah dia," sahut Jeta sambil menunjuk Faqih dengan lirikan. Mereka sedang berada di latar parkir. Seluruh saksi dan pengiring pernikahan sudah pulang sedari tadi. Bahkan Mama Fani dan Om Ardi pun. Hanya Ilyas yang masih setia menunggu pengantin baru di kursi kemudi."Jaga kesehatanmu, Jeta. Tetapi jika sudah mampu, jangan menolak ajakan suami untuk berhubungan badan." Fitri tiba-tiba sudah berbisik di telinganya dengan sedikit membungkuk.
Read more
Bab 77. Tukar Baju
Dua orang pengantin baru duduk di meja makan dengan pakaian sepasang yang semula. Belum jadi tukar baju sebab Jeta masih terus menolak. Merasa canggung dan malu membuatnya meminta mengulur waktu. Faqih pun mengalah sejenak dan membawa istri ke ruang makan dan duduk di kursi meja makan."Salad …," tegur Faqih dengan senyum saat lagi-lagi salad buahlah yang jadi prioritas bagi Jeta."Sedikit saja," respon Jeta. Segera memakan beragam iris buah segar berbumbu mayones, keju, krim manis, susu dan air yoghurt. "Apa enak?" tanya Faqih iseng saja. Padahal juga diakuinya itu enak dan segar. Apalagi cuaca Batam sedang sangat panas hari-hari."Iya, enak sekali, ini sangat lezat. Saat itu aku tidak terpikir dengan menu sehat ini. Kamu pintar sekali memilihkannya untukku. Seperti sudah pengalaman sekali. Terima kasih, ya, Faqih," sahut Jeta dengan tersenyum. Terlihat semakin cantik mempesona dengan riasan pengantin dan gaun indahnya."Iya, Jeta," sahut Faqih singkat. Rasa mulutnya tercekat. Menyi
Read more
Bab 78. Istriku
Jeta menyisir rambut ovale panjang rapinya yang halus dan lembut. Duduk di atas kursi roda di depan meja rias. Belasan menit lalu Faqihlah yang mengangkatkan.Meski sudah dikatakan bahwa dirinya sudah bisa sendiri bergeser dan berpindah duduk ke kursi, lelaki itu bersikeras memindahkan. Bahkan juga sudah melihat saat Jeta berpindah duduk sendiri dari kursi roda ke ranjang. Meski susah payah dan sakit, dirinya telah berulangkali mencoba dan berhasil.Kini lelaki itu sedang di kamarnya sendiri yang mungkin sedang mandi. Setelah berlibur beberapa hari, dari menjelang akan menikah hingga pagi ini, lelaki itu akan meninggalkannya pergi bekerja kembali. Entah kenapa, Jeta merasa pagi ini sangatlah bersemangat. Pagi yang biasa hanya mengelap hingga basah kulit di badan. Di hari sepagi ini bahkan sudah mandi. Faqih telah membelikan satu kursi lagi untuk mengangkat sebelah kakinya saat mandi. Agar terlindungi dan juga tidak basah. Jeta menolak memakai pembungkus kaki yang juga dibelikan khusu
Read more
Bab 79. Adik Ipar
Perempuan berbadan padat dan sekal dengan perut cembung di ruang makan itu baru meletak kotak salad kembali ke dalam kulkas. Rambut ovale panjang yang lembut berkilat dibiar tergerai dan indah. Pagi ini baru saja bersarapan seorang diri sebab lelaki yang seatap dengannya telah pergi bekerja lepas subuh. Entah kenapa, lelaki berstatus suaminya itu sangat rajin belakangan ini.Bell berdering terdengar tiba-tiba pertanda seorang tamu sedang berdiri di depan pintu. Mak Min sedang di dalam kamar mandi sedari tadi. Jeta kembali menaiki kursi roda dan meluncur dengan laju. Tidak ingin berjalan tertatih dan membuatnya kehilangan seorang tamu. Salah satu penghibur yang diharap datangnya sesekali. Tidak peduli sesiapa pun yang datang berkunjung sebagai tamu. Beberapa kali pun Fitri sudah datang bersembang. Tidak ketinggalan juga Mama Fani dan Om Ardi."Kak, Elma?!" Pekik Jeta terkejut. Wanita cantik berperut lebih buncut darinya sedang tersenyum masam di balik jeruji pintu besi."Assalamu'alai
Read more
Bab 80. Hendak Menciduk
"Jeta! Jeta! Jeta! Awaaas …!" Elma memekik histeris."Duh, Kak Elma! Sudah kubilang …." seru perempuan di kursi roda.Jeta hampir tergelincir dan turun laju di tangga papan khusus roda kala Elma hampir gagal menahan beban beratnya. Meski tombol rem sudah diaktifakan, kemiringan itu lebih kuat grafitasi tarikannya. Beruntung dengan tanggap, Jeta mengunci roda di bagian yang belakang dengan panik. "Kan dah kubilang, Kak Elma tuh kurus, nggak akan kuat nahan bebanku dan kursi rodaku," ucap Jeta menggerutu. Rasanya campur aduk sekali, antara kesal, panik dan gemetar. Juga berbaur dengan rasa lega penuh syukur."Maaf deh, Jeta. Maaf …. Aduh, tak kusangka, aku nggak kuat nahan kamu, kupikir nggak seberat itu. Aku ini memang sedang kurus banget kali, ya," ucap Elma bergumam dan bimbang."Iyaaaaa … kurus ituuuu ….!" Jeta menyahut gemas dengan menunjuk jari ke depan. Mereka sudah habis menuruni tangga sorong dengan selamat. Kini telah di teras sebuah kantor dengan kaca gelap yang memantulka
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status