Semua Bab Pengacara Cantik Pencuri Hatiku: Bab 111 - Bab 119
119 Bab
111. Tampan
“Dia…” Elin menggantung ucapannya setelah sosok Andro hilang dari pintu lift seiring pintu itu tertutup. Sebelumnya, pemuda itu berpamitan pada Elin dengan sopan setelah Raja memintanya menunggu di mobil.Belasan menit lalu, setelah mereka sampai di salah satu apartemen mewah tempat di mana Sabrina tinggal, Raja dan Andro mengawal Elin serta Nina menuju unit apartemen wanita nyentrik itu yang berada di lantai dua puluh. Elin sudah lebih dulu mengabari sahabatnya tersebut untuk mengizinkannya dan Nina menginap. Bisa saja sebenarnya Elin langsung membawa Nina pulang, tapi akan sangat beresiko. Kemungkinan besar mereka sampai rumah bertepatan dengan pulangnya Daniel dan Kristal dari luar kota. Kedua orang tuanya pasti lelah karena perjalanan cukup panjang. Apalagi Daniel mengendarai mobilnya sendiri. Elin ingin menghindari drama yang sudah pasti akan heboh karena disponsori Kristal. Setidaknya, suasana malam ini harus tenang. Ia juga tidak ingin membebani adiknya yang tampak murung. Bers
Baca selengkapnya
112. Melakukan Hal Yang Kamu 'Suka'
Elin terdiam. Kembali mengingat apa yang sebenarnya tadi mereka bicarakan sebelum terjadinya rayu merayu yang membuat pasangan minim pengalaman ini saling salah tingkah seperti sekarang.“Ehm… Kalau saja Andromeda mengabaikan pesan dari temannya, aku…” Elin menahan napas. Seketika rasa sesak menghampiri. Di otaknya sudah membayangkan kalau tadi Nina berhasil dicekoki minuman ber*lkohol itu, dan entah apa yang selanjutnya akan terjadi.Hubungan mereka memang sedang perang dingin, tapi tidak membuat rasa sayang Elin pada Nina berkurang setitikpun. Elin teramat sangat menyayangi adiknya itu. Ia bahkan memilih diam saat Nina terus-terusan menyenggol dan menyindir hubungannya dan Raja setiap ada waktu. Elin tidak ingin pecah pertengkaran dengan sang adik tersayang.“Sayang…”“Beberapa tahun lalu Nina pernah hampir mau ke tempat itu, Mas, dan orang yang mengajaknya adalah orang yang sama.” Meluncurlah cerita tentang Nina dan Poppy dari mulut Elin. Serta hukuman yang Daniel berikan pada Nina
Baca selengkapnya
113. Tidak Pernah Berubah
“Kamu belum tidur?” Akhirnya Elin membuka pembicaraan setelah saling diam entah sudah berapa lama. Elin tahu pertanyaan ini hanya basa basi, karena sudah jelas mata sang adik masih terbuka dan mengarah pada langit-langit kamar Sabrina. Meski jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi tampaknya Nina dan Elin tidak ada niat untuk meng’istirahatkan diri. Rasa kantuk tidak menghampiri dua saudara itu meski mereka telah berbaring berdampingan. Beruntung besok adalah hari libur, sehingga ia dan Nina tidak takut kesiangan.Sementara itu, si wanita nyentrik pemilik unit apartemen ini ada di ruang sebelah, tempat di mana Sabrina biasa meletakkan barang-barang serta membuat video endorse yang diterimanya. Sabrina mengatakan pekerjaannya sedang banyak. Namun Elin yakin kalau sahabatnya itu sengaja meninggalkan dua saudara ini untuk leluasa saling bicara. Terlebih sebelumnya, Elin telah memberitahu Sabrina tentang apa yang tadi dialami Nina meski tidak secara rinci. Sepengertian itu lah Sabr
Baca selengkapnya
114. Taman Kota
“Enak?”Eling mengangguk-angguk kencang. Bibirnya yang sedang mengunyah jajanan telur gulung membingkai senyum riang. Persis seperti anak kecil yang keinginannya dikabulkan sang mama.Raja terkekeh gemas. Ingin sekali rasanya mencubit pipi sang kekasih yang duduk di sampingnya ini. Mereka menikmati malam berdua. Duduk di bangku yang melingkari salah satu pohon rindang taman kota yang mereka datangi setelah sebelumnya memborong jajanan di pasar malam yang terletak tak jauh dari tempat ini.Telur gulung yang dikunyah Elin ini adalah jajanan terakhir yang mereka beli. Jajanan lainnya sudah masuk ke dalam perut masing-masing.“Pelan-pelan makannya, Sayang… Sampai belepotan begini sausnya.”Deg!Tubuh Elin membeku saat Raja mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari pria itu tanpa rasa jijik.“Kalau kurang, nanti aku belikan lagi.”Elin tersenyum malu. Kali ini makan dengan hati-hati. Ia takut
Baca selengkapnya
115. Hadapi Bersama
“Oh iya, Sayang, bagaimana dengan Nina? Apa dia sudah bilang sama Om Daniel?”Elin menghela napas berat, lalu menggeleng lemah. Ini sudah dua hari setelah kejadian di club malam itu. Rumahnya masih tenang-tenang saja. Dapat dipastikan Daniel belum mengetahuinya. Elin juga tidak lagi menanyakan pada sang adik yang dua hari ini kelihatan murung. Namun sisi positifnya, hubungan mereka perlahan membaik. Nina tak lagi menghindarinya saat mereka tak sengaja berpapasan.“Aku tidak mau mem*ksa Nina,” kata Elin lemas. “Aku akan mengikuti apa pun keputusan Nina nantinya, Mas, dan sepertinya harus mempersiapkan diri kalau sewaktu-waktu Papi tahu kejadian ini. Mas… apa… Mas siap kalau—Ehm… k-kalau nanti kena amuk Papi? Mas Raja bisa dikatakan terlibat dalam kejadian ini. Meski berada di sisi positif, tapi ada kemungkinan besar Papi akan marah karena Mas Raja juga ikut diam-diam saja. Sebenarnya kalaupun Nina jujur, Papi juga
Baca selengkapnya
116. Alamat Penghulu
Dengan h*srat yang semakin menggebu, Raja memajukan tubuh sampai bibir mereka benar-benar menempel. Raja terdiam. Ingin mengetahui reaksi sang kekasih. Beberapa saat berlalu. Elin tak melakukan pergerakan apa pun. Bukankah ini menandakan Elin mengizinkannya untuk mencumbu sang kekasih?Perlahan, Raja menggerakkan bibirnya. Menarik bibir sang kekasih dengan lembut. Matanya memejam dengan bibir kembali bergerak. Melum*t lagi untuk ke dua kali. Raja mulai memposisikan tubuh semakin condong ke arah Elin, dan kembali menggerakkan bibirnya untuk kali ke tiga sampai seterusnya. Entah sudah berapa kali pergerakan. Raja tidak bisa berhenti. Bibir yang semula terasa dingin, kini mulai menghangat seiring Elin yang mulai membalas apa yang Raja lakukan. Napas keduanya memburu.Pergerakan mereka semakin tak terkendali. Sampai-sampai Elin sudah tak mampu lagi membalas. Raja meremas lembut tengkuk dan rambut sang kekasih tanpa peduli posisinya bisa membuatnya pegal setelah ini. Sementara Elin, hanya
Baca selengkapnya
117. Freezer Berjalan
“Om masih belum mau bicara sama kamu, Sayang?”Elin mengangguk lesu. Apa yang ia dan Raja takutkan akhirnya terjadi. Daniel tahu masalah Nina dari kenalannya di club malam itu. Sudah Elin katakan kalau papinya memiliki banyak sekali kenalan yang tersebar di mana-mana. Dan seharusnya Elin tak terkejut. Sekarang, setelah sang papi memarahi Nina habis-habisan, pria itu mendiamkan orang satu rumah, kecuali sang istri tercinta tentunya. Karena memang Kristal tidak tahu menahu kejadian tersebut. Kalau saja Kristal tahu dan ikut menyembunyikan, sudah pasti Kristal pun kena ambek. Meski Elin yakin tak akan lama. Kebucinan Daniel pada sang istri sudah tak terselamatkan. Sehingga tidak mungkin Daniel tahan diam-diaman sama Kristal.Sementara itu, jangan kira Raja lolos dari aksi diam Daniel. Raja juga ikut kena batunya. Dapat Raja ingat kata-kata Daniel padanya dua hari lalu yang menunjukkan rasa kecewa mendalam. Raja merasa seperti sedang berkhianat."Om, maafkan saya mengecewakan Om. Bukan ma
Baca selengkapnya
118. RUMAH Raja
"Om." Raja mengulurkan tangan untuk menyalimi calon mertuanya yang masih mode Freezer berjalan itu.Namun Raja harus menelan kenyataan pahit karena Daniel benar-benar mengabaikannya. Pria paruh baya itu berlalu begitu saja dari hadapan Raja. Seakan Raja tidak ada di sana. Setelah lebih dari sepekan tak dapat bertemu dan akhirnya dipertemukan di rumah Daniel secara tak sengaja, Raja ternyata masih harus tetap menerima kenyataan kalau Daniel masih doyan menghindar. Bahkan tadi, Daniel benar-benar terkejut akan keberadaannya. Mungkin tak menyangka kalau akhirnya mereka bisa bertatap muka. Namun dengan pengendalian diri yang sudah terlatih bertahun-tahun, Daniel dapat segera mengubah ekspresinya menjadi datar terkesan tak peduli."Mi, nanti kita makan malam di kamar saja,” kata Daniel di sela langkah kakinya menjauh dari ruang tamu.Kristal meringis tak enak hati pada calon mantu idamannya.Huft… Ini tidak bisa dibiarkan. Kristal harus membujuk Daniel untuk tidak terus-menerus memusuhi Ra
Baca selengkapnya
119. Daniel Dan Si Bungsu
"Pi!”Daniel yang sedang duduk di atas ranjang sambil bersedekap dan mengusap-usap dagu tersentak saat tiba-tiba pintu kamarnya dibuka kasar diiringi suara nyaring sang istri.“Mami ngagetin aja deh. Sini, Mi.” Daniel menepuk-nepuk ranjang agar sang istri duduk di sampingnya.Kristal mendengus kesal. Namun ia melangkah menuju tempat Daniel berada, mengikuti keinginan suaminya duduk di samping pria itu. “Apa Papi tidak keterlaluan sama Dek Raja? Posisinya serba salah, Pi. Maju kena, mundur kena. Sudah mami ceritakan kan bagaimana sikap Nina selama ini pada calon mantu idaman mami itu?” cerocos Kristal yang memang akhirnya memberitahu Daniel kalau Nina tak suka dengan hubungan Raja dan Elin. Daniel sempat terkejut mendengar fakta itu. Ia merasa bodoh karena selama ini tak peka dengan situasi menegangkan antara Nina, Elin dan Raja. “Coba Papi bayangkan kalau jadi Dek Raja. Tidak mungkin juga dia ember bilang-bilang sama papi. Yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status