Semua Bab Satu-satunya Perempuan Dihati Suamiku: Bab 71 - Bab 80
82 Bab
71. Dia adalah dalangnya!
"Yunus!!"Melihat Sandi terjatuh pingsan, Ayah Cakra tiba-tiba berlutut di depan Ustad Yunus dan memeluknya dengan erat.Tanpa memedulikan harga dirinya yang terlihat rendah, Ayah Cakra hanya berharap bisa mendapatkan pengampunan dari Ustad Yunus atas perbuatannya.Karena jika Ustad Yunus tidak memaafkan, maka sulit baginya untuk meminta Sandi untuk bertanggung jawab. Dan bisa jadi, Ustad Yunus lah yang akan membantunya nanti. Dia yakin pria itu memiliki hati yang tulus."Demi apapun, Nus, aku khilaf. Aku dengan tulus mengakui kesalahanku. Tolong maafkan aku," ucapnya memohon ampun.Orang-orang di sekitar mereka semua fokus pada Sandi, membantu Soni membawanya ke dalam kamar. Sementara itu, Bunda Noni terlihat terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh suaminya."Apa yang Ayah lakukan? Dan kenapa Ayah meminta maaf?"Bukankah ini berarti, secara tidak langsung Ayah Cakra mengakui, bahwa benar dia mengirimkan ilmu hitam? Itulah yang terbesit dalam benak Bunda Noni."Jadi benar ya, Yah
Baca selengkapnya
72. Menikahi perempuan gila
"Apa benar itu, Bu?" tanya Sari, yang sejak tadi baru berbicara. Dia mendekat ke arah Bunda Noni, lalu memegang kedua pundaknya. "Jadi, ternyata Ibu, yang menjebak Sandi? Supaya Sandi diperkosa oleh Naya, begitu??" tuduhnya."Bukan, Ma! Bukan seperti itu!" bantah Sandi."Lalu bagaimana?" Sari menatap heran kepada anaknya yang masih tertutup selimut."Ayok cepat katakan, Bu. Jelaskan kepada kami semua apa yang terjadi, biar nggak ada salah paham," pinta Pak RT, yang mencoba menjadi penengah.Dia juga merasa tak habis pikir, jika konflik yang terjadi ternyata masih panjang. Baru tadi tentang Ustad Yunus yang selesai, sekarang ada lagi."Iya, semuanya mungkin nggak akan terjadi kalau bukan karena aku," sahut Bunda Noni, mengakui letak kesalahannya di mana. "Semua ini berawal saat Naya kabur dari rumah sakit jiwa, lalu pulang ke rumah dengan membawa Sandi. Tapi anehnya ... dia mengira bahwa Sandi adalah Yunus.""Kok bisa, si Naya gila itu mengira Sandi sebagai Yunus? Jelas muka mereka berb
Baca selengkapnya
73. Nggak usah pakai baju
"Saya terima nikah dan kawinnya Naya Aini Narendra binti Cakra Narenda dengan mahar uang seratus ribu rupiah dibayar tunaiiiii ...!!""Bagaimana para saksi?!""Sah!!""Saaahhhhh!!"Meskipun berat dan penuh keterpaksaan, akhirnya Sandi melaksanakan prosesi ijab kabul. Kini, mereka resmi menjadi sepasang suami istri yang diikat oleh ikatan pernikahan.Naya, yang duduk di samping Sandi, terlihat tersenyum bahagia. Dia merasa sangat bersyukur karena dia berpikir telah berhasil menikah dengan Ustad Yunus, pria yang sangat dicintainya.Meski pernikahan itu hanya siri dan dadakan, tapi Bunda Noni sempat menyewa sepasang baju pengantin untuk mereka berdua. Naya juga didandani seperti pengantin pada umumnya, terlihat cantik dan anggun.Acara ijab ini hanya disaksikan oleh beberapa orang, termasuk kedua orang tua Sandi, kedua orang tua Naya, Pak RT, Ustad Hamdan, Papi Yohan, dan Evan.Ustad Yunus sendiri tidak ikut serta, karena Papi Yohan melarangnya dengan tegas. Dia khawatir Naya akan berpind
Baca selengkapnya
74. Belum menghabiskan waktu
Keesokan harinya.Di meja makan, Yumna, Ustad Yunus dan Umi Mae tengah menyantap nasi uduk.Wajah Yumna dan Ustad Yunus tampak segar sekali, Yumna juga begitu ceria hari ini seperti sedang bahagia."Mas mau nambah telor nggak? Biar aku ambilin," tawar Yumna dengan lembut menunjuk telor balado."Boleh, Dek." Ustad Yunus mengangguk, segera Yumna mengambilkan untuknya. "Terima kasih, ya, Dek.""Sama-sama Mas sayang," jawab Yumna. Perlahan, tangan Ustad Yunus terulur, lalu menyentuh pipinya dengan lembut dan mesra."Umi seneng deh, lihat kalian harmonis. Semoga seterusnya seperti ini, ya?" Melihat mereka berbahagia, tentulah Umi Mae ikut bahagia juga.Bahkan disetiap do'anya sehabis sholat, dia tak pernah absen untuk mendo'akan keutuhan rumah tangga Ustad Yunus dan Yumna, yang selalu diterpa banyak cobaan.Umi Mae yakin, cobaan itu pasti akan segera berlalu."Amin, Umi," sahut keduanya sembari tersenyum dengan saling memandang."Oh ya, Umi. Hari ini rencananya Mas Boy mau ngajakin aku cek
Baca selengkapnya
75. Nyesel aku jadinya
"Ya udah, biar nanti aku pikirkan dulu sekalian meminta izin sama bos. Kalau begitu aku pamit, assalamualaikum." "Walaikum salam," jawab Bunda Noni dan Naya berbarengan. Menatap Sandi yang keluar dari kamar. "Bunda tinggal dulu sebentar ya, Sayang. Bunda mau—" "Tunggu dulu sebentar, Bun!" Naya langsung menyentuh tangan Bunda Noni yang baru saja mengelus pucuk rambutnya, hendak pergi. "Kenapa?" "Setauku ... Bang Yunus itu kerja jadi marbot masjid deh, Bun." "Memang iya, terus kenapa?" Bunda Noni menatap bingung. Tak mengerti maksud Naya. "Tadi Bang Yunus ngomong mau minta izin. Memangnya orang kerja di masjid itu ada bos yang mengawasi ya, Bun? Setauku enggak deh." Naya menggeleng dengan raut bingung. Agak membingungkan menurutnya, dengan apa yang Sandi ucapkan tadi. "Oohh ... mungkin maksud Yunus bos itu pemilik masjidnya." Bunda Noni seakan memiliki banyak ide, untuk bisa menjawab pertanyaan dari sang anak. "Iya ... jadi 'kan sama saja, dia perlu meminta izin, Nay." "Iya kali
Baca selengkapnya
76. Nggak boleh su'uzon
"Nggak boleh su'uzon, Dek. Nanti kita pulang langsung tanya aja ke Umi. Biar kamu nggak kepikiran yang enggak-enggak." Ustad Yunus menasehati. "Iya, iya." Yumna mengangguk. Setelah selesai makan siang, mereka langsung mencari kue bakpia yang Yumna inginkan. Menyelusuri setiap toko dan akhirnya membeli satu kotak yang berisi 12 buah rasa keju. "Bagaimana rasanya? Enak?" tanya Ustad Yunus, saat melihat istrinya baru saja mengunyah satu bakpia di tangannya. Mereka berdua kini sudah masuk lagi di dalam mobil. "Enggak, Mas." Yumna menggeleng, lalu memberikan kotak bakpia kepada Ustad Yunus. "Masa sih nggak enak? Terus kenapa itu kamu telan?" Merasa penasaran, Ustad Yunus pun mencobanya satu. "Ya jelas aku telan, orang udah ada dimulut. Nanti kalau dibuang Mas bilang mubazir." "Ya kalau memang kamu nggak suka banget, nggak usah dipaksa, Dek. Nggak apa-apa. Tapi menurut saya sih ini enak." Ustad Yunus mengunyah sambil meneliti rasanya, sebelum akhirnya dia telan. "Enggak ah, kejunya a
Baca selengkapnya
77. Cobaan apa lagi ini?
"Eemmm ... mereka ada kok, Nak," jawab Umi Mae, tapi tampak ragu-ragu."Di mana, Umi?""Di rumah Mbaknya Yunus.""Maksud Umi di rumahnya Mbak Sari?""Iya, ada di sana.""Lho kok bisa mereka ada di sana? Memangnya mereka sempat kabur dari rumah, ya?""Bukan kabur dari rumah, tapi mereka sengaja Umi titipin. Karena 'kan waktu itu Yunus sakit, kamu nggak fokus sama mereka. Umi juga 'kan ikut nemenin kamu di rumah sakit," jelas Umi sedikit gugup."Oohh begitu. Syukurlah ...." Yumna merasa lega. "Aku sampai berpikir mereka digoreng sama Umi, buat dijadikan lauk.""Mana mungkin Umi tega seperti itu. Lagi pula mereka 'kan ayam-ayam kesayanganmu.""Umi benar. Terima kasih ya, Umi ...." Yumna langsung memeluk wanita tua itu dengan penuh kasih sayang. "Udah bantu ngurusin Cia dan Cio. Maaf juga, kalau aku sempat su'uzon bahwa Umi menggoreng mereka.""Enggak masalah, Nak. Umi mengerti kok, kekhawatiranmu." Umi Mae mengusap pipi Yumna dengan lembut dan tersenyum."Ya udah, sekarang aku mau pergi
Baca selengkapnya
78. Pria asing
Meski diawal Sandi tak menginginkan hal ini terjadi, dan sempat berusaha untuk menolak. Tapi pada akhirnya, sebagai pria normal, dia berhasil luluh.Hasrat itu muncul saat terus menerus digoda, Sandi tak kuasa untuk menahan.**Keesokan harinya.Setelah melalui malam panjang penuh gairah, dengan perlahan-lahan Naya membuka matanya lalu menatap sekeliling ruangan.Sorot matanya pun berhenti pada Sandi yang tertidur pulas dengan bertelanjang dada di sampingnya, dan sontak membuat Naya membulatkan matanya, merasa terkejut."Kamu siapa? Kenapa kamu ada dikamarku?!" teriaknya yang langsung beranjak dari tempat tidur. Namun, kembali dia merasa terkejut mana kala melihat tubuhnya sendiri polos tanpa busana. "Astaghfirullahallazim!!""Ada apa, Nay? Kenapa kamu berisik sekali?" Sandi membuka matanya yang terasa berat, lalu menguceknya beberapa kali sembari menatap Naya. Perempuan itu terlihat panik, dia langsung berlari keluar kamar sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Sandi.Braakkkk!
Baca selengkapnya
79. Dia bukan Yunus!
"Bunda ... Bunda kenapa bawa dia ke sini??" Naya terkejut melihat kedatangan Sandi bersama Bunda Noni. Dia merasa ketakutan dan dengan refleks, dia membanting pintu. Braakkk!! "Astaghfirullahallazim, Nay! Apa yang terjadi?" Bunda Noni bingung dengan kejadian tersebut. Dia mencoba membuka pintu, namun pintu itu sudah dikunci dari dalam. "Pria asing itu... kenapa Bunda membawanya ke sini? Seharusnya Bunda membawanya langsung ke kantor polisi!" Naya mengungkapkan kekhawatirannya. Mendengar perkataan Naya, Bunda Noni menoleh ke arah Sandi, dan keduanya saling memandang. "Apa jangan-jangan yang dimaksud pria asing itu kamu, San? Tapi kenapa?" Bunda Noni bertanya bingung. "Aku nggak tau, Bun." Sandi menggelengkan kepala, juga bingung. "Tapi masa Naya nggak mengenalku?" "Itu dia masalahnya, San." Bunda Noni menghela napas, lalu mengetuk pintu kamarnya. "Naya sayang... Pria asing yang kamu maksud bukanlah orang jahat, tapi dia adalah suamimu, Yunus." "Bunda, ini aneh. Bunda pikir aku n
Baca selengkapnya
80. Sudah jadi istri orang lain
Setelah mendengar penjelasan dari Soni, Yumna Akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Soni. Namun, Yumna sendiri tak memiliki bukti yang kuat jika benar pria itu berbohong. Apalagi Ustad Yunus pun ikut meyakinkannya kalau semua ucapan sang kakak ipar adalah benar. Jadi mau tidak mau, mungkin Yumna akan mencoba untuk menerima meskipun hanya sepenuh hati. *** Di tempat berbeda. Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Bunda Noni diminta untuk membawa Naya ke sana, supaya bisa diperiksa secara jelas tentang kondisinya. Sandi sendiri memilih tidak ikut bersama mereka, karena memang itu atas permintaan Bunda Noni. Dia tidak mau Naya histeris lagi dan berefek pada kondisi mentalnya. Bunda Noni ingin yang terbaik untuk anaknya, ingin melihatnya sembuh. Setelah setengah jam diperiksa dan berkonsultasi kepada Dokternya Naya, akhirnya dokter itu memiliki jawaban yang akan dijelaskanny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status