Semua Bab Istri Kontrak Tuan Nick: Bab 31 - Bab 40
46 Bab
Bab 31. Jangan Memberikan Ciuman ke Orang Lain
Nick merenggangkan ciuman.  Kemudian, melanjutkan lumatan lumatan dengan lembut. Oliv memejamkan mata dan sedikit demi sedikit dirinya menerima ciuman itu dan membalasnya. Ciuman itu cukup lama dan akhirnya Nick mengakhirinya. Perempuan itu hanya diam dan menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya. Tangan Nick mengusap lembut bibir milik Oliv. Napas mereka saling beradu di sana.  “Saya ingin ciuman ini hanya untuk saya, jangan sampai kamu memberikannya ke orang lain,” ucap Nick tiba-tiba.  Oliv melirik ke jari Nick yang mengucsp bibirnya itu. Dia memegang tangan pria itu spontan. “Kenapa? Hah? Bukannya itu hak aku?”  Nick terdiam sejenak dan melepaskan tangan dari sana. Kemudian pria itu berjalan menuju ke meja kerjanya. “Intinya saya tidak mau kalau kamu berciuman sama laki-laki lain,” kata pria itu lagi. Tanpa menjelask
Baca selengkapnya
Bab 32. Tertarik
Oliv mencoba untuk mengabaikan orang-orang di sekitar sana dan bergegas masuk ke dalam lift. Setelah turun satu lantai, ada seorang perempuan yang masuk ke dalam lift.    Oliv melirik ke samping,ternyata sekretaris Nick.    “Ternyata kamu ada hubungan sama Bos Nick?”   Oliv menautkan alis, kemudian dia mengangguk kecil. “Ya–ya, emang sih.”   “Kenapa baru bilang? Bahkan saya saja tidak tau siapa kamu sebenarnya. Mereka itu punya banyak mata, jadi kalau kamu punya hubungan lebih. Lebih baik kamu bicara di hadapan mereka.”   “Ya ... kan nggak ada yang tanya juga kan? Buat apa aku bicara di depan kalian? Aku juga nggak kenal kalian?”   Angel menghela napas kasar. “Bukannya begitu astaga. Kalau kita tau kamu itu ada hubungan sama Bos kita. Kita bakalan menghormati kamu itu aja. Jadi, kamu kekasih Bos, atau cuma selingkuhan saja?”   
Baca selengkapnya
Bab 33. Teman?
Axel mengangkat bahu dan menatap ke samping sekilas. “Apa harus ada alasan kenapa saya tertarik sama kamu?”   Oliv melirik ke samping juga. “Harusnya sih. Pasti ada alasan kenapa kamu tertarik sama aku.”   “Kamu cantik.”   Wajah Oliv bersemu merah saat pria itu bicara di depannya seperti itu. “Maka–sih,” ucapnya malu-malu.    “Aku serius loh. Bahkan perempuan yang lebih cantikpun, aku masih bisa bicara kalau kamu lebih cantik dari perempuan itu. Karena, emang jujur aura kamu itu berbeda sama perempuan lain,” kata Axel.    Oliv tertawa kecil sambil menggelengkan kepala pelan. “Kamu ini bisa aja. Mana ada kayak gitu, hah?”   “Buktinya aku melihatnya secara langsung.”   “Udah, ah! Kamu fokus nyetir aja sana!” ucapnya, kemudian dia menatap ke samping untuk menatap ke luar cendela.    Sedangkan Axel hanya te
Baca selengkapnya
Bab 34. Berbeda Dari Biasanya
Oliv menoleh ke sumber suara. Ternyata Nick yang bicara barusan, baju pria itu nampak berantakan.  Oliv segera bangkit dari tempat duduknya dan mendekat ke pria tersebut. “Kenapa kamu lama banget, hah?” Nick melirik ke arahnya datar, kemudian duduk di salah satu kursi. “Emang kenapa? Bukan hak kamu kan?” Oliv mendengus pelan dan mengambilkan porsi nasi dipiring. Kemudian diletakkan di hadapan pria tersebut. “Kan kamu udah janji pulang sore kan?” “Ya, emang. Tapi mood saya berubah tadi.” Keningnya mengkerut seketika. “Bisa ya mood laki-laki berubah?” Nick mengambil porsi nasi yang diambilkan oleh Oliv tadi dan lauk di sana. “Emang tidak boleh mood laki-laki ganti?” Oliv menghela napas kasar. “Yaudah sih, kalau gitu. Kan nggak hak aku juga. Aku cuma tanya doa
Baca selengkapnya
Bab 35. Melihat Bintang
Oliv hanya diam, dia mengambil minuman itu dan meminumnya dengan pelan. Kemudian dia meletakkan kembali minuman itu.  Kakinya di lipat dan dipeluk sambil menatap ke atas. “Tadi, kenapa mood kamu tiba-tiba hancur? Karena aku?” Nick melirik ke samping sekilas, kemudian menatap ke atas juga. “Bukan karena kamu juga sih. Tapi karena Kim juga. Saya sangat emosi karena dia.” Oliv terdiam sejenak. Lalu dia menatap ke samping. Keningnya dikerutkan. “Kim? Perasaan dia udah pulang deh tadi. Kenapa masih aja sama kamu?” Nick menghela napas kasar. “Saya juga tidak tau. Dia masuk ke dalam dan memaksa saya untuk meniduri dia. Saya dijebak,” ucap pria itu.  “Dijebak? Maksudnya?” “Ya, awalnya ... dia meminta bantuan saya untuk membenarkan bajunya. Ternyata dia merencanakan itu semua. Ada orang yang m
Baca selengkapnya
Bab 36. Satu Ranjang Dengan Nick
Oliv menarik selimut dan menatap ke tembok. Dia merasakan ada seseorang yang tidur di sampingnya. Pasti Nick yang tidur di sebelahnya.    “Sudah tidur?” tanya pria itu.    Oliv berdehem pelan. “Nggak usah banyak tanya, aku mau tidur,” ucapnya lirih.    “Serius? Apa kamu cuma pura-pura tidur supaya tidak saya tanyai?”   “Alasannya itu juga. Udah, mending kamu diem.”   Nick menghela napas pelan, pria itu ikut tidur di samping Oliv dan menarik selimut. “Okey. Good night, have a nice dream.”   Oliv berdehem pelan. Dia meremas selimutnya sendiri. Sesekali mengintip ke belakang untuk memastikan jika pria itu sudah tidur.    Perempuan tersebut menghela napas pelan dan kembali menunggui pria tersebut. Dia memegang dadanya yang berdetak pelan. Dirinya menginat kejadian tadi dan rasanya sangat aneh. “Apa aku sudah memberikan hat
Baca selengkapnya
Bab 37. Hari Pertama Kerja
Setelah siap, Oliv segera keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil di mana pria itu sudah menunggu di dalam sana. “Ayo berangkat.” “Saya bawa ke salon dulu. Rambutmu masih berantakan,” kata Nick, sebelum melajukan mobil itu dengan kecepatan rata-rata. Oliv menautkan alis, dia melihat penampilan dari kaca spion mobil itu. “Apaansih, perasaan sudah rapi deh. Kamu ini sebenarnya mau nyuruh aku jadi model atau gimana?” “Di kantor saya tidak menerima gembel seperti kamu.” “Heh! Enak aja dibilang gembel. Kalau gamau, yaudah nggakusah suruh aku jadi asisten kamu itu!” “Tapi saya membutuhkannya,” kata Nick. “Nyebelin emang kamu!” desisnya, kemudian Oliv menatap ke depan sambil bersedekap dada. Entah apa yang diinginkan pria itu saat ini, Oliv hanya pasrah. Tidak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di salah satu salon. “Cepat, turun,” pinta pria itu. Oliv melirik ke samping. Tanpa menolak keinginan pria itu, akhirnya dia turun dari mobil dan segera masuk ke dalam salon terlebih d
Baca selengkapnya
Bab 38. Cowo Rese
Oliv terdiam, menatap wajah pria itu secara dekat. Jantungnya kini berdegup dengan cepat, bahkan dirinya tidak bis bicara sama sekali. Perempuan itu melirik ke tangan Nick yang masih stay di sana, kemudian menatap pria itu kembali. “Bisa hati-hati tidak?” Oliv menegukkan ludahnya susah payah dan mengangguk kikuk. “Ya–ya, maaf.” Nick menghela napas pelan dan menyuruh Oliv untuk berdiri tegak. “Masih pagi, jangan mengharapkan ciuman saya,” ucap pria itu sebelum melangkahkan kaki ke kursinya. Mata Oliv membulat seketika. Bisa-bisanya pria itu bicara seenak jidatnya? “Bisa tutup mulut.kamu sedikit aja, Tuan Nick yang terhormat? Jujur aja aku capek banget, tenagaku terkuras karena kamu tau?!” Oliv berjalan ke arah meja kerja Nick. “Tidak ada kerjaan kan? Buatkan saya kopi? Tanpa gula?” Nick nampak mengalihkan pembicaraan. Oliv menggebrak meja pria itu spontan, tanpa bicara dia segera keluar dari ruangan dan menutup kembali. Kemudian ia berjalan dengan cepat menuju ke dapur.
Baca selengkapnya
Bab 39. Rapat Berdua
Oliv memutuskan ke kantin. Ternyata kantin di kantor ini sangatlah mewah, seakan dirinya berada di cafe luar sana. Ada prasmanan dan juga menu biasa yang disediakan. Sangat komplit.    Oliv memesan minuman jus jambu dan juga cemilan. Dia langsung mencari tempat duduk di kantin tersebut.    Memang sangat sepi. Tapi, ini yang dibutuhkannya saat ini. Selang beberapa menit minuman dan cemilan yang dipesan tadi akhirnya datang juga.    “Silakan di nikmati ya, Nona Oliv. Semoga suka,” ucap karyawan tersebut sebelum kembali lagi.    Kening Oliv mengkerut. “Kayaknya karyawan di sini juga tau deh kalau aku istri dari Nick,” gumamnya.   Tak mau memikirkan yang lain, akhirnya dia memutuskan untuk memakan cemilan dengan pelan.    Oliv menyadari jika dirinya menjadi sorotan karyawan di sini. Wajahnya memerah, bahkan suara kamera-pum terdengar di t
Baca selengkapnya
Bab 40. Taman
“Makasih atas kerja samanya, Nona Oliv. Semoga bisnis kita akan sukses nantinya.” Oliv menutup berkas itu. Dia meringis pelan. “Semoga aja. Makasih juga sebelumnya sudah percaya sama aku.” “Kalau masakanmu kamu tidak enak. Pasti saya tidak akan membuatkanmu cafe.” “Hum, aku hutang budi sama kamu. Semoga aku bisa membalasnya nanti.” “Tidak usah dipikirin soal itu. Ah ya, bentar. Saya ambilkan pesanan dulu, kita makan bersama.” Nick beranjak dari sana dan pergi dari ruangan tersebut. Oliv melirik ke arah ambang pintu. Dia menghela napas pelan. Tak lama kemudian, Nick kembali masuk ke dalam dan meletakkan bingkisan di meja. “Makan di sini saja. Jangan di meja kerja saya, nanti kotor,” ucap pria itu sebelum duduk di sofa khusus tamu. Oliv beranjak dari tempat duduk dan duduk kembali di sofa tersebut. Tepatnya samping Nick. “Beli apa emangnya?” “Piza, sama ayam richees. Kalau kamu mau, makan saja. Biar kamu tidak lapar lagi nanti.” “Makan mulu, nanti aku gendut gimana?” “Tandany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status