Semua Bab Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat: Bab 31 - Bab 40
67 Bab
BAB 31 Aku takut kehilanganmu
Ketika Soraya duduk di pinggir ranjangnya, Damar berlutut di depan Soraya sambil menggenggam kedua tangan Soraya.“Soraya, aku takut kehilanganmu,” ucap Damar sambil mencium punggung tangan Soraya.Soraya yang mendengar itu tidak mampu berkata-kata. Mana mungkin seorang Damar yang memiliki sikap dingin di hadapan orang lain bisa berkata seperti itu di depan Soraya. Pria yang dikenal membuat onar itu menununjukkan sisi lembutnya di depan Soraya.“Aku rasa kamu sudah banyak minum alkohol malam ini,” ucap Soraya sembari mengelus lembut pipi Damar.“Aku tidak mabuk. Aku serius mencintaimu, Soraya,” balas Damar.“Iya, aku harap kamu mengatakan ini dalam keadaan sadar dan tidak mabuk,” ucap Soraya.Damar memeluk Soraya erat, seandainya tidak mabukpun mungkin Damar akan mengatakan itu padanya. Karena sudah lama Damar menyukai Soraya.Soraya memutuskan untuk mandi karena seluruh tubuhnya lengket keringat. Damar yang tidak ingin kehilangan momen mesra dengan sang istri langsung pergi menyusuln
Baca selengkapnya
BAB 32 Perjanjian dibatalkan
Jantung Soraya bergedub kencang mendengar hal itu. Bagaimana ini, hatinya tidak mau goyah sedikitpun mengingat perjanjian yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Jangan bercanda,” ucap Soraya.“Aku tidak bercanda,” jawab Damar.“Perjanjian kita bagaimana?” tanya Soraya.“Batalkan saja!” seru Damar.Jantung Soraya kembali berdetak lebih cepat. Begitu sesak yang di rasakan saat ini, padahal pengakuan Damar seharusnya membuatnya senang. Tapi Soraya malah seperti terserang panik berlebihan.Soraya memegangi dadanya yang terasa sesak dengan kedua tangannya, keringatnya bercucuran dari wajahnya.“Kau kenapa, Soraya?” tanya Damar panik.Tidak ada jawaban dari Soraya, yang ada tubuhnya semakin condong ke samping dan dia pingsan. Damar segera mendekap tubuh Soraya lalu memanggil asistennya untuk meminta bantuannya membawa Soraya ke klinik terdekat.Saat Dokter sedang memeriksa Soraya di ruang IGD rumah sakit, Damar terlihat panik, resah, berjalan mondar mandir di lorong rumah sakit itu.“Ya Tuhan
Baca selengkapnya
BAB 33 Kenapa kalian tidak percaya padaku
Damar dan Soraya bersiap menemui tamu mereka, tapi saat sampai ruang tamu mereka dikejutkan oleh seorang yang mereka benci.“Untuk apa kamu ke sini?” tanya Damar dengan raut wajah dingin.“Kakak,” teriak Sabrina dengan riang lalu berlari memeluk Soraya.Tidak biasanya wanita licik itu bersikap seperti ini. Apakah yang sedang terjadi, apakah dia sedang merencanakan sesuatu. Soraya melepaskan pelukan itu dengan kasar, karena apa yang dilakukan Sabrina saat ini membuatnya berpikir negative.“Kamu belum menjawab pertanyaan suamiku,” ucap Soraya.“Ah, tentu saja aku ke sini karena merindukan kakak,” jawab Sabrina.Pasangan suami istri itu saling pandang, sungguh menjijikkan sekali Sabrina mengatakan hal itu. Karena sudah puluhan tahun hidup bersama Sabrina belum pernah mengatakan hal itu. Hanya cacian yang selalu Soraya dengar setiap hari.“Katakan dengan jujur, tidak mungkin hanya sekedar merindukan istriku,” ucap Damar tidak senang.“Kenapa kakak ipar berkata seperti itu, aku jadi sedih
Baca selengkapnya
BAB 34 Istriku mendambakan pria lain
Siapa yang akan percaya dengan omongan Sabrina tukang buat onar itu. Damar menggelengkan kepalaya pelan, mencari cara untuk mengusir Sabrina keluar dari rumahnya.“Sudah aku bilang, aku akan menemani istriku pulang ke rumah besok,” ucap Damar dengan tegas.“Ta-pi, ayahku sakit, tidak bisakah hari ini saja?” tanya Sabrina sambil berlinang air mata.“Tidak!” seru Damar.Dua orang bodyguard berbadan kekar masuk ke dalam rumah, mereka membawa paksa keluar Sabrina, walaupun dia meronta dan berteriak tidak ingin pergi, dua bodyguard itu tetap tidak bergeming. Mereka melempar Sabrina keluar gerbang lalu menutup pintu gerbang.Sabrina juga melihat jasa kebersihan yang bisa dipanggil ke rumah datang masuk rumah mewah itu. Sofa yang tadi diduduki Sabrina tampak keluar dari rumah itu dan dibuang.“Apa maksudnya ini?” teriak Sabrina dari luar gerbang.“Maksudnya adalah barang yang pernah tersentuh oleh wanita kotor sepertimu akan dibuang oleh majikanku!” seru Satpam yang ada di pos jaga.“Sial!”
Baca selengkapnya
Bab 35 Penuh Sandiwara
Pak Kwong seperti orang bengong pasalnya memang dia segar bugar tak sakit sama sekali."Apa yang kamu katakan!" seru Pak Kwong dengan nada tinggi "Aku ke sini karena mendengar kabar kalau Ayah sakit," jawab Soraya.Ketiga orang yang ada di ruang makan itu saling pandang. Mereka sedang menyusun rencana lagi untuk meyakinkan Soraya dan Damar bahwa Pak Kwong betulan sakit."Kurang ajar, kamu mendoakan aku sakit lalu mati, hah!" bentak Pak Kwong."Tanya saja sama istri, anak dan menantimu. Mereka yang mengabari kami kalau Anda sakit," ucap Damar kesal.Bu Amber langsung merangkul suaminya, dia membisikkan kata kata entah apa ke telinga Pak Kwong. "Uhuk," Pak Kwong pura pura batuk setelahnya. Soraya dan Damar saling tatap, mereka sudah malas meladeni kebohongan keluarga Kwong. Entah mereka ini merencanakan apa lagi."Soraya, apa kamu tidak merindukan ayah?" tanya Pak Kwong."Padahal ayah tadi seperti tidak suka dengan kedatanganku. Soal kerinduan aku memang rindu, tapi ayah dan ibu bukan
Baca selengkapnya
BAB 36 Aku bukan keluarga Kwong lagi
Sabrina yang pandai bersandiwara itu langsung duduk di bangku dan menangis. Damar menatapnya nanar apa lagi yang diinginkan oleh wanita penuh trik licik ini.“Kak, begitu buruk kah aku di matamu?” tanya Sabrina sambil mengusap air matanya.“Tega sekali kamu membuat keluarga ini sedih,” imbuh Cakra sambil memeluk Sabrina.“Iya, kamu memang begitu buruk di mataku. Sampai aku tidak mempercayaimu,” jawab Soraya dengan tegas.Pak Kwong yang tadinya ikut bersandiwara langsung berdiri dengan tegap, dia sangat tidak menyukai sikap Soraya yang tidak bisa diatur seperti dulu.“Padahal dahulu kamu adalah anak yang penurut. Kenapa jadi pembangkang!” seru Pak Kwong.“Aku jadi anak penurut tapi berakhir diabaikan,” jawab Soraya.“Karena ayah mertua sepertinya sudah sehat, lebih baik kami pulang saja sekarang, semoga sehat seterusnya,” ucap Damar lalu menggandeng Soraya untuk pergi.Pak Kwong mencegah mereka pergi, karena memang pada awalnya mereka mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karen
Baca selengkapnya
BAB 37 Aku ini suamimu
Keluarga Kwong sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Soraya. Hal ini membuat Bu Amber terlihat sangat marah.“Dasar tidak tahu berterima kasih, apa kamu pikir sudah hebat hah!” seru Bu Amber.“Aku sudah berterima kasih, aku sudah membayar hutang biaya sekolahku kepada keluarga Kwong,” balas Soraya.“Jangan senang dulu kamu mendapat suami kaya. Suatu hari nanti kalau dia sudah bosan, kamu akan dibuang layaknya sampah,” bentak Bu Amber.Damar merangkul Soraya dengan erat, dia ingin menunjukkan kepada keluarga Kwong tidak ada kata bosan dengan Soraya sampai kapanpun. Cintanya sangat tulus pada Soraya, saat ini hingga nanti.“Ibu mertua ini berkata apa sih. Aku malah takut kalau ucapan ibu akan berbalik ke anak kesayangan ibu,” ucap Damar.“Sama seperti suamiku aku juga takut, kalau menantu kesayangan ibu akan berpaling ke wanita lain,” imbuh Soraya sengaja memanas manasi.Damar tersenyum sinis ke arah mereka berdua, terlebih dia melihat ke arah Cakra dan Sabrina yang sejak tadi
Baca selengkapnya
BAB 38 Aku harus merebutmu kembali
“Hacuu,” tiba-tiba saja Soraya bersih, lalu lehernya menjadi dingin. “Kamu kenapa?” tanya Damar khawatir kalau Soraya sakit. “Aku tidak apa-apa. Aku merasa ada yang mengutukku,” jawab Soraya sambil menggosok hidungnya yang gatal. “Itu hanya mitos, ayo kita pulang. Sepertinya kamu sudah kelelahan,” ucap Damar lalu melepas mantelnya dan menyelimutkan ke pundak Soraya. Mata Damar teduh saat menatap Soraya menandakan bahwa dia jatuh hati pada Soraya. Dari kejauhan orang yang memperhatikan Soraya dan Damar mengumpat kesal melihat kebahagiaan mereka berdua. “Kenapa harus dia,” ucap Sabrina sambil meninjukan tangannya ke tembok. “Sabrina, ternyata kamu di sini,” ucap Cakra lalu mengelus jari jari Sabrina yang lecet karena ditinjukan ke tembok dengan lembut. Sabrina tidak menjawab, dia hanya melihat Cakra membalut luka di tangannya dengan plester. Walau dia bisa merebut Cakra dari Soraya. Tapi sepertinya wanita itu belum puas, karena ternyata Soraya bisa mendapatkan lelaki yang lebih t
Baca selengkapnya
BAB 39 Tidak akan ada yang curiga
Seorang pria membawa buket mawr putih kesukaan Soraya. Dia tersenyum lebar saat melihat wajah ayu Soraya, wanita yang dulu pernah mengisi hari harinya itu sekarang lebih bersinar, baik karir maupun penampilannya.“Aku merindukanmu, Soraya,” ucap Pria itu.“Cih, pria tidak setiap sepertimu tidak pantas merindukan aku,” tegas Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan berkata seperti itu seolah kamu sudah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Semenjak hari itu aku memang sudah melupakanmu,” balas Soraya.Cakra tidak ingin mundur, dia tetap ingin meyakinkan Soraya bahwa cintanya tidak akan pernah padam sedikitpun.“Aku tidak yakin kamu benar-benar telah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Aku memiliki suami yang mencintaiku, dia juga memiliki segalanya,” balas Soraya. “Tidak ada gunanya aku terus memikirkan sampah sepertimu,” lanjut Soraya.Jantung Cakra berdetak cepat, hatinya terasa nyeri. Orang yang dulu mencurahkan kasih sayang kepadanya kini telah mencampakannya. Cakra meremas kemej
Baca selengkapnya
BAB 40 Tidak cukup satu wanita
Cakra memang sengaja ingin membuat kesalahpahaman antara Damar dan Soraya. Kalau Damar cemburu otomatis mereka akan bertengkar, hubungan mereka akan menjadi renggang lalu Cakra akan menghibur Soraya lalu memikat hatinya kembali.“Apa yang kamu inginkan, lepaskan aku,” tegas Soraya.“Tidak, aku masih ingin memastikan satu hal denganmu,” balas Cakra.“Apa lagi?” tanya Soraya ketus sambil mencoba melepaskan tangan yang dipegang oleh Cakra.“Jika Damar menyakitimu, kembalilah padaku,” ucap Cakra.Damar yang mendengar itu sedikit agak tak enak hati. Pasalnya mana mungkin seorang Damar yang sudah menunggu Soraya putus hubungan dengan Cakra akan meninggalkan Soraya dengan mudah.“Sayangnya, yang kamu inginkan itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Damar.“Kamu orang kaya, pasti tidak cukup satu wanita,” balas Cakra.“Aku ini orang setia, tidak sepertimu yang gampang tergoda walau sudah memiliki kekasih,” ucap Damar.“Jangan ladeni dia lagi, sayang, ayo kita pulang,” ajak Soraya dengan mesra.W
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status