Semua Bab Penyesalan Suami Arogan: Bab 11 - Bab 20
21 Bab
Bab 11. Pria Keji
Tidak ada yang mampu dikatakan Stella begitu mendengar kata-kata Dominic padanya. Stella yang masih merasakan sakit di sekujur tubuh akibat perlakuan Dominic sebelumnya, berusaha bangkit berdiri. Sementara Dominic masih terus menatapnya dengan tatapan menyalang. “Kenapa? Kau masih belum cukup menyakitiku, Tuan Davis?” tanya Stella seraya tersenyum getir. Stella merangkak perlahan dengan tangan bertumpu pada tepi ranjang, berusaha untuk naik ke tempat tidur. Masih ada yang harus dikerjakan setelah ini. Dia harus menemani Dominic ke sebuah acara yang sama sekali tidak diinginkan olehnya. Dominic terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan Stella padanya, lalu membalas kata-kata Stella, “Itu baru permulaan, Stelly. Seperti yang aku katakan, karena aku tidak ingin menceraikanmu, maka bersiaplah setelahnya kau benar-benar akan merasakan apa yang namanya neraka!” “Kalau begitu selesaikan sekarang, beritahu aku seperti apa neraka itu. Neraka apa yang akan kau berikan kepadaku!” tantan
Baca selengkapnya
Bab 12. Siapa Wanita Itu?
Pada akhirnya Dominic dan Stella pun bergegas menuju ke pesta ulang tahun seorang almarhum, menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya. Sepanjang perjalanan, Dominic mendiamkan Stella. Untuk pertama kali dalam hidup Stella, dia berada di dalam satu mobil dengan Dominic—suaminya. Tak perlu menunggu lama, keduanya pun tiba di sebuah mansion besar milik Keluarga Wilson. Degup jantung Stella terasa berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Dia sudah lama tidak mendatangi kediaman Keluarga Wilson, hampir selama pernikahannya dengan Dominic. Keluarga Wilson sendiri seolah telah melupakan jika Stella adalah bagian dari keluarga mereka. Sederet mobil mewah berada di halaman luas rumah keluarga, mereka sepertinya mengadakan pesta besar-besaran. Konyolnya lagi, pesta itu adalah pesta untuk orang yang—mungkin—sudah mati dan tidak pernah diketahui di mana keberadaan jasadnya. Dominic menyikut bahu Stella lalu berkata dengan nada dingin, “Tersenyum. Aku tidak ingin tamu melihatmu seperti orang
Baca selengkapnya
Bab 13. Mengapa Harus Ada Shania?
Sebuah pertanyaan di mana tidak seorang pun bisa menjawab, mengapa dan kenapa? Jujur saja, wanita di hadapan Dominic saat ini benar-benar membuat Dominic semakin tidak fokus. Dia benar-benar cantik, tubuhnya indah dalam balutan dress ketat, yang memperlihatkan seluruh lekuk tubuh Shania, belum lagi cara berbicaranya yang begitu tertata menunjukkan jika Shania memang seorang wanita bangsawan yang memiliki etika dalam berperilaku. “Dia adalah janda dari Gareth Travis, putera tunggal Keluarga Travis yang meninggal tiga tahun lalu di sebuah kecelakaan,” imbuh Ken pada menantunya. Dominic yang diajak berbicara menganggukkan kepalanya, dia terpesona pada kecantikan Shania, sekaligus membangkitkan kenangan lamanya pada Stefani, gadis satu-satunya yang sangat dicintai Dominic! Alunan musik di aula besar membuai tamu, beberapa di antara mereka turun ke lantai dansa secara berpasangan. Dominic sendiri hanya berdiri seraya memperhatikan mereka semua. Shania menyadari jika pria tampan beristr
Baca selengkapnya
Bab 14. Stella Tidak Sadarkan Diri
Selesai acara, rupanya Shania masih saja menempel pada Dominic seperti seekor ulat bulu. Stella dibuatnya jengah menyaksikan adegan mesra dari janda Travis itu pada suaminya. Maaf, akan menjadi mantan suami secepatnya! Dominic sesekali melirik ke arah Stella, diperhatikan wajah wanita itu yang mulai cemberut, menahan amarah di dalam dada. Entah apa yang ada di dalam pikiran Dominic, dengan masa bodohnya dia melayani Shania yang terus saja mengikutinya hingga ke luar mansion. Tidak lama kemudian sebuah mobil bugatti chiron berhenti tepat di depan Shania. “Sampai bertemu lagi, Tuan Muda Anderson. Senang bertemu dan berbicara dengan Anda,” ucap Shania dengan gayanya yang sedikit centil dan cukup mengganggu Stella. Apa yang bisa dilakukannya? Dominic pun tampaknya menikmati sikap berlebih dari wanita yang baru saja dikenalnya di pesta. Setelahnya mobil milik Shania pun berlalu dari hadapan keduanya. “Jadi ... apa kau akan ikut denganku, atau kau kembali ke apartemen seorang diri?” ta
Baca selengkapnya
Bab 15. Layani Aku, Stella
Dylan tergesa membawa Stella menuju rumah sakit, setidaknya dia berpikir sudah memberitahukan Dominic dan Ruby. Dia yakin begitu Ruby mendapatkan pesannya, dia akan segera menyusul dirinya dan Stella ke rumah sakit, masalah Dominic? Dia tidak peduli apakah Dominic akan menyusul ke rumah sakit atau tidak. Tidak pernah terpikir olehnya jika pria yang menjadi suami Stella selama ini benar-benar telah kehilangan akal sehatnya! Stella telah dibawah ke dalam ruang unit gawat darurat. Dylan benar-benar dibuatnya khawatir. Sementara dia menunggu di ruang tunggu, hatinya benar-benar dongkol saat mendengar jawaban yang diberikan Dominic padanya, entah terbuat dari apa hati pria yang telah menjadi suami Stella selama tiga tahun itu. “Dylan!” Dylan menoleh ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya. Dilihatnya Ruby berlari ke arah dirinya seraya melambaikan tangan. Dylan bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Ruby. “Apa yang terjadi?” tanya Ruby dengan nafas tersengal-sengal dan wa
Baca selengkapnya
Bab 16. Kehamilan Tidak Diinginkan
Stella berusaha menghindar, dia menendang salah satu kaki Dominic, kemudian mendorong tubuh Dominic ke belakang. Tubuh Dominic terhuyung, hampir saja dia terjerembab ke belakang terkena tubuh sofa. Dominic berusaha untuk menjaga keseimbangannya, dia mengejar Stella yang berusaha melarikan diri dengan berlari ke luar apartemen. “Kau tidak kubiarkan menghindar dariku, Stelly!” teriak Dominic. Tanpa banyak bicara, Dominic yang sedikit kesakitan di bagian kaki akibat tendangan yang diberikan Stella padanya, berlari mengikuti Stella, mengejarnya dari belakang. “Tunggu kau, Stelly!” teriak Dominic dengan kencangnya. Sementara Stella terus berlari menuruni tangga darurat, ketika sudah tiba di bawah dengan nafas tersengal-sengal, dia berjalan dengan cepat menyeberangi jalan besar. Di luar, hujan sedikit lebat, tidak ada jalan lain bagi Stella kecuali menghindari Dominic dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat. “Ya Tuhan, apakah aku telah menikah dengan iblis atau manusia?” ucap Stella p
Baca selengkapnya
Bab 17. Perceraian!
Stella menggeleng, lalu berseru, “Aku tidak akan meminumnya!” Dominic yang mendengarnya semakin geram, lalu menjepit pipi Stella, dan membuka paksa mulut Stella, mau tidak mau Stella terpaksa menerima pil yang diberikan Dominic padanya. “Telan! Kau tahu ... apa pun yang terjadi, kau tidak boleh memliki anak dariku. Aku tidak menginginkan anak darimu!” sahut Dominic. Dominic pun berdiri dan bergegas keluar dari dalam kamar Stella. Stella terbatuk, dari balik lidahnya, di mengeluarkan obat yang diberikan Dominic padanya, dan membuangnya ke tempat sampah kecil yang berada tidak jauh dari tempat tidur. Tidak lama kemudian, Dominic kembali masuk ke dalam kamar membawa segelas air hangat. Dia memberikan gelas tersebut ke tangan Stella, lalu bertanya dengan datar, “Kau sudah menelannya?” Takut-takut Stella menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin Dominic sampai tahu jika dia sama sekali tidak menelan pil yang diberikannya pada Stella. “Bagus. Kalau sampai aku tahu kau tidak meminumnya,
Baca selengkapnya
Bab 18. Dilema
“Baiklah, aku akan membawa surat itu, dan membuktikan pada Dominic jika aku bisa hidup tanpanya,” kata Stella. Dylan terdiam untuk sesaat, tidak mungkin dia membiarkan Stella menemui Dominic seorang diri. Dia tahu betul perangai dan watak Dominic, jika dia mengijinkan Stella bertemu hanya berdua, tentu saja Stella akan menjadi sasaran empuk kemarahan Dominic lagi. “Aku akan menemanimu, Stella. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengan Dominic seorang diri. Atau begini saja, bertemulah dengannya di tempat umum,” kata Dylan. Dia benar-benar mengkhawatirkan Stella. Tidak, dia tidak akan membiarkan Dominic menyakiti Stella lagi dan lagi. Terdengar Stella mendesah pelan, sepertinya dia pun ikut memikirkan kata-kata Dylan barusan. “Ok, aku berpikir mungkin sebaiknya kau memang harus menemaniku. Aku belum siap bertemu dengannya seorang diri setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini. Aku ... takut,” jawab Stella di seberang sana. Setidaknya jika Dylan menemani Stella, Dominic akan
Baca selengkapnya
Bab 19. Shania Dan Pesona Mematikan
Dominic menepis bulpen yang disodorkan Stella padanya. Shania yang melihat adegan kedua suami istri sedang perang dingin di hadapannya, hanya tersenyum. “Cepat tanda tangan,” ucap Stella sekali lagi, seraya membungkukkan badan dan memungut bulpen yang terlempar ke arah lantai. Dylan ingin sekali menghajar wajah tampan tanpa cela milik Dominic, jika saja dia tidak mengingat resikonya, mungkin Dominic akan membalaskannya pada Stella jika sampai Dylan memukulinya. Dominic menggebrak meja dan bangkit berdiri. Dia tidak terima jika dia yang lebih dulu diceraikan oleh Stella. “Letakkan saja di atas meja, lalu kalian berdua, pasangan selingkuh, silakan pergi dari ruanganku!” seru Dominic. Darahnya terasa mendidih melihat Stella datang bersama Dylan, pria yang sangat dibencinya, tanpa sebuah alasan. Dylan melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dengan santai dia menjawab, “Pasangan selingkuh? Lalu apa yang kau dan wanita itu lakukan berdua di dalam ruangan? Apakah dia ada
Baca selengkapnya
Bab 20. Tidak Disetujui
“Coba kau katakan sekali lagi?” tanya Matt, meminta putranya mengulangi perkataannya barusan. Dia tidak menyangka jika Dominic akan meminta sebuah permintaan yang sangat aneh menurut Matt! Dominic tertunduk, dia paham betul dengan watak dari ayahnya. Ayah dan kakeknya memiliki watak yang sama kerasnya, jika dia membantah, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh kedua pria berbeda generasi padanya! Dominic menjawab tanpa berani memandang wajah Matt, “Aku ingin bercerai dan menikah dengan Shania Travis.” Matt menggebrak meja, lalu bangkit berdiri. Dia tidak mengerti apa yang ada di dalam otak putranya itu. Dia ingin menceraikan seorang wanita yang memang telah dipilih Matt dan ayahnya untuk menikah dengan cucunya itu, lalu sekarang dia berkata akan menikah dengan seorang janda bernama Shania Travis! “Konyol! Kau ingin taruh di mana mukaku, Dominic!” maki Matt pada Dominic. Dominic menundukkan wajahnya semakin dalam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, Shania telah hamil akibat ulahny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status