All Chapters of Jebakan Pernikahan CEO Dingin: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
21. Harus Menghilang
“Selamat siang, Pak Lucian.” Kehadiran Rakhan menyelamatkan Mentari dari rasa gugup dan panik. Mentari menelan kembali umpatannya pada Rakhan yang sempat terucap di dalam hati. Ia memperhatikan langkah Rakhan sampai berhenti berjalan dan berdiri di samping ranjang Lucian, berseberangan dengannya. Namun, Rakhan tak sedikit pun berusaha untuk melihat dan melirik Mentari. Pandangannya hanya tertuju pada Lucian. “Selamat siang. Apa kabarmu, Nak?” Lucian tampak semringah melihat menantunya. Binar matanya yang cerah mengindikasikan adanya kegembiraan dalam diri pria itu. Sebaliknya, Mentari merasa sedih dan kasihan melihat ayahnya yang begitu bangga dengan kehadiran Rakhan. Pria itu tidak tahu bagaimana menantu yang selalu ia pedulikan tidak pernah sedikit pun memedulikannya. Keadaan tak seimbang itu yang menyayat-nyayat hati Mentari walaupun ayahnya sudah tidak berlaku adil kepadanya dan Arya. “Baik.” Rakhan hanya menjawab dengan singkat. Ia bahkan tidak menanyakan kabar Lucian dan ju
Read more
22. Pesta Pernikahan
Rakhan memalingkan pandangan ke arah lain berusaha menenangkan dirinya sendiri. Suatu kesalahan besar telah mengundang Mentari ke sana dan berbicara dengannya. Sekarang bukan ia yang mengintimidasi Mentari, melainkan sebaliknya. Dengan cara paling halus dan sangat sederhana, Mentari mampu menyerang sisi lain dari diri Rakhan. “Aku tidak pernah ingin berada di dalam keluarga ini, apalagi menjadi salah satunya. Jika jalan terbaik untuk terbebas dari pernikahan ini aku harus melahirkan anakmu, aku setuju.” Mentari pasrah karena tak punya pilihan yang lebih baik. Suaranya pun bahkan terdengar sedikit bergetar ketika berbicara. Rakhan tertegun. Tiba-tiba saja ia merasa menjadi pria paling tidak beruntung sekaligus paling brengsek. Hanya untuk bebas dari belenggu pernikahan, ia harus memaksa seorang wanita melahirkan anaknya. Ia ingin sekali memaki dirinya sendiri, tapi seperti halnya Mentari, ia pun tak punya pilihan. Ayahnya begitu menginginkan cucu darinya dan Mentari. “Apa kau yak
Read more
23. Ditinggalkan di Tengah Pesta
“Dia peduli padamu. Sangat. Percayalah.” Mawar berusaha meyakinkan Rakhan. Kakaknya itu memang keras kepala dan sedikit menyebalkan, tetapi Rakhan adalah saudara terbaik yang ia punya. Mawar tidak ingin membuat Rakhan malu dengan pesta yang biasa-biasa saja. Ia dan suaminya sudah berusaha mewujudkan impian ayah mereka untuk menciptakan pesta pernikahan terbaik dan meriah. Rakhan mengembus napas. “Kau dan ayah sama saja, senang membuatku sengsara.” Mawar mendengar nada bangga dalam ucapan Rakhan meskipun kakaknya itu mengatakan sebaliknya. “Aku dan ayah menyayangimu. Kami ingin yang terbaik untukmu. Itu yang perlu kau tahu.” “Kau memang menyebalkan, adikku.” Rakhan menyikut pelan lengan Mawar. Mawar tersenyum menanggapi ucapan Rakhan. Dibalik sikap sok keras yang selalu ditunjukkan Rakhan, Mawar tahu pria itu sangat menyayangi keluarga. Dari seberang meja, Mentari bisa melihat keakraban antara Rakhan dan Mawar. Rasa iri melintas di benaknya lantaran ia tidak pernah punya kesempata
Read more
24. Orang di Masa Lalu
“Mentari.” Panggilan pelan yang tertangkap telinga Mentari membuat Mentari mengangkat wajah. Seorang pria baya bertubuh tinggi dan sedikit berisi dalam balutan jas abu-abu tersenyum hangat kepadanya. Rambut putih kecokelatannya tampak berkilat tertimpa sinar lampu yang gemerlap. Meskipun tanpa senyuman, tetapi kesejukan dan ketulusan terlukis di wajahnya. “I-iya.” Mentari menjawab dengan ragu-ragu sambil memberanikan diri memandang wajah pria tersebut.“Kenalkan, aku Barry. Barry Haryanto. Aku teman ibumu.” Pria itu mengulurkan tangannya.Mentari mengernyitkan dahi. Skeptisisme tiba-tiba berkembang di benaknya. Ia pikir teman mamanya tidak akan berpenampilan se-fashionable para pria classy. Mengingat semasa hidup, mamanya jarang bergaul dengan orang lain terutama pria. Namun, akhirnya Mentari menyambut uluran tangan Barry dan berjabat tangan.“Mentari Sekar Ayu,” ucap Mentari.“Boleh aku duduk?” Pandangan pria itu kemudian ditujukan pada kursi kosong di samping kursi Mentari.“Silak
Read more
25. Meminta Hak
Denyut sakit menyerang kepala Mentari. Ia ingin segera memejam, tapi efek hairspray dan make up yang masih melekat di rambut dan wajahnya memacu tekadnya untuk membersihkan diri. Sekaligus menjadi terapi untuk sedikit menenangkan kegelisahannya, Mentari sengaja berlama-lama berendam di dalam bathtub berisi air hangat. Mentari hampir saja akan memejam ketika suara ketukan pintu mengagetkannya. Jantungnya berdebar kencang, tapi ia merasa bersyukur ketukan itu menyelamatkannya dari tidur di dalam bak mandi. Ia baru ingat kalau ia memesan teh hangat pada salah satu ART. Ia mengguyur tubuhnya sebentar untuk menghilangkan busa sabun, lalu segera keluar dari bathtub dan mengenakan piama mandi. “Masuk saja!” teriaknya sambil melongok dari pintu kamar mandi. “Simpan tehnya di atas meja rias, ya!”Mentari mengambil handuk kecil dari gantungan handuk di depan wastafel, kemudian menggosok pelan-pelan rambutnya yang basah dengan handuk sampai terlihat lembap. Beberapa menit kemudian ia keluar d
Read more
26. Kau yang Kuinginkan
Kesal dengan penolakan terang-terangan Mentari, Rakhan menangkap tangan Mentari dan meletakkan di atas kepala wanita itu, lalu menahannya dengan satu tangan. Seluruh tenaga ia kerahkan untuk tetap sadar meskipun kepalanya berdentam hebat. Saat ini Mentari sama memabukkan dengan alkohol yang sudah mengalir dan meracuni darahnya. Rakhan mengangkat kepala. Matanya mengunci tatapan Mentari yang tertutup oleh pesimistis. Untuk sesaat Rakhan tersentuh oleh kebimbangan, tetapi harum lavender yang menyeruak dari rambut lembap dan tubuh Mentari semakin memacu hasratnya. Ia menggeram, lalu berkata dengan suara sedikit serak di bibir Mentari. “Kau yang kuinginkan.”Pernyataan Rakhan menciptakan kecemasan lain di hati Mentari. Sensasi sedingin es batu menyerang tiba-tiba hingga tubuh Mentari gemetaran dan terasa kaku. Untuk beberapa saat otak Mentari pun berhenti bekerja. Reaksi tubuhnya tidak mendukung keinginan kuat yang telah tertanam sejak ia jatuh ke pangkuan Rakhan. Apakah pasrah adalah pi
Read more
27. Honeymoon
“Ya Tuhan! Ayah mengagetkanku,” tutur Rakhan sesaat setelah menutup pintu kamar Mentari. Pandangannya tertuju pada Handoko yang berdiri terpaku sekitar dua meter dari depan kamar Mentari.  “Apa kau tidur di kamar Mentari semalam?” selidik Handoko. Mata pria itu memindai putra sulungnya dari atas ke bawah.  “Apa aku salah tidur di kamar istriku sendiri?” Berlagak berani dan berekspresi seperti orang terjajah, Rakhan justru balik bertanya. “Tidak. Kau tidak salah.” Rona cerah terpancar dari wajah Handoko. Sudut bibirnya yang keriput ditarik ke atas membentuk senyuman. “Apa tidak sebaiknya kalian tidur satu kamar?” Rakhan mengernyitkan dahi. Ia tahu suatu hari nanti pasti ayahnya akan meminta hal yang ditanyakan barusan. Namun, ia tidak menyangka akan secepat
Read more
28. Permohonan Mertua
“Sejak pernikahan sialan kita terjadi, sejak itu pula keluarga ini mengalami krisis nama baik.” Rakhan tidak terima dengan tudingan Mentari. Lebih baik untuknya menempatkan pernikahan mereka sebagai biang keladi masalah.  Mentari menatap tajam Rakhan. Ia bersedekap. Sejumput sesal teraup dengan cepat. Seharusnya ia tidak keluar kamar dan membiarkan dirinya membusuk di sana daripada bertemu dan bertengkar dengan Rakhan. “Kau pikir aku mau menikah—“ “Sudah cukup,” potong Rakhan, “kau sudah mengatakan hal itu puluhan kali dan telingaku hampir tuli karena mendengarnya.” “Bertengkarnya bisa lain kali saja?” Erlangga menyela adu argumen kedua kakak iparnya. “Meskipun sudah jelas kesalahan ada di pihak mana, tetapi aku harap kalian bisa akur untuk beberapa waktu sampai gosip mereda. Kasihan Ayah jika harus mengetah
Read more
29. Perjalanan Bulanmadu
Tepat jam 08.30 pagi supir keluarga Mahawira mengantar Mentari dan Rakhan ke Bandara. Mentari duduk dengan tegang di jok penumpang di samping Rakhan. Perjalanan menuju bandara yang diselimuti kesunyian terasa sangat panjang dan lama. Mentari bersabar tidak mengeluarkan kata-kata sampai mereka tiba di bandara. Ia tidak mau bertengkar dengan Rakhan.Menarik sendiri kopernya, Rakhan berjalan meninggalkan Mentari yang kesulitan membawa koper hingga harus dibantu supir mereka. Mentari sendiri merasa pegal hati lantaran ia harus menahan perasaan kesalnya sampai mereka tiba di konter check-in penerbangan domestik. Setelah urusan check-in selesai dan mendapatkan boarding pass, tujuan utama pe
Read more
30. Arya?!
“Oh, iya, Pak. Anda tidak perlu melakukan proses check-in. Kami telah mengurus semuanya sesuai instruksi Pak GM,” jelas Eduardo.Eduardo membawa Rakhan dan Mentari memasuki lobi, sementara bellboy yang bersama Eduardo membawakan koper pasangan itu. Ingin menunjukkan sisi terbaik lobi hotel mewah tersebut, Eduardo meminta Mentari dan Rakhan mengikuti langkahnya ke balkon lobi. Di sana mereka dipersilakan duduk di sofa tamu, sementara Eduardo mengambil kunci kamar di meja resepsionis. Mata Mentari dimanjakan oleh pemandangan alam yang menyejukkan di tengah panasnya cuaca pulau yang terletak di ujung barat provinsi NTT tersebut. Hamparan laut biru dengan pulau kecil bernama pulau Kukusan yang dikelilingi kapal-kapal membuat tatapan Mentari enggan beralih. Selama beberapa saat Mentari terhipnotis oleh panorama yang memikat. Namun, Mentari kemudian
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status