Semua Bab Terjebak Cinta Terlarang: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
Bab 21
“Ndra, sebenarnya….”Ucapan Maharatu yang tidak tuntas membuat Danendra menatap Maharatu intens.“Ngomong aja, Ra!”“Tentang si pengirim pesan itu. Sebenarnya... dia sudah sering mengirimiku pesan selama beberapa bulan kebelakang, awalnya ... aku kira dia hanya fans yang iseng, ternyata aku salah. Dia terus mengirimiku pesan hampir setiap hari. Lalu aku memblokir nomornya, kupikir dia akan berhenti menghubungiku setelah nomornya kublokir, tapi ternyata dia masih terus menghubungiku dengan nomor yang berbeda-beda.” Maharatu menghela napas lalu memeluk tubuhnya sendiri. Sementara, pandangannya menerawang entah kemana.“Dari mana kamu tau kalau yang selalu menghubungimu adalah orang yang sama. Bukankah dia selalu berganti nomor?” tanya Danendra yang mencoba menggali lebih dalam tentang si pengirim pesan itu.“Dari foto profil yang dia gunakan. Sepertinya dia memang sengaja menggunakan foto yang sama.” Maharatu menjelaskan.“Dan … sepertinya si pengirim pesan dan si pengirim hadiah adala
Baca selengkapnya
Bab 22
Maharatu masuk ke dalam mobil dengan pipi yang terasa sedikit panas. Rasa canggung itu masih terasa saat harus berdekatan dengan Danendra.“Ndra, setelah mengantar Sasa ke rumah kita pulang ke rumah Ayah, tidak usah ke apartemen.”“Tuan Bagaskara sudah memberikan izin?” tanya Danendra yang melirik Maharatu dari kaca spion. Baru saja Maharatu dibuat canggung karena pelukan Danendra tadi siang. Sekarang, Maharatu dibuat kesal pada Danendra yang kembali ke setelan awal. Bodyguard yang sangat patuh pada Bagaskara. “Sudah,” jawab Maharatu ketus.Perlahan mobil mulai melaju meninggalkan lokasi syuting.“Terima kasih, ya, Ndra,” ucap Sasa yang turun dari mobil lalu melambaikan tangan pada pria berhidung mancung itu.“Sama-sama," sahut Danendra. Danendra melihat ke arah kursi penumpang belakang. Di sana Maharatu sedang terlelap dengan wajah damai. ***“Ra, bangun kita sudah sampai.” Suara Danendra begitu lembut saat membangunkan Maharatu. Dia juga dengan perlahan mengguncang bahu Maharatu
Baca selengkapnya
Bab 23
Dahlia masuk ke ruang kerja suaminya dengan wajah muram. “Pa, sebenarnya Danen kerja dimana, sih?”Mama Danendra itu duduk di depan suaminya bersekat meja kerja.“Papa juga tidak tau,” jawab Sanjaya yang tidak mengalihkan pandangan dari berkas-berkas di hadapannya.“Cari tau, dong, Pa!” dengkus Dahlia yang bertambah kesal karena suaminya itu terlihat tidak peduli dengan keberadaan putra semata wayang mereka.Sanjaya melepas kacamata yang dipakai, meletakkannya di atas berkas yang belum selesai dia periksa. Lalu menghampiri istrinya. Orang nomor satu di SME TV itu menghampiri istrinya, memegang pundak istrinya lembut. “Bukannya ini yang Mama inginkan, Danen mau bekerja.” Sanjaya mencoba menenangkan hati istrinya yang sangat mengkhawatirkan keadaan putra mereka.Dahlia memegang tangan suaminya yang sedang memegang pundaknya, wanita itu menengadah. Memandang manik mata Sanjaya dengan tatapan sendu. “Mama pikir dia akan bekerja di perusahaan kita, Pa. Mama tidak menyangka kalau Danen ju
Baca selengkapnya
Bab 24
“Sandra aku ingin berbicara denganmu!” Rahman menghentikan Sandra yang akan keluar rumah.“Bicara apa?” Sikap Sandra begitu ketus dan tak acuh pada Rahman. Wanita itu membawa beberapa paper bag yang berisi tas mewah miliknya. Sandra benar-benar sudah kehabisan uang. Sedangkan, Maharatu tak kunjung memberikan uang dan mengaktifkan kartu kreditnya. Minta pada Bagaskara juga percuma, menantunya itu bilang bahwa urusan kartu kredit dan uang bulanan itu urusan Maharatu. Jadi, terpaksa dia harus menjual sebagian koleksi tas mewah miliknya untuk mendapatkan uang.“Coba sekali saja peduli pada putri dan putramu, San!” tutur Rahman.“Memangnya selama ini aku kurang peduli pada mereka?” tampik Sandra yang mulai terlihat kesal. “Kalau kamu peduli, kemarin malam seharusnya kamu ikut merayakan hari ulang tahun Maharatu,” tegur Rahman. Dia memandang lekat ke arah Sandra berharap istrinya itu bisa sadar dan mau menyayangi anak-anak mereka.“Kenapa juga aku harus merayakan ulang tahun anak durhaka
Baca selengkapnya
Bab 25
Di tempat lain seorang pria tengah mengamuk sejak semalam. Dia menghancurkan semua benda yang ada di dekatnya. Namanya Arlo, pria berusia 24 tahun yang menyebut dirinya ‘si pengagum'.“Sialan!” teriak Arlo tak terkendali. “Berani-beraninya pria itu mengambil semua kamera dan alat penyadap milikku.”Arlo menyentuh poster Maharatu berukuran besar yang tertempel di dinding kamarnya. "Kamu hanya milikku, Sayang. Aku tidak akan membiarkan pria lain berada di dekatmu," ucap Arlo seolah dia sedang benar-benar berbicara pada Maharatu.Arlo sudah sejak lama mengagumi Maharatu. Bagi Arlo, Maharatu adalah wanita yang sangat sempurna. Dia cantik dan baik.Seiring dengan debut-nya di di dunia entertain, Maharatu dipindahkan ke sekolah elit saat SMP oleh Sandra. Di sanalah Arlo bertemu dengan Maharatu. Arlo adalah anak yang sangat pendiam. Saat SMP anak itu memiliki badan yang sedikit berisi dengan kacamata yang selalu bertengger di hidung. Arlo tidak pernah memiliki teman di sekolah. Bahkan, dia
Baca selengkapnya
Bab 26
Setelah pertemuan dengan para koleganya selesai, Bagaskara langsung mengambil penerbangan pertama untuk kembali ke kotanya. Kiriman foto dan juga keterangan dari Danendra yang berkata bahwa si peneror itu semakin berani. Tak telak membuat Bagaskara mengkhawatirkan Maharatu. Dari bandara, Bagaskara langsung menuju ke apartemen Maharatu. Bahkan pria itu mencari alasan pada putri kesayangannya bahwa pertemuan dengan klien diperpanjang hingga dia harus mengundur waktu kepulangannya. Taksi yang ditumpangi Bagaskara berhenti tepat di depan apartemen. Om-om tampan itu melangkah lebar lalu masuk kedalam lift.Bagaskara yang memang sudah tahu kode unit apartemen Danendra langsung merangsek masuk. Karena memang sudah menjadi kesepakatan di awal. Danendra harus memberitahu kode unitnya pada Bagaskara.“Dimana, Maharatu?” cerca Bagaskara pada Danendra yang sedang menyiapkan makanan untuk Maharatu.Danendra sedikit terkejut mendengar suara Bagaskara. Dia lupa, Bagaskara tahu kode unitnya. “Aku ha
Baca selengkapnya
Bab 27
Maharatu meregangkan otot-ototnya. Semalam tidurnya sangat nyenyak sekali. Dia mulai beringsut, menyibak tirai jendela kaca besar kamarnya kemudian membuka pintu menuju balkon. Wanita berambut panjang itu keluar ke arah balkon. Menikmati udara segar di pagi hari. “Segar sekali udara di sini,” ujar Maharatu. Pandangannya lalu tertuju ke bawah. Ada pemandangan yang menambah keindahan pagi yang cerah ini. Danendra sedang melakukan push up di taman hanya menggunakan kaos tanpa lengan. Menunjukkan otot bahunya yang liat. Bibir Maharatu melengkung, wanita berhidung lancip itu menopang dagunya dengan bertumpu pada pembatas balkon.“Otot yang bagus. Pasti dia rajin berolahraga,” kata Maharatu yang tidak mengalihkan pandangan dari Danendra.Akan tetapi, tiba-tiba saja Danendra memandang ke arah Maharatu lalu melemparkan senyum. Hal itu jelas membuat Maharatu salah tingkah. Wanita itu langsung membuang muka. Dan dengan langkah cepat, Maharatu masuk ke dalam. Dia memukuli dahinya pelan. “Ya
Baca selengkapnya
Bab 28
Dua wanita cantik yang saling bersahabat tengah adu skill bermain tenis di lapangan indoor. Danendra duduk di kursi penonton memperhatikan dari jauh gerakan lincah dari Maharatu dan Jeslin. Ternyata Maharatu pintar juga bermain tenis. Lapangan pun begitu ramai dengan sorak-sorai beberapa penonton yang kebanyakan dari kalangan selebriti dan kalangan menengah ke atas. “Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian itu dan aku suka,” gumam Danendra di kursi penonton. Dia bersedekap dada. Tidak sedetik pun Danendra mengalihkan pandangannya dari Maharatu yang terlihat cantik dengan baju tenis berwarna hitam dengan bawahan rok di atas lutut. Maharatu mengikat rambutnya tinggi-tinggi, membuat surai legam itu seolah menari mengikuti gerak lincah Maharatu memukul dan menampik bola. Keringat yang mengucur membuat kulit putih Maharatu sedikit mengkilap. Dan Danendra menikmati semua itu. Maharatu dan Jeslin menepi ke pinggir lapangan setelah pertandingan di menangkan oleh Maharatu. "Kapan aku b
Baca selengkapnya
Bab 29
Danendra semakin dibuat gelisah saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir setengah jam Maharatu berada di kamar mandi. Namun, belum juga ada tanda-tanda wanita itu kembali ke area bermain tenis. Danendra bangkit dari duduknya, kaki jenjangnya melangkah lebar menuju toilet wanita. Sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu toilet. Menunggu Maharatu keluar karena tidak mungkin dia menerobos masuk ke dalam toilet wanita. “Kamu … Endra, 'kan?” Tunjuk Jeslin pada Danendra yang berdiri di depan toilet wanita. “Bodyguard Maharatu?” “Iya benar, saya bodyguard Nona Maharatu,” jawab Danendra sesopan mungkin. “Kamu ngapain disini?” Jeslin tampak mengernyitkan dahinya karena wajah Danendra terlihat gelisah. “Begini… tadi Nona Maharatu bilang akan pergi ke toilet, tapi ini sudah lebih dari tiga puluh menit dan Nona belum juga kembali,” terang Danendra. “Astaga kamu benar juga. Dia tadi juga bilang padaku kalau dia mau ke toilet. Karena terl
Baca selengkapnya
Bab 30
Mobil Danendra melaju membelah keramaian jalan raya. Dia harus segera sampai di rumah Maharatu untuk memastikan kecurigaannya. “Pak.” Danendra berdiri di ambang pintu pos satpam rumah Maharatu.“Iya, Mas, ada yang bisa saya bantu?” Si satpam yang sedang menikmati kopi menghampiri Danendra. “Mas pulang sendiri?” tanya si satpam karena tidak mendapati keberadaan Maharatu.“Iya, Non Ratu masih ada pekerjaan lain.” Danendra beralasan. Dia harus merahasiakan tentang hilangnya Maharatu agar tidak menimbulkan kepanikan di rumah ini.“Pak saya mau melihat rekaman CCTV yang mengarah ke arah luar, bisa?"Perkataan Danendra membuat Satpam Maharatu menautkan kedua alisnya. “Apa ada masalah, Mas?”Danendra melempar senyum. “Tidak ada. Saya hanya ingin melihat situasi sekitar. Untuk lebih memastikan keamanan, Nona.”“Oo begitu. Tentu boleh, mari ikut dengan saya, Mas.” Satpam tersebut mengajak Danendra ke dalam rumah.Mata Danendra terus berfokus pada layar laptop yang ada di depan mereka. Tangan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status