Semua Bab Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Bab 171 - Bab 180
181 Bab
Hanya Salah Paham
Di luar ruang inap. Claudia berdiri lesu karena merasa bersalah sudah membuat Emily seperti sekarang. “Dia pasti akan membenciku,” gumam Claudia takut. Billy yang juga ada di sana langsung menoleh Claudia, lantas melipat kedua tangan sambil bersandar di dinding. “Kamu melakukannya demi dia. Mungkin dia marah karena sedang emosi, tapi kalau sudah kembali berbaikan dengan Alaric, Emily pasti akan memahami tindakan yang kamu lakukan,” balas Billy. Claudia menoleh Billy saat mendengar ucapan pria itu, tapi tak bisa membalas ucapan pria itu membuat Claudia memilih diam. “Lagian, dokter sudah memeriksa dan menjelaskan kondisinya. Kamu tidak perlu cemas,” ucap Billy lagi. ** Di kamar inap. Alaric duduk di samping ranjang sambil menggenggam telapak tangan Emily. Dia sangat cemas saat Emily pingsan setelah muntah, membuatnya mengira jika Emily memang keracunan mie sejak dua hari lalu. Namun, saat Sashi memeriksa, ternyata hasilnya berbeda karena sang bibi sudah curiga sejak awal. Setela
Baca selengkapnya
Penjelasan Alaric
Siang sebelumnya.Alaric menatap Anya yang terus memaksa ingin bicara. Dia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya diinginkan wanita itu. Namun, jika Alaric tak mendengarkan, maka Anya akan terus menghantui hidupnya.“Lima menit, dimulai sekarang.” Alaric memberi kesempatan tapi tak mau jika diajak pergi ke tempat lain.Anya sangat terkejut mendengar ucapan Alaric, dia pun buru-buru menjelaskan.“Keluargaku saat itu hampir bangkrut, Al. Aku tidak tahu harus minta tolong siapa agar perusahaan Papa tidak koleps. Lalu bibimu datang, menawari bantuan dengan syarat agar aku meninggalkanmu. Aku ingin minta tolong kepadamu, tapi aku tahu saat itu kamu baru saja bekerja di perusahaan kakekmu, aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran bibimu, karena itu aku pergi untuk menyelamatkan perusahaan Papa.”Alaric langsung tersenyum miring mendengar penjelasan Anya.“Kupikir setelah sekian tahun, aku masih bisa kembali kepadamu ketika semua membaik. Aku benar-benar menyesal.” Anya bicara sambil men
Baca selengkapnya
Akhirnya Baikan
Alaric sangat terkejut mendengar pertanyaan Emily. Itu adalah pertanyaan random yang membuat pusing kepala.“Kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Alaric benar-benar harus bersabar menghadapi Emily.“Ya siapa tahu kamu berniat melakukannya. Aku sedang hamil, tidak bisa melayanimu, barangkali kamu terbujuk rayuan mantanmu!” sewot Emily karena moodnya yang berubah-ubah.Alaric ingin sekali menepuk jidat mendengar ucapan Emily, istrinya itu dapat pemikiran dari mana sampai curiga jika dia akan melakukan hal itu.“Kenapa kamu sampai berpikiran ke sana? Apa aku ini memiliki tampang selingkuh?” tanya Alaric benar-benar tak habis pikir.“Ada,” jawab Emily tegas tanpa berpikir.“Itu di film-film, saat istrinya hamil lalu melahirkan, suaminya malah asik selingkuh!” Emily bicara dengan nada emosi.Alaric menghela napas kasar, lantas meraih telapak tangan Emily dan menggenggamnya erat.
Baca selengkapnya
Mulai Mencurigai
“Kamu sudah baik-baik saja?” tanya Claudia yang akhirnya masuk bersama Billy untuk melihat kondisi Emily.“Apa? Apa? Dasar pengkhianat!” amuk Emily lantas memanyunkan bibir.Claudia sampai meremas tali tasnya mendengar sahabatnya mengamuk.“Tapi terima kasih,” ucap Emily kemudian karena dirinya tak mungkin memarahi temannya itu.Claudia langsung menatap Emily yang tersenyum ke arahnya, membuatnya ingin menangis juga senang karena akhirnya temannya itu mau memaafkan dirinya.“Emi, kupikir kamu akan marah selamanya.” Claudia langsung memeluk Emily dengan erat.“Mana ada aku marah selamanya. Ga bisa aku melepas teman yang bisa diajak gila kayak kamu,” seloroh Emily.“Ish ... apaan diajak gila.” Claudia melepas pelukan, tanpa menatap Emily yang sudah terlihat lebih baik.Claudia melirik ke perut Emily yang masih datar, lantas menyentuhnya sambil mengusap lembut
Baca selengkapnya
Jangan Banyak Marah
“Aku mau makan semangka, Al.”Emily bicara sambil menatap penuh harap ke Alaric yang baru saja keluar dari kamar mandi.Emily sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya yang stabil.“Semangka?” Alaric menengok ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.“Iya.” Emily memandang Alaric dengan bola mata berkaca-kaca.“Coba aku lihat apa di dapur ada. Kamu di kamar saja,” ujar Alaric.Emily mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar mendengar ucapan suaminya itu.Alaric pun pergi ke dapur, saat membuka lemari pendingin, tak melihat ada semangka.“Bagaimana ini?”Alaric bingung sendiri, jangan sampai Emily merajuk karena tak mendapat apa yang diinginkan.“Nyari apa, Tuan?”Suara pelayan rumah membuat Alaric terkejut. Pria itu pun menoleh dan melihat pelayan rumah mendekat.“Emi mau makan semangka, ternyata di kulkas tidak ada semangka,” jawab Alaric.“Oh ... ada kok, Tuan. Tapi belum dipotong, makanya masih disimpan di sana,” kata pelayan sambil menunjuk ke sebelah lemari p
Baca selengkapnya
Sarkasnya Emi
Emily memandang Anya yang duduk berhadapan dengannya. Dia sebenarnya enggan berhadapan apalagi bicara dengan wanita itu. Namun, karena rasa penasarannya dengan munculnya Anya terus menerus di kehidupannya dan Alaric, membuat Emily akhirnya mau bicara berdua dengan wanita itu.“Apa yang ingin kamu bicaralan?” tanya Emily dengan nada ketus.Anya memulas senyum mendengar pertanyaan Emily, bersikap seolah dirinya itu tak ada rasa bersalah atau canggung karena menemui Emily.“Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi,” ucap Anya.Emily mengerutkan dahi mendengar ucapan Anya. Apa maksud dari ingin meluruskan kesalahpahaman.“Maaf, kesalahpahaman apa?” Emily bicara dengan nada sindiran.Anya menatap Emily yang bersikap tak senang kepadanya, tapi meski begitu dia berusaha bersikap biasa saja.“Aku tahu kamu salah paham akan hubunganku dan Al. Kedatanganku hanya untuk menjelaskan alasan kenapa dulu aku pergi. Aku yakin Al mengerti dan memaafkan karena begitulah dia. Meski dia perna
Baca selengkapnya
Takut Merajuk Lagi
Alaric terburu-buru pergi ke perusahaan Emily setelah mendapat kabar jika istrinya itu bertemu dengan Anya. Tentu saja dia cemas dan panik, takut jika sampai Emily merajuk lagi seperti sebelumnya.“Emi.” Alaric masuk ruang kerja Emily untuk menemui istrinya.Emily langsung memandang Alaric yang baru saja datang. Dia terkejut melihat suaminya masuk dengan ekspresi wajah panik.“Kebetulan kamu datang. Mau makan buah?” Emily malah menawari suaminya buah yang dibelinya dari penjual rujak.Alaric menatap Emily yang sedang mengunyah. Dia pun mendekat dengan sikap biasa meski dalam hatinya takut istrinya marah lagi.“Ini segar, sambalnya juga pedas,” ucap Emily lantas mencocol potongan buah ke sambal lalu memakannya.Alaric masih memperhatikan yang dilakukan Emily, mencoba antisipasi jika tiba-tiba istrinya itu marah.“Kenapa tiba-tiba ke sini ga kasih kabar? Terus kenapa sejak tadi hanya diam saja?&
Baca selengkapnya
Masih Belum Ketemu
“Nomornya sudah tidak aktif, aku sudah melacak ponselnya, dan tebak di mana ponsel itu sekarang.”Billy datang memberikan informasi yang diinginkan Alaric.“Di mana?” tanya Alaric menunggu.“Tempat sampah dalam kondisi hancur.” Billy mengeluarkan kantong plastik berisi ponsel yang dimaksud.Alaric memperhatikan ponsel yang diletakkan di meja, sudah rusak parah seolah sengaja dihancurkan.“Jadi kita tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan itu? Tidak ada bukti diapa pelakunya?” tanya Alaric lantas menatap Billy.“Mungkin masih bisa dicari jika pelakunya belum menghapus semuanya. Aku akan coba mengambil data yang tersisa, semoga masih ada petunjuk,” ujar Billy lantas memasukkan kembali kantong plastik berisi ponsel rusak itu ke saku jasnya.Alaric pun diam berpikir. Dia bisa menebak jika pelakunya mungkin Anya, tapi tanpa bukti dia tak bisa menuduh sembarangan.“Unt
Baca selengkapnya
Es Coklat Malam-malam
“Kamu sedang apa?” tanya Alaric saat melihat Emily terus menyentuh perut.Emily menoleh Alaric, suaminya itu baru dari kamar mandi dan sekarang naik ranjang menghampirinya.“Kenapa aku tidak merasakan apa-apa, ya?” tanya Emily memandang perutnya, lantas menoleh Alaric.Alaric malah menahan tawa mendengar pertanyaan random istrinya. Dia sampai mengambil ponsel dan mencari sesuatu.Emily pun memperhatikan yang dilakukan suaminya. Hingga dia melihat suaminya agak mendekat lantas memperlihatkan sesuatu di ponsel.“Lihat, ini tabel usia kehamilan. Bayi kita di usia ini,” ucap Alaric menunjuk tabel usia 8 minggu.“Masih kecil sekali,” gumam Emily sambil menyentuh layar ponsel suaminya.“Iya kecil, makanya belum terasa dan perutmu juga masih datar,” balas Alaric lantas menoleh untuk bisa menatap wajah istrinya.Emily menoleh suaminya lantas melebarkan senyum saat keduanya saling tatap.“Aku hanya penasaran saja,” ucap Emily lagi sambil melebarkan senyum sampai membuat deretan gigi putihnya t
Baca selengkapnya
Wejangan Billy
Alaric dan Billy menatap Emily yang berbaring di sofa, keduanya saling tatap sejenak lantas kembali menatap Emily.“Kamu tidak kasih obat tidur di minumannya, kan?” tanya Alaric menatap curiga karena setelah minum, Emily tiba-tiba mengantuk lalu berbaring begitu saja.Billy terkejut mendengar tuduhan Alaric, hingga langsung memukul lengan temannya itu.“Beraninya kamu pukul!” amuk Alaric.“Kamu sendiri beraninya menuduh!” amuk Billy balik.“Ya, gimana ga nuduh, masa tiba-tiba Emi tidur,” balas Alaric keheranan.“Mungkin dia mengantuk, lihat sudah jam berapa!” Billy tak mau disalahkan karena tak merasa melakukan yang dituduhkan.Alaric melihat waktu yang hampir menunjukkan jam sebelas malam. Dia pun melihat istrinya yang tidur dengan pulas.“Sudah, mau debat soal es coklat apa soal pengirim foto itu?”Billy pun berusaha mengakhiri perdebatan mereka.Alaric pun akhirnya tak mengajak debat lagi, memilih menyelimuti istrinya lalu membahas siapa pelaku yang menghubungi Emily.“Aku sudah men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status