All Chapters of Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus: Chapter 11 - Chapter 17
17 Chapters
Bab 11
Frans sangat terkejut mendengar informasi dari Joy. Konsentrasinya pecah dan berbagai pikiran negatif menghampiri otaknya. Dia khawatir jika terjadi sesuatu dengan Zeni. "Apakah Zeni atau Tantenya yang pingsan?" pikir Frans galau. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Joy untuk melacak terkait identitas pasien penunggu yang pingsan di ruang ICU. Waktupun berputar terasa cukup lama. Sudah hampir sore dia selesai menunggu konfirmasi atas surat kepanitiaan Zeni di ruang administrasi Rektorat beserta persiapannya mengurusi tugas pengabdian masyarakat di gedung Auditorium. Hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya. Dia saat ini sedang duduk menikmati makanan di kantin yang dekat dengan perpustakaan pusat. Rasa lelah terasa di tubuhnya ditambah dengan munculnya permasalahan di proyek. "Akhirnya kelar juga urusan surat kepanitian dari Zeni." gumamnya. Sesaat rasa sesal muncul di hatinya. "Seandainya dia tidak ceroboh dan selalu memantau secara teratur terkait keberlangsungan
Read more
Bab 12
Sore ini, brankar di ruang emergency terlihat penuh. Terlihat beberapa penunggu pasien yang berdiri di luar ruang emergency. Mereka rela menunggu diluar demi kenyamanan pasien. Zeni berjalan dengan tergesa-gesa menuju tempat perawat jaga di ruang emergency. “Permisi suster, pasien a.n Denti muntah bercampur darah." Berkata Zeni dengan nafas tersengal-sengal. "Bisa minta tolong untuk segera ditangani?” Raut wajahnya menampilkan ekspresi khawatir. “Untuk sementara, semua perawat yang bertugas di ruang Emergency sedang menangani pasien korban maut kecelakaan bis, yang baru saja dibawa ke rumah sakit ini.” Ucap suster menegaskan. “Harap tunggu sebentar.” Suster Kembali memberi penekanan. “Tapi kondisi Tante Denti saat ini benar-benar perlu penanganan secepatnya?” ucap Zeni dengan ekspresi tegas. “Tolong mengerti kondisi kami!” tekan suster. “Jumlah perawat lebih sedikit dari pada pasien yang berada di ruang emergency. Jadi kami belum mampu menangani pasien secara bersama-sama.”
Read more
Bab 13
Baskoro hanya terdiam mendengar perkataan dari Garvin. Dia sudah mengenal Garvin selama dua tahun karena pertemuan yang tidak disengaja. Selama ini mereka saling berbagi dan bertukar informasi terkait bisnis. “Ada yang perlu aku bantu Garvin? Minggu ini aku memiliki waktu senggang sebelum menjalani tugas pengabdian masyarakat di kampus?” “Aku sengaja meminta bertemu denganmu hari ini karena ada yang ingin aku bahas.” Dia mulai melihat sekeliling café yang mulai penuh dengan pengujung. “Aku membutuhkan kamu waktu dua hari untuk membantu melacak orang misterius yang sudah mengendus dan mengetahui bisnis gelapku.” Baskoro menyandarkan punggungnya ke belakang disertai hembusan nafas kasar. “Kamu masih bermain bisnis gelap itu Garvin?” sorot matanya menyimpan kekecewaan. “Aku tidak mungkin melepasnya Bas? Itu sebagai akses dan kekusaanku untuk tetap bertahan.” Aku menikmati kesemuanya, kekuasaan, uang, kejayaan, kehormatan dan pengakuan bisnisku.” Senyum smirk muncul di bibirnya.
Read more
Bab 14
Nancy yang tertidur sebentar sembari menunggu kakaknya yang masih kritis, baru menyadari ibunya tidak duduk disebelahnya segera beranjak pergi untuk mencarinya. Tertegun saat melihat Zeni tengah duduk disamping brankar ICU si janda gatel. Ibunya yang saat ini berdiri dekat dengan Zeni hanya terdiam. Sesaat tercipta suasana hening yang mencekam. “Kamu sudah disini Zen?” tanya Nancy dengan sedikir ramah.Zeni hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Nancy. Dia hanya memandang wajah ibunya yang pucat dan terbaring di brankar ICU. Teringat akan perlakuan mereka terhadap Ibunya. Bagaimana penghinaan yang diberikan dan sikap arogan mereka yang menganggap miskin ibunya.“Kenapa kamu diam?” Nancy mulai tersulut emosinya. “Sudahlah Nancy, Zeni pasti kelelahan. Dia baru dari ruang emergency. Biarkan saja dia sendiri, jangan diganggu.” Bu Abdilah meredakan emosi Nancy sembari membawa Nancy untuk duduk kembali ketempat semula. “Dasar perempuan tua yang munafik. Sok pahlawan! Jangan harap aku
Read more
Bab 15
Mr. Proxy dan Ayyash masih asyik berbincang terkait bisnisnya. Ayyash tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berkolaborasi mendirikan proyek baru. Dia sudah mengkalkulasikan profitnya setelah proyek ini deal. Tamparan kegagalan proyek yang sedang dia tangani akibat ledakan memang cukup menguras kantongnya. Adanya asuransi yang diterimanya belum bisa menutup 100% dari total kerugian yang diterimanya. Dia berambisi untuk meng-goalkan proyek baru ini dengan Mr Proxy. Sepak terjang Mr. Proxy sudah tidak diragukan lagi. Dia handal dan lihai melewati urusan birokrasi yang berbelit. Segera mereka menuntaskan urusannya melalui perjanjian tertulis. Dan akan mulai menjalankan proyek tersebut tiga minggu kedepan. Keduanya berjabat tangan dalam mengakhiri pertemuannya malam ini. Sebelum meninggalkan lantai dua café ini, Ayyash masih melihat Garvin dan baskoro yang tengah bercakap-cakap. Senyum smirk muncul di wajahnya, dia mulai menyusun rencana untuk Baskoro. Segera dia berjalan menuju pin
Read more
Bab 16
Baskoro dan Garvin masih berunding terkait rencana untuk mulai menjalankan aksinya. Segera mereka mulai menyusun siasat untuk mengerahkan anak buahnya dan beberapa terpilih untuk menyusup ke organisasi musuh."Aku punya anak buah yang gesit nanti aku kirim ke markas kamu untuk bergabung." tawar Baskoro."Oke. Aku butuh tambahan tiga orang. Kalau bisa dikirim hari ini dan langsung bergerak di markasku." ucap Garvin."Akan aku hubungi segera." Baskoro mengambil ponsel di ranselnya dan segera mengirim pesan kepada anak buahnya untuk segera ke markas Garvin saat ini."Sudah larut malam Garvin, besok aku ada urusan pagi hari." ucap Baskoro mengakhiri pertemuan kali ini."Oke. Aku juga ada urusan saat ini di markas." ucapnya tegas. Lantai dua café Manunggal Aji yang berada di Jalan Darmawangsa menjadi saksi bisu tempat mereka melakukan pertemuan. Setelah melalui pematangan terkait konsep yang akan dilancarkan, mereka memutuskan untuk lusa bertemu kembali di markas Garvin. Keduanya pun perg
Read more
Bab 17
Suara kumandang adzan subuh bergema menyongsong aktivitas pagi hari. Hembusan udara pagi masuk melalui jendela kamar Zeni yang dibiarkan terbuka membuat mukena yang digunakan untuk sholat bergerak tertiup sapuan angin. Sujud demi sujud dia lakukan dengan khusyuk sembari bermunajat memohon perlindungan serta keberkahan dalam hidupnya. Tak lupa untaian doa dia selipkan untuk kebahagiaan dan pertolongan untuk kebaikan kedua orangtuanya. Dia sudah memasrahkan diri atas nasib kedua orangtuanya yang saat ini masih di ruang ICU. Jari jemarinya bergerak menggulirkan butiran tasbih seiring dengan lantunkan dzikir yang dia lafalkan. Dia mulai merapikan mukena dan menyimpannya ketempat semula. Segarnya udara pagi membuat Zeni untuk segera membersihkan tubuhnya. Kemudian dia berjalan menuju kamar mandi.Terdengar suara gemericik air dari mesin cuci yang menandakan seseorang tengah mengoperasikan mesin tersebut. “Heeem Tante Denti sudah bangun rupanya? Dia mencuci pagi sekali.” Bisiknya sambi
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status