Share

Bab 4

“Apa benar yang dikatakan sama Mas Al, Bu? Semua ini karena Papa terlalu memanjakan Ken. Dia jadi berandalan dan susah diatur. Aku sangat menyesal tidak bisa mendidik Ken dengan baik.” Za mulai terisak.

Ningsih menghela napas panjang. Dia juga mengakui hal itu. Suaminya terlalu memanjakan sang cucu. Apalagi Ken adalah cucu satu-satunya karena Za tak juga hamil setelah melahirkan putranya. Hendro berpikir, pada siapa lagi dia akan mewariskan hartanya yang banyak jika bukan pada sang cucu, karena Albany sang putra sama sekali tidak mau menerima pemberiannya. Albany sendiri sudah lebih dari cukup dengan usaha sayurannya yang semakin berkembang.

“Ya, semua yang terjadi pada Ken memang ada andil kita di sana. Sepertinya kita harus melakukan sesuatu jika dia kembali sehat. Jangan sampai ini terulang lagi,” desah Ningsih dengan tatapan kosong. Za mengangguk setuju.

Selama beberapa jam mereka menunggu kabar tentang Ken juga Hendro dengan perasaan cemas. Ketiganya langsung mendongak saat seorang perawat muncul dan menanyakan keluarga dari Kenzie.

“Iya, saya, Sus.” Albany yang duluan maju.

“Pasien atas nama Kenzie sudah selesai ditangani, tetapi sekarang harus masuk ICU. Dia masih perlu perawatan intensif,” jelas Suster itu.

Mata Za juga Ningsih langsung terbelalak.

“Bagaimana kondisinya, Sus?” Za tampak berapi-api.

“Pasien saat ini masih kritis. Dia belum sadar,” jawab suster.

“Kalau pasien atas nama Hendro bagaimana, Sus?” Ningsih langsung teringat pada suaminya.

“Oh, beliau sudah membaik dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP, sesuai permintaan bapak ini,” tunjuk suster itu pada Albany. “Bapak sama Ibu bisa menjenguknya,” lanjutnya.

Ningsih langsung mengucap syukur dan bernapas lega. Sepertinya sang suami tidak mengalami sesuatu yang berbahaya.

Albany meminta sang Ibu untuk duluan ke ruang perawatan Hendro, sementara dia juga Za berencana melihat keadaan Ken meski hanya dari luar. Ningsih pun setuju.  Mereka pun berpencar dengan Ningsih yang diantar oleh seorang perawat.

Za juga Albany menatap sedih pada putra semata wayang mereka yang terbaring lemah di dalam sana. Wajahnya terlihat babak belur.

“Maafkan Bunda, Ken,” ujar Za lirih.

“Semoga ini bisa menjadi pelajaran buat Ken juga buat Papa. Dia harus berubah,” sahut Albany.

“Iya. Kamu benar, Mas. Walaupun mungkin terlambat, tapi kita harus memperbaiki kesalahan ini sebelum benar-benar terlambat. Walaupun entah bagaimana caranya agar Ken mau berubah,” jawab Za.

“Aku takut sekali terjadi apa-apa sama ken. Kalau sampai dia meninggal, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku telah lalai membiarkan anak kita hanya dicekoki dengan uang dan kebebasan, tanpa berpikir akibatnya akan seperti ini.” Za mulai terisak. Albany pun merasa terharu dengan sikap yang ditunjukan istrinya itu. dia begitu menyayangi Ken, meski anak itu bukan lahir dari rahimnya. Tak ada ikatan darah sama sekali antara Za dan putranya.

“Kita pikirkan cara, agar Ken mau bekerja. Baik di perusahaan Papa ataupun ikut berbisnis sayuran denganku,” ucap Albany merengkuh pundak Za dan mengelusnya. Sebuah ciuman dia daratkan di puncak kepala sang istri.

“Iya, mudah-mudahan Ken mau. Ayo, kita lihat keadaan Papa,” ajak Za.

Saat tiba di ruangan Hendro, di sana terllihat Ningsih sedang berbicara pelan pada suaminya. Keduanya menoleh saat Za membuka pintu.

“Bagaimana kondisi Ken?” tanya Hendro dengan suara yang lemah. Raut wajahnya tampak sangat khawatir.

“Ini semua gara-gara Papa!” bentak Albany. Namun, Za langsung menahan sang suami agar tidak berdebat pada saat seperti ini.

“Mas,” bisiknya sambil meremas lengan kokoh itu. Memberi isyarat agar diam dan tidak memperkeruh keadaan.

“Aku—“

“Ssstt!” Za menekan bibir Albany dengan telunjuknya. “Jangan begitu caranya. Papa sedang tidak baik-baik saja.”

“Aku tak peduli. Anakku hampir meninggal gara-gara laki-laki itu.”

“Ssstt!” lagi-lagi Za menekan bibir sang suami dengan telunjuknya.

“Iya, aku minta maaf pada kalian. Aku memang terlalu memanjakan Ken selama ini,” ucap Hendro dengan suara yang parau. Za langsung berbalik menghadap pada ayah mertuanya yang masih terbaring di sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status