Share

Dinner For Arjuna

Evelyn sampai di apartemen Arjuna, dengan alamat yang telah diberikan. Arjuna bilang dia tidak perlu membeli bahan makanan, cukup datang dan memasak. Evelyn menurutinya, Arjuna tinggal di sebuah apartemen mewah, tidak jauh dari lokasi DK Group.

Arjuna bahkan memberikan password pintu apartemennya. Memasuki apartemen yang sangat terlihat rapi dan bersih, Evelyn tidak yakin ini adalah apartemen yang Arjuna tempati sendirian, apartemen itu sangat terawat. Tanpa melihat lebih jauh Evelyn langsung memasuki dapur dan memasak, Evelyn sangat senang melihat isi kulkas yang dipenuhi dengan banyaknya bahan makanan, semua bahan yang dia perlukan berada disana. Kepandaiannya dalam memasak bukanlah hal tabu, sejak kecil Evelyn sudah sering memasak bersama Maminya, tapi anehnya masakan yang Evelyn masak rasanya malah lebih enak dibanding dengan masakan ibunya sendiri.

Dalam 3 jam dia menyelesaikan semua masakannya. Hidangan dimeja makan kini sudah penuh, Evelyn hendak menghubungi Arjuna. Tapi suara pintu terbuka membuatnya mengurungkan niat, Arjuna dengan kemeja putih lengkap dengan dasi dilehernya, berjalan menuju dapur.

"Mengapa kau sudah tiba? Aku bahkan belum menghubungimu," Evelyn menaikkan sebelah alisnya.

"Aku tidak bisa bekerja lebih lama lagi, karena di pikiranku sudah ada dirimu yang sedang memasak dan menungguku," Arjuna hendak mengambil udang yang terlihat sangat lezat, tapi Evelyn memukul tangannya lebih dulu.

"Kau baru saja tiba! Cuci dulu tanganmu," Evelyn mengomel. Membuat Arjuna tertawa.

"Kau bahkan sudah seperti seorang Ibu," Arjuna berjalan menuju tempat cuci piring, dan mencuci tangannya.

"Kau harus mandi lebih dulu Juna," perintah Evelyn.

Arjuna sudah duduk, siap untuk makan "ayolah Eve... Masakan mu menyambutku. Aku bisa makan dulu, kemudian mandi. Lagi pula aku tidak berkeringat."

Evelyn menggedikkan bahu, dia meraih tas yang tergeletak di pantry, dan melepaskan celemek.

"Apa yang kau lakukan?" tegur Arjuna.

Evelyn berjalan mendekat, "aku sudah memasakkan makan malam untukmu. Dan kau sudah pulang, bukankah tugasku sudah selesai?" Evelyn menatap Arjuna.

Arjuna menghela nafas, "hai Nona, apa kau hanya memasak untukku kemudian pergi?"

"Ya," Evelyn mengerjap "aku harus menemui Ayah, aku merindukannya."

"Duduk Eve," perintah Arjuna.

"Tapi — "

Arjuna menatap mata Evelyn, "kau bukan koki sewaan, yang selesai memasak lalu pulang. Kau harus makan malam denganku, duduk."

Evelyn masih berdiri, enggan untuk duduk. Arjuna bangkit meraih tangannya dengan lembut, menarik kursi dan mendudukkan Evelyn "aku akan mengantarmu ke rumah sakit," Lanjutnya.

"Tidak perlu, supirku sudah menunggu dibawah."

"Suruh dia pulang, aku akan mengantarmu."

Evelyn membuang nafas, "baiklah."

Arjuna mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya, dan dia tidak percaya rasanya bisa sangat enak. Arjuna mengerjapkan mata berulang kali, rasa laparnya terobati. Dia menatap Evelyn dengan intens, Evelyn mengerutkan kening "ada apa?" Evelyn mulai waspada, dia takut masakannya tidak enak dan Arjuna akan memakinya.

"Racun apa yang kau masukkan dalam makanan ini?" tanya Arjuna dingin.

Evelyn menelan saliva, "ra — racun?" cicit Evelyn. Kali ini nyalinya benar-benar menciut, perlahan Evelyn menaruh sendok dan garpu bersamaan, diatas piringnya.

"Ini enak sekali Eve, nafsu makan ku yang telah lama hilang, kembali." Seru Arjuna, membuat gadis dihadapannya menghela nafas lega.

"Kau menyukainya?" Evelyn menatapnya gembira, wajahnya berbinar atas pujian Arjuna pada masakannya.

"Hmmm... aku ingin makan masakan mu setiap hari, setiap waktu." Gumam Arjuna.

Evelyn tersenyum, dia kembali menambahkan makanan di piring Arjuna "makan yang banyak, habiskan."

"Benarkah? Apa boleh?" tanya Arjuna riang.

Evelyn mengangguk, dia kini menemukan Arjuna yang lain. Arjuna yang terlihat seperti anak kecil, bukan seperti bos dingin yang menyebalkan. Evelyn menyentuh bagian dadanya, terasa berdebar.

"Makanlah Eve, jangan menatapku seperti itu."

Evelyn salah tingkah, saat Arjuna memergokinya.

***

Sesuai ucapannya, Arjuna mengantar Evelyn kerumah sakit. Mereka menemui Rayhan. Arjuna keluar setelah menemui Rayhan, dia membiarkan Evelyn berdua dengan Ayahnya.

"Papi, kenapa Papi masih belum bangun? Eve kesini bersama Arjuna Pi," Evelyn menatap Rayhan yang terbaring.

"Bangun tuan Gaura, putri dan calon menantu menunggumu untuk bangun."

"Putrimu ini sudah bersedia dengan pilihanmu, Papi bangun ya. Ada El sekarang di rumah Pi, dia langsung terbang saat tahu keadaan Papi."

Evelyn menangis, menggenggam tangan Rayhan meremasnya kuat. Arjuna kembali masuk, saat mendengar isakan gadis itu, menghampiri Evelyn. Mengusap lembut bahunya, "berhenti menangis" bisik Arjuna.

Evelyn mengangkat wajahnya, melihat Arjuna tersenyum "kau mau bermalam lagi disini?" tanya Arjuna.

Evelyn menggeleng, Arjuna berjongkok, wajahnya mendongak menghapus air mata Evelyn dengan ibu jari tangannya "Ayo pulang. Kau harus istirahat," ucap Arjuna lembut.

Evelyn mengalihkan pandangan, dia kembali menatap Reyhan yang terbaring "Papi aku harus pulang, nanti El yang akan menemani Papi. Pi, aku pulang dengan Arjuna, lelaki pilihan Papi." Evelyn menoleh pada Arjuna.

Arjuna terkekeh "tuan Gaura, sayang sekali aku hanya menjadi pilihanmu. Bukan pilihan putrimu, tapi percayalah padaku, aku Arjuna Dabi Kotaro pasti akan mendapatkan hati putrimu, aku pasti akan mendapatkan persetujuannya untuk menikah denganku, dan kau harus bangun. Karena denganmu aku akan berjabat tangan saat akad, jangan biarkan putra sulung mu yang aku jabat." Arjuna dengan panjang lebar berbicara, seolah Rayhan akan mendengar semuanya.

"Bangunlah tuan, putri tidur adalah seorang wanita bukan seorang Pria, dan itu hanya ada dalam kisah dongeng. Kami semua menunggumu..." Lanjut Arjuna.

***

"Dimana Farah?" Tanya Evelyn, saat dalam perjalanan menuju rumahnya "aku tidak melihat gadis itu, saat kau pulang tadi."

"Menurutmu dia seorang gadis?" Arjuna melirik Evelyn.

"Tentu saja, hanya karena dia berpakaian seorang pria. Bukan berarti dia adalah seorang pria."

Arjuna terkekeh, "bagiku bukan."

"Jahat sekali kau sebagai bos," ujar Evelyn.

Arjuna menoleh, "lalu kau ingin aku memandangnya sebagai seorang wanita? Kalau begitu, kau membiarkanku tertarik padanya?"

Kini giliran Evelyn yang menoleh, "mengapa seperti itu?"

"Tentu saja jika aku melihatnya sebagai seorang wanita, itu artinya aku bisa kapan saja menyukainya. Asal kau tahu, siapa yang membuatnya berpakaian seperti itu?" Arjuna tersenyum.

"Siapa?" Evelyn penasaran.

"Aku," jawab Arjuna. Sukses membuat Evelyn menatapnya tanpa berkedip.

"Mengapa kau lakukan itu? Kau gila?"

Arjuna terkekeh, "aku menginginkan asisten seorang pria, bukan wanita. Kebetulan dia datang dan tertarik dengan pekerjaan yang aku tawarkan. Untuk itu kami sepakat, saat dia bekerja, dia akan memakai pakaian pria, diluar pekerjaan dia bebas berpakaian."

Evelyn mengerjap "tapi kenapa Juna?"

"Alasannya hanya satu, karena aku ingin asisten seorang pria. Karena dia sangat membutuhkan, maka dialah yang aku jadikan seperti pria."

"Tapi Juna, dia sangat cantik. Walaupun dalam busana pria, apa kau tidak menyukainya? Aku yang seorang wanita saja menyadari kecantikannya, apalagi dirimu sebagai lelaki."

"Tidak," Arjuna menghentikan mobilnya. Dia mendekatkan wajahnya, menatap Evelyn "kau ingin aku jatuh cinta padanya, sementara aku akan menikahi mu?"

Evelyn menelan saliva, "Juna, kau terlalu dekat" Evelyn mendorong Arjuna perlahan.

"Dia mantan kekasihku," bisik Arjuna dia menarik tubuhnya menjauh.

"Apa?" Evelyn menatapnya tidak percaya. Matanya membola, terkejut dengan ucapan  Arjuna.

Arjuna terkekeh, "lihatlah wajahmu, reaksi mu lucu sekali. Aku hanya bercanda Eve," Arjuna kembali tertawa.

Evelyn mendelik, pandangannya beralih keluar. Menyadari bahwa ternyata mereka sudah sampai, "lelucon apa itu. Menjijikan!" Seru Evelyn, dia langsung keluar dari mobil Arjuna, membanting pintu mobil.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status