Share

Pertemuan Kedua

Evelyn dan ketiga temannya sedang merias wajah di toilet, saat ini mereka sedang berada di sebuah club malam. Ini pertama kali baginya, teman-temannya memaksa agar dia ikut bergabung dan disinilah dia sekarang bersama Tania, Fina dan Naima.

"Ya tuhan aku berharap malam ini bisa bertemu dengan pria jepang, jatuh cinta dan menikah," ujar Tania sembari mengoleskan lipstik pada bibirnya.

"Selalu saja pria jepang," ledek Naima.

"Eve, mengapa kau memakai blezermu? Lepaskanlah, itu hanya menjadi sebuah penghalang keseksianmu," Tania menarik blezer Evelyn.

"Untuk apa aku melepaskannya? Aku tidak peduli dengan pria manapun, karena Papi sudah menentukan pilihan untukku." Evelyn tertunduk lesu, wajahnya muram.

"Girls!" Fina mengingatkan kedua temannya untuk tidak membahas pria.

"I'am sorry Eve, aku tidak bermaksud membuatmu kembali sedih." Ucap Tania dengan wajah menyesal.

"Tidak apa-apa Tan, tidak perlu meminta maaf."

"Cukup girls! Mari kita bersenang-senang malam ini. Eve, lupakan semua masalahmu." Naima berteriak dan mengintruksi mereka untuk segera memasuki club.

Eve yang tertinggal berjalan dilorong sepi, saat berbelok dia tidak sengaja menabrak bahu seorang pria, "sorry.." ucap Evelyn dengan sedikit membungkuk, tidak berani menatap pria itu. Evelyn pergi tanpa sempat melihat wajahnya.

Kini dia sudah bergabung dengan teman-temannya dengan sebuah minuman dan melakukan cheers kemudian meminumnya "hebat sekali kau, hampir menghabiskannya dalam sekali tegukan" kata Fani.

Evelyn mengangkat gelasnya yang mulai surut, "hahaha tentu saja dia menghabiskannya dalam sekali tegukan. Yang dia minum moctail tanpa alkohol, konyol sekali kau Eve sudah sebesar ini tidak bisa minum alkohol," Naima menepuk-nepuk bahu Evelyn.

"Nai! Kau meledekku lagi," Evelyn merajuk.

"O.. ow.. sorry, menyenangkan sekali menjadikanmu bahan ledekan hahaha.." Naima kembali tertawa.

"Excuse me," seorang lelaki jangkung mendekati meja mereka, membuat semuanya menoleh "siapa namamu?" tanyanya pada Evelyn.

Evelyn menunjuk dirinya, memastikan bahwa yang lelaki itu maksud adalah dirinya "yes, kau Nona."

Evelyn melirik Naima yang berada di sebelahnya, "namanya Evelyn, dan dia bersamaku" belum sempat Evelyn menjawab, suara lain sudah lebih dulu memberikan jawaban. Membuat semua orang menoleh, ke sumber suara.

Kini apa yang Evelyn lihat sangat membuat dirinya terkejut, dibelakangnya telah berdiri Arjuna "Juna," bisik Evelyn. Mendengar Evelyn menyebutkan nama, lelaki asing yang berdiri disampingnya menoleh, begitu juga dengan teman-temannya.

"Kau mengenalnya?" bisik Naima.

"Tuan Kotaro, kau berada disini juga." Kata lelaki asing itu yang masih berdiri di samping Evelyn "kau bersamanya?" tanya lelaki itu pada Evelyn.

"Dia calon istriku Jonas," ucapan Arjuna membuat semua teman-temannya shock.

"Ah, maafkan aku tuan. Aku tidak tahu," lelaki yang Arjuna sebut Jonas itu segera meminta maaf "sekali lagi aku minta maaf, lain kali aku akan lebih berhati-hati. Aku permisi, nikmati malammu tuan." Jonas segera pergi.

"Sedang apa kau disini?" tanya Evelyn.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa seorang mahasiswi tingkat akhir yang seharusnya sibuk dengan skripsi malah berada ditempat seperti ini?" Arjuna menatapnya tajam "kau minum?" Arjuna mendekatkan wajahnya, mencium aroma yang melekat dibibir Eve.

Ketiga temannya salah paham, mengira bahwa Arjuna akan mencium Evelyn. "Ekhem.." Tania memberanikan diri mengeluarkan suara, "Eve, sepertinya kau harus menyelesaikan urusanmu dengannya. Kami akan pindah," kata Tania.

"Ah maaf, aku sampai tidak sadar ada kalian. Tidak perlu pindah, aku akan membawa Eve pulang bersamaku." Arjuna merasa tidak enak dengan para gadis itu "atas permintaan maafku malam ini kalian bebas bersenang-senang dan aku yang bayar," lanjutnya.

"Seriously?" tanya Fani girang "kau baik sekali tuan."

"Itu tidak seberapa, aku lupa mengenalkan diriku, aku Arjuna calon suami Evelyn."

Semuanya terdiam menatap Arjuna dengan penuh pesona, membuat Arjuna salah tingkah "Aku boleh membawa Eve bukan?"

"Te-tentu," jawab Naima.

Evelyn memejamkan mata, dan berpamitan pada teman-temannya. Mengikuti Arjuna yang melangkah menuju parkiran "gadis penurut" bisik Arjuna, dan didengar oleh Evelyn, "aku hanya tidak ingin kau mempermalukanku dihadapan teman-teman. Makanya aku tidak menolakmu," balas Evelyn.

"Mempermalukanmu? Kau tidak lihat mereka menyukaiku," Arjuna dengan angkuhnya membela diri.

"Itu karena kau tampan tuan," ujar Evelyn kesal "Apa yang kau lakukan ditempat ini?" lanjutnya.

"Bersenang-senang," jawab Arjuna, dia mulai mengemudikan mobilnya.

"Kau mabuk?" Evelyn mendekat mencoba menghirup aroma tubuh Arjuna, tapi tidak dia temukan bau alkohol pada tubuhnya.

Arjuna segera menepikan mobilnya, disebuah jembatan terpanjang "kenapa berhenti?" tanya Evelyn heran.

"Awalnya aku ingin bersenang-senang, menghilangkan penat. Tapi belum sempat aku cicipi, kau sudah lebih dulu muncul Eve. Dan membuat aku berada disini sekarang," Arjuna mengatakannya dengan dingin dan penuh penekanan.

"Bukankah kau yang mengikutiku?" tanya Eve "kau bertingkah seolah aku yang selalu muncul dihadapanmu."

"Dilorong toilet, kau tidak lihat siapa yang kau tabrak?"

Evelyn mencoba mengingat, dia menoleh pada Arjuna yang manaikkan alisnya "kau ingat sekarang?" tanya Arjuna.

"Itu kau?" Evelyn menjawab dengan pertanyaan lagi.

Arjuna tertawa, "lihat Eve. Betapa takdir bergerak dengan sendirinya, untuk mempertemukan kau dan aku. Ku rasa bukan hanya aku yang menginginkanmu tapi tuhan juga menginginkan kebersamaan kita."

"Kau menginginkanku? Bukankah kau senang sekarang Ayahku koma, dan kau bisa mengusai perusahaan. Kau ingin menikah denganku karena perusahaan brengsek!" sorot mata Evelyn menunjukkan kesedihan.

"Kau salah Eve, aku tidak menginginkan perusahaan. Fayola Group dari awal sudah menjadi milik Kakakmu. Aku turun tangan membantu, karena perusahaan rintisanku berkolaborasi dengan Fayola. Aku tidak menginginkan itu Eve, kau lupa aku siapa? Aku pewaris tunggal keluarga Kotaro, aku penerus DK Group!" 

"Munafik!" bisik Evelyn.

•••

Satu kata membuat hati Arjuna sakit, mendengar perkataan Evelyn. Mungkin benar pada awalnya dia memang menginginkan Fayola Group, ingin merebutnya dari Elangga. Tapi setelah bertemu Evelyn, keinginannya berubah, bukan Fayola lagi yang dia inginkan tapi membangun sebuah keluarga bersama Evelyn.

Sejak awal pertemuan, Evelyn benar-benar membuatnya tertarik. Gadis itu bukan hanya cantik, tapi juga penurut. Saat mendengar kabar tentang pertunangannya dengan Evelyn dia segera mengirim orang untuk menyelidiki gadis itu. Dan semua informasi yang dia dapatkan mengatakan bawa gadis itu baik, dia merasa harus bertemu langsung dengannya.

Hingga sesuatu terjadi, Fayola Group yang berkolaborasi dengan perushaaan rintisannya diserang oleh beberapa perusahaan tetangga, karena banyak yang menginginkan berkolaborasi dengan perusahaan rintisan Arjuna. Dia merasa ini kesempatan yang sangat bagus, karena dia bisa dengan mudah membuat Fayola Group jatuh ketangannya. Namun siapa sangka pertemuannya dengan Evelyn membuatnya tidak lagi menginginkan semua itu.

Kabar penerbangannya menuju Indonesia sampai ke telinga Ayahnya, dan membuat pesta penyambutan yang ternyata adalah pesta pertunangannya dengan Evelyn. Arjuna sendiri tidak tahu tentang pesta itu, dia hanya tahu bahwa gadis yang bernama Evelyn adalah calon istrinya.

Kembali pada mereka yang saat ini berada didalam mobil, setelah mendengar perkataan Evelyn hati Arjuna terasa sakit. Dia mengambil botol yang berada di belakang jok penumpang, dan langsung meminumnya. Menyodorkannya pada Evelyn "Apa ini?" tanya gadis itu.

"Tequila," bisik Arjuna

"Aku tidak minum alkohol," Evelyn mempertegas ucapannya.

"Minum Evelyn. Kau akan menyukainya," Arjuna memaksa.

"Sudah kukatakan aku tidak minum alkohol!" bentak Evelyn.

Mata mereka bertemu, keduanya saling bertatapan "ini hukuman karena kau berani pergi ke Bar, dan bertemu pria lain."

Evelyn terkekeh "kau bercanda? Aku tidak kesana untuk bertemu seorang pria, aku hanya ingin melupakan apa yang baru-baru ini terjadi dan mengganggu pikiranku Juna."

"Kau ingin melupakan masalahmu bukan?"

"Ya."

"Minumlah Eve. Ini akan membuatmu lebih baik," tutur Arjuna.

"Sungguh?" tanya Evelyn meyakinkan.

"Percaya padaku," bisik Arjuna.

Akhirnya Evelyn meraih botol itu, dengan ragu dia mulai meneguknya. Di tegukan pertama dia merasa ada ribuan semut menggigit lidahnya, terasa sedikit pahit dan sedikit manis tapi lama kelamaan dia menikmatinya.

"Bagaimana? Kau suka?" tanya Arjuna.

"Lumayan," jawab Evelyn.

Evelyn kembali meneguknya, menyodorkan botol itu pada Arjuna "aku harus mengemudi, tidak bisa meminumnya terlalu banyak. Kecuali kau mau bermalam disini denganku," mata Arjuna menggelap dan mata mereka kembali bertemu.

Evelyn tersenyum sinis "dasar brengsek! Kau kotor sekali, ingin mendapatkanku dengan cara seperti itu," Evelyn mulai mabuk, bicaranya tidak terkontrol.

"Maksudmu?"

"Jangan sentuh aku sebelum aku menyetujuinya," desis Evelyn.

"Seperti ini?" Arjuna menarik tubuh Evelyn mendekat, "disini sempit. Kau tidak akan bisa menghindariku lagi."

Evelyn menatap wajah itu, dengan kesadaran yang mulai menipis "Juna, aku kira kau pria tua dengan rambut putih dan renta. Tapi ternyata kau adalah tuan muda yang angkuh dan posesif. Dan sialnya aku menyukaimu," tutur Evelyn dengan kesadaran yang sudah benar-benar sirna.

Arjuna tersenyum "gadis nakal! kau berlaga menghindariku, padahal kau menyukainya," Arjuna menahan Evelyn yang kini berada dalam pelukannya "bangun Eve, ada yang ingin aku lakukan bersamamu" Arjuna menepuk pelan pipi gadis itu. Namun tidak ada gerakan sedikit pun, kecuali suara hembusan nafasnya yang teratur.

Arjuna menghela nafas "baiklah akan aku lepaskan kau malam ini, besok kau harus ingat apa yang sudah kau katakan padaku." Arjuna membaringkan tubuh Evelyn dengan hati-hati, menurunkan jok mobil agar gadis itu bisa benar-benar terbaring.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status