Share

Di Perpustakaan

"Kamu yakin nggak mau?" tawar Andi setelah membuka kotak bekal yang ternyata berisi beberapa potong nugget ayam lengkap dengan sausnya.

Reza menggeleng setelah sempat melirik isi kotak makanan tadi sekilas. Sama seperti kemarin, dia juga tidak memakan pemberian dari pengirim misterius tersebut. Baginya, selagi belum jelas siapa 'dia', menerima atau memakan barang yang diberikan adalah suatu pantangan.

"Kali aja Bela sama Ghina mau. Kamu tawarin, gih!"

"Terus kamu mau ke mana?" tanya Andi saat Reza tampak hendak meninggalkan bangkunya.

"Mau ke perpustakaan sebentar. Balikin buku, nih!"

"Oh, oke. Ini aku makan, ya!"

"Habisin aja!"

Ghina sempat mendengar percakapan dua siswa yang ada di depannya. Hanya saja dia masih sibuk menyalin angka-angka yang berada di papan tulis sehingga tidak sempat melirik ke arah mereka. Reza pergi dan Andi pun menawarkan makanan tadi kepada Bela yang memang duduk tepat di belakangnya.

"Wah, mau, dong! Dari siapa, nih?" seru Bela mengambil sepotong nugget.

"Tau, tuh! Si Reza, biasa, dapat dari pengagum rahasianya," tukas Andi dengan mulut masih penuh makan.

"Masih belum ketahuan siapa pengirimnya?" Andi menggeleng.

"Aneh, kenapa bisa serapi itu, ya? Aku yakin yang ngirim itu orang terdekat," ucap Bela lagi.

"Orang terdekat? Andi?" celetuk Ghina yang menghentikan sejenak aktivitas menulisnya.

"Enak aja, aku masih normal, Ghin!"

"Ya, kali aja, Di!"

"Sembarang! Kamu mau, nggak?" Ghina menggeleng, ia tidak berselera makan kali ini.

Ghina masih meneruskan pekerjaannya, sementara Andi dan Bela tampak asyik menikmati nugget dan berbincang-bincang. Dua orang tersebut memang diketahui memiliki kedekatan khusus beberapa bulan belakangan. Entah apa yang dibahas, keduanya selalu betah jika mengobrol berdua, apalagi jika ditemani makanan.

"Sudah selesai?" tanya Bela begitu Ghina menutup buku dan mengemasi beberapa alat tulis.

"Udah, dong. Aku mau ke perpustakaan, kamu mau ikut?" Ghina mengeluarkan dua buku paket yang ia pinjam seminggu yang lalu di perpustakaan.

"Nggak dulu, deh. Kamu sendiri berani?" tanya Bela yang sepertinya tidak begitu tega membiarkan Ghina ke perpustakaan seorang diri.

"Berani, dong. Ya udah aku duluan, ya!"

Ghina meninggalkan kelas dan menuju ke ruangan yang berada di samping laboratorium komputer. Sayangnya saat ini perpustakaan sedang ramai pengunjung, terlihat dari banyaknya siswa yang berbaris untuk menunggu pelayanan dari pegawai. Ghina memutuskan untuk melihat-lihat rak, barangkali ada buku yang menarik untuk dipinjam.

Ghina berhenti pada rak yang terletak di deretan paling belakang. Di rak tersebut berisi buku-buku non-pelajaran seperti majalah, koran, dan buku-buku resep.

"Bisa, nggak?"

Ghina tersentak, buka yang hendak dipilih tidak dapat ia raih.

"Eh, Reza. Kamu ternyata," ucap Ghina basa-basi.

"Iya, nih. Mau ngembaliin buku malah rame banget. Mau ambil buku apa?"

"Itu, resep masakan." Ghina menunjuk buku yang ia maksud.

"Oh, sebentar."

"Makasih, Za." Reza melayangkan senyum sebagai jawaban untuk Ghina. Ghina tak percaya, Reza yang dikenalnya sangatlah cuek. Mungkin ada yang tidak beres sehingga ia tampak begitu ramah kali ini.

"Mau pinjam itu?" tanya Reza.

"Mau aku baca di sini, sambil nunggu antrian agak sepi."

"Ya udah, ayo duduk di sana!" Ghina mengangguk setuju dengan ajakan Reza.

Beberapa menit sudah berlalu. Reza dan Ghina yang duduk bersebelahan hanya saling diam. Keduanya sibuk dengan buku masing-masing.

"Eh, kenapa, Za?" tanya Ghina yang baru sadar jika Reza tengah menatapnya.

"Nggak papa. Mau ngasih tahu kalau antriannya sudah berkurang."

"Oh, ya udah ayo! Tapi kita balikin buku ini ke rak dulu."

"Oke, Ghin. Ini buku apa yang sebelumnya kamu pinjam?" Reza mengambil salah satu buku paket di hadapan Ghina yang sudah memasuki masa pengembalian.

"Eh, amplopnya jatuh, Ghin!"

"Amplop?"

"Iya, tadi ada di dalam buku."

"Perasaan aku nggak naruh amplop, deh."

"Terus siapa? Masa aku?" Reza terkekeh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status