Share

Es Krim

"Lho, kirain udah pulang. Kenapa balik lagi?"

Siang itu kala semua siswa sudah pulang dan Ghina sedang membersihkan kelas seorang diri, tiba-tiba datanglah Bela yang memang sebelumnya sudah berpamitan. Bela tak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum dan menghampiri Ghina yang sedang melakukan piket. Sebenarnya jadwalnya masih besok, dia terbiasa melakukannya seperti saat ini.

"Apa, nih?" tanya Ghina saat Bela memaksa dirinya menerima kantong plastik yang berada di tangannya.

"Dari Reza."

"Eh, apaan. Aku nggak mau." Ghina menaruhnya di atas meja.

"Jangan ditolak. Aku juga dapat, kok. Tadi udah aku makan sama Andi di parkiran. Reza lagi banyak uang kali, makanya kita ditraktir."

"Masa? Jangan bohong kamu!"

"Aduh, masih juga dikira bohong. Ya, udah, aku tunjukkin ini tadi Reza ngasih susu kotak juga kalau kamu nggak percaya." Bela mengambil benda yang ia maksud dari dalam tasnya.

"Tumben baik banget dia. Biasanya juga cuek," komentar Ghina yang masih tidak percaya.

"Soalnya tadi aku yang maksa dia buat beliin. Dia nggak keberatan, kok."

"Aduh, jadi sungkan, kan."

"Santai aja, dia biasanya juga baik gitu kalau ke Andi."

"Oh, ya udah kalau gitu. Salamin ke dia, bilang makasih dari aku."

"Oke, aku pulang dulu, ya. Andi udah nunggu di luar soalnya. Duluan, ya, Ghin!"

"Iya."

Ghina sudah menyelesaikan piket ditandai dengan ia mengembalikan peralatan kebersihan ke tempatnya. Kantong plastik yang semua mengonggok di atas meja mulai ia raih. Ghina duduk untuk meregangkan otot-ototnya. Niat untuk segera pulang ia urungkan, ia ingin menikmati es krim dari Reza sebelum meleleh.

"Kebetulan banget dia ngasih es krim rasa tape ketan. Suka, deh," gumam Ghina yang senyum-senyum sendiri. Es krim dengan varian tersebut memanglah favoritnya.

"Lho, masih ada orang di dalam? Mau pulang apa mau dikunci, Nak?"

Ghina tertawa, Pak Amin, penjaga sekolah hendak melaksanakan tugasnya untuk mengunci pintu-pintu kelas. Beliau memang suka bergurau dengan siapapun.

"Bentar, Pak. Tinggal sedikit, nih. Kalau es krimnya sudah habis aku langsung pulang, kok."

"Enak banget makan es krim. Pasti sengaja makan sendiri pas teman-teman pulang sekolah biar nggak ada yang minta, kan?" ledek Pak Amin.

"Eh, nggak, Pak. Ini tadi dikasih sama Reza, kok."

"Reza? Aiman Reza?"

"Iya. Kok, bapak kenal?"

"Kenal, dia sama temannya itu suka main catur bareng Bapak."

"Keren, dong."

"Keren. Eh, malah ngajak ngobrol. Ayo cepet dihabisin!"

"Ya udah, aku mau pulang kalau diusir. Pulang dulu, ya, Pak!" Ghina membawa barang-barangnya keluar kelas dan sempat mencium punggung tangan Pak Amin.

Ghina sudah menghabiskan es krimnya. Ternyata Reza juga memberinya beberapa makanan ringan yang jika dijumlahkan menghabiskan nominal uang yang cukup besar baginya. Hebat sekali Bela berani memalak Reza hingga sebanyak itu.

Ghina berjalan menuju tempat parkir. Tempat tersebut tampak sepi dan hanya tertinggal beberapa sepeda motor di sana. Sebenarnya pihak sekolah tidak memperbolehkan siswanya untuk mengendari sepeda motor sendiri. Akan tetapi, beberapa siswa yang tempat tinggalnya jauh menjadi pertimbangan. Berdasarkan alasan tersebut, maka diperbolehkanlah siswa membawa motor sendiri asalkan selalu mengenakan helm dan tidak kebut-kebutan di jalan.

"Ghina!"

Ghina mendengar suara yang tidak asing bagi telinganya. Ternyata ada Reza yang keberadaannya baru ia sadari. Lelaki itu tampak menghampiri Ghina dengan setengah berlari.

"Ada apa?" tanya Ghina.

"Makasih," ucap Reza.

"Buat?" Ghina tidak paham.

"Siomay sama es teh."

"Ha?"

"Ini." Reza menunjukkan kantong plastik yang berada di tangannya.

"Kenapa makasih ke aku?"

"Kamu yang ngasih katanya."

"Aku nggak ngasih, serius."

"Kata Andi tadi ini dari kamu."

"Bentar. Tadi Bela juga ngasih es krim. Katanya juga dari kamu."

"Tapi aku nggak ngasih, Ghin!"

"Aku juga nggak ngasih, Za!"

"Astaga. Bela!" pekik Ghina.

"Dasar Andi!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status