Share

Bab 2 . Pasangan Yang Dapat Dibanggakan

"Bagaimana denganmu?" tanya Bella yang menjawab pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan.

"Tentu aku akan mengambil jurusan hukum! Aku ingin menjadi pengacara ternama!" ujar Nicholas sambil tersenyum lebar.

Lalu, mereka berdua berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana sembari menunggu.

"Bagaimana denganmu?" tanya Nicholas kembali.

Bella menghela napas dan menatap kekasihnya itu, seraya berkata, "Aku akan kuliah tahun depan."

"Mengapa seperti itu? Pasti itu karena kakakmu, Crystal. Aku akan menegurnya!" ujar Nicholas kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Hei .... Hentikan!" ujar Bella dan menahan Nicholas yang sudah hendak menghubungi nomor ponsel kakaknya itu.

Ponsel adalah barang mewah bagi keluarga Swan. Yang memiliki ponsel hanya Crystal dan Bella sendiri tidak yakin bagaimana kakaknya itu mampu membeli ponsel. Jadi, Bella menyimpan nomor ponsel kakaknya di ponsel milik Nicholas. Walaupun, tidak pernah sekalipun Bella menghubungi nomor itu.

"Tapi, bagaimana dengan beasiswa itu? Bukankah itu hanya berlaku untuk tahun ini?" tanya Nicholas kembali dengan kesal.

"Tidak masalah! Aku bisa kuliah di universitas lain yang lebih terjangkau tanpa beasiswa. Aku akan bekerja dulu selama 1 tahun dan setelah uang terkumpul baru akan memutuskan kuliah di universitas apa." Jelas Bella, sebenarnya dirinya sendiri ragu bagaimana mengumpulkan uang untuk kuliah. Tamatan SMA tidak memiliki pilihan pekerjaan yang baik, mungkin dirinya hanya akan berakhir menjadi penjaga toko atau swalayan. Namun, Bella selalu menyimpan kekhawatirannya dan menunjukkan sikap bahwa dirinya baik-baik saja.

Bus tiba dan mereka berdua naik ke dalam bus. Nicholas kesal dan tidak lagi berbicara, jadi Bella juga hanya diam sambil menatap keluar jendela.

***

Tidak terasa, sudah hampir 6 bulan dari tamat sekolah. Seperti perkiraannya, Bella berakhir bekerja di sebuah swalayan di dekat rumahnya. Jam kerja yang cukup panjang, tetapi sepadan dengan upah yang diterima.

Dengan memiliki pemasukan sendiri, Bella dapat membantu menutupi pengeluaran rumah dan hal itu membuat ibu tenang. Awalnya, Bella ingin ibu bekerja di satu tempat saja yaitu di pabrik pengalengan ikan dan dapat beristirahat di malam hari. Namun, hal itu tidak terwujud karena Crystal menghabiskan uang lebih dan lebih. Jika, ibu menolak permintaannya, maka Crystal akan mengancam dengan pergi meninggalkan rumah. 

Ancaman itu berhasil, semua permintaannya terpenuhi. Apakah hal itu membuat Bella marah? Tentu saja. Namun, kembali lagi Bella selalu menyimpan rasa marah dan keberatannya, karena berpikir bahwa  Crystal berhak memperoleh semua itu.

Crystal berubah drastis. Pakaian branded dan termasuk semua aksesorisnya dengan ponsel dan laptop keluaran terbaru. Saat marah, maka Crystal selalu berkata akan pergi dari rumah bobrok ini. Crystal juga mengatakan dirinya malu, mengapa terlahir di keluarga miskin seperti ini. Ibu hanya akan menangis saat Crystal bertingkah menjengkelkan seperti itu.

Bella lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah. Dirinya bekerja dengan giat dan tidak pernah keberatan saat harus lembur. Jika tidak memiliki jam lembur, maka Bella akan pergi ke rumah kekasihnya, Nicholas Hall dan dengan senang hati membantu pekerjaan rumah di sana.

Namun, belakang ini, perilaku kedua orang tua Nicholas, terutama Sang Ibu berubah total. Seperti saat ini.

"Bu, aku bantu melipat pakaian ini."

Ujar Bella, sambil duduk di samping Nyonya Hall, wanita paruh baya bertubuh gempal. Nyonya Hall mengabaikan perkataan Bella dengan wajah yang begitu cemberut dirinya berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu seharusnya melakukan sesuatu yang lebih penting daripada melipat pakaian?"

Tangan Bella yang sedang melipat pakaian terhenti. Belakangan ini, perlakuan Nyonya Hall kepadanya sangat kasar dan selalu ingin Bella tidak berlama-lama di rumahnya.

"Ehm ..., aku menunggu Nicholas pulang," jawab Bella perlahan.

"Kamu lihat anak Nyonya Mai, tetangga kita. Anak gadis harus seperti itu, kuliah dan bekerja di kantoran! Bukan seperti dirimu, yang-" 

Perkataan Nyonya Hall terpotong karena Nicholas yang baru tiba di rumah.

"Ibu! Tolonglah jangan mempersulit Bella! Bella akan kuliah tahun depan, aku yakin dirinya juga dapat bekerja di perusahaan bergengsi." Ujar Nicholas sambil buru-buru duduk di antara Bella dan ibunya.

"Putra kesayangan Ibu! Ibu hanya ingin, kamu memiliki pasangan yang dapat kamu banggakan!" ujar Nyonya Hall membela diri.

"Aku bangga dengan Bella, Bu!" ujar Nicholas jujur sambil memeluk pundak Bella.

Bella menatap Nicholas dan tersenyum penuh rasa syukur karena memiliki kekasih sebaik ini. Lalu, mereka makan malam bersama. Tuan dan Nyonya Hall beserta Bella dan Nicholas. Walaupun, Nyonya Hall lebih banyak diam, tetapi Bella dapat merasakan rasa tidak suka yang begitu besar dari Nyonya Hall terhadap dirinya. Bella berharap, semua akan kembali ke keadaan semula, setelah dirinya kuliah.

Nyonya Hall, meletakkan begitu banyak lauk di piring putra kesayangannya dan Nicholas membagikan sebagian lauk itu kepada Bella.

"Tidak! Kamu makan saja." Bella menolak, dirinya tidak lagi ingin mencari masalah dengan Nyonya Hall.

"Kamu harus makan yang banyak! Kamu begitu kurus." Nicholas mengabaikan keberatan Bella dan meletakkan sebagian lauk dari piringnya ke piring Bella.

"Jika dia tidak mau, maka jangan dipaksa!" Nyonya Hall mengambil lauk dari piring Bella dan meletakkannya di piring suaminya, Tuan Hall.

"Istriku ..." Tuan Hall ingin menasehati istrinya yang sudah kelewatan.

"Makan saja! Lauk hanya untuk mereka yang mengeluarkan uang untuk membeli semua yang ada di atas meja ini." Ujar Nyonya Hall ketus.

"Benar, makanlah Paman! Sebelum kemari, aku sudah makan di swalayan." 

Bella berusaha agar Tuan dan Nyonya Hall tidak bertengkar karena dirinya. Entah mengapa, belakangan dirinya semakin merasa rendah diri jika berada di tengah-tengah Keluarga Hall. Akhirnya, mereka semua makan dalam diam dan Bella sama sekali tidak dapat menikmati makan malam ini. Selesai makan malam, biasanya Bella akan membantu mencuci peralatan makan, tetapi malam ini Nyonya Hall memintanya segera pulang, dengan alasan sudah larut malam.

'Ayo aku antar!" Ajak Nicholas.

"Rumahnya hanya berjarak satu blok dari sini! Biarkan dia pulang sendiri, sudah begitu malam kamu harus mandi dan beristirahat!"

"Ayolah, Bu! Ini hanya sebentar!"

Nicholas mengandeng tangan Bella dan berjalan ke arah pintu rumah itu, lalu keluar. Nicholas tidak memberi kesempatan bagi Bella untuk keberatan.

"Bukankah kamu seharusnya mendengarkan perkataan ibumu? Bukankah hal ini akan membuat ibumu marah?" tanya Ellena penuh cemas.

"Maafkan ibuku. Belakangan ini, dirinya sering mendengar perkataan para tetangga."

Nicholas meminta maaf untuk ibunya. Bella hanya mengangguk dan mereka tidak lagi berbicara.

Mereka tiba di depan pintu rumah Bella dan setelah memastikan Bella masuk ke dalam rumah, barulah Nicholas pergi. Bella bersandar di balik pintu, hatinya sedih karena perlakuan Nyonya Hall terhadap dirinya.

Setelah berhasil menenangkan diri, Bella berjalan ke dapur dan memanaskan sayur untuk ibunya. Ibu akan pulang sebentar lagi.

Klik!

Pintu depan rumah terbuka, Bella memaksakan seulas senyum dan berbalik menyambut ibunya. Namun, itu bukan ibu melainkan Crystal yang berjalan sempoyongan.

Brukkk!!!

Crystal tersandung, dan terjerembab di lantai.

"ARGH ...!!!"

Teriak Crystal mengamuk dan melempar tas tangannya dengan kasar.

Bella tidak yakin apa yang terjadi dengan kakaknya itu, dan datang menghampirinya.

"Crystal!" 

Panggil Bella menghampiri Crystal, hendak membantunya berdiri. Namun, Crystal mendorong Bella menjauh.

"Pergi! Tinggalkan aku!"


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status