Isabella Swan atau yang biasa dipanggil Bella, mengintip dari balik pintu kamar tidurnya. Gadis berusia 17 tahun itu, mendengar pertengkaran kedua orang tuanya dan itu mengusik perhatiannya.
Lain halnya dengan Crystabella Swan yang biasa dipanggil Crystal, sang kakak sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran kedua orang tuanya itu. Crystal menggunakan headset untuk kembali fokus pada permainan ponselnya.
Kedua orang tuanya sering bertengkar, bahkan terkadang beberapa pukulan mendarat di tubuh ibu. Bella sangat mengkhawatirkan ibu, yang sudah begitu lelah seharian bekerja dan masih harus menghadapi ayah yang selalu pulang dalam keadaan mabuk.
Semenjak ayah dipecat dari pekerjaannya 3 tahun yang lalu, beliau menjadi frustasi dan sangat mudah tersinggung. Setiap ibu mengucapkan sesuatu, maka ayah akan langsung mengamuk. Ayah bukannya berusaha mencari pekerjaan lain, tetapi malah menghabiskan waktu dengan minum minuman beralkohol.
PRANGGG!
Suara piring pecah nyaring terdengar. Spontan Bella langsung menutup rapat pintu kamar dan menguncinya.
Bella kembali duduk di meja belajarnya dan melanjutkan belajar. Besok, dirinya akan menghadapi ujian akhir semester.
Crystal sendiri sudah duduk di bangku kuliah. Walau keluarga mereka kesulitan dalam hal keuangan, tetapi ibu tetap ingin anak-anaknya dapat bersekolah dan kuliah, agar memiliki masa depan yang cerah.
Namun, mungkin Bella tidak akan memiliki kesempatan mengeyam pendidikan di bangku kuliah. Crystal bercita-cita menjadi seorang artis dan mengambil kuliah jurusan seni, serta kelas modeling. Itu artinya Crystal juga menggunakan biaya kuliah miliknya, yang telah dipersiapkan oleh ibu.
Awalnya ibu menolak permintaan Crystal untuk kuliah jurusan seni dan mengambil kelas modeling, karena biaya yang sangat mahal. Namun, karena hal itu, ibu dan kakak bertengkar hebat untuk pertama kalinya. Tidak ingin kedua orang yang begitu dicintainya bertengkar, Bella membuka suara dan mengijinkan kakak menggunakan uang kuliah miliknya. Tentu ibu keberatan, tetapi Bella meyakinkan bahwa dirinya akan bekerja di tahun pertama setelah lulus dan kuliah di tahun kedua setelah memiliki tabungan.
Bella, murid berprestasi dan selalu memperoleh beasiswa. Ibu tidak pernah mengkhawatirkan dirinya, tetapi kakak adalah kebalikan darinya yang selalu membuat ibu cemas.
Sambil belajar, Bella memasang telinga berusaha mendengar apakah ayah masih berada di dapur. Keadaan sepi, itu artinya ayah sudah masuk ke dalam kamar dan ibu sedang membersihkan kekacauan yang dibuat ayah.
Bella menutup buku dan berjalan keluar dari kamar tidur.
"Bu! Ibu istirahatlah, biarkan aku yang membersihkan semua ini!" ujar Bella saat berdiri di hadapan ibu.
"Tidak! Tidak apa-apa! Kamu tidurlah, bukankah besok kamu akan menghadapi ujian akhir?" tanya ibu penuh perhatian.
"Aku sudah mempelajari semuanya! Ibu pergilah beristirahat! Ayah pasti sudah tertidur," ujar Bella sambil mendorong tubuh ibu menuju kamar.
"Baiklah! Terima kasih, Bella!" ujar ibu tulus.
Bella tersenyum indah dan menganggukkan kepala. Setelah memastikan ibu masuk ke dalam kamar, Bella baru mulai mengumpul pecahan piring kaca yang berserakan di lantai bersama makanan yang mereka sisakan untuk ayah. Sungguh mubazir, tidakkah ayah tahu beras dan sayuran di kulkas sudah hampir habis. Ayah dengan seenaknya membuang semua makanan ini. Mereka makan sangat sedikit agar semua dapat makan, tetapi kelakuan ayah membuat Bella merasa sedih.
Setelah lantai bersih dari pecahan piring, Bella membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa sayuran. Bella mencuci dan memotong semuanya, agar besok ibu tinggal memasaknya. Ibu akan bangun saat langit masih gelap untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Setelah itu, ibu akan berangkat ke pabrik pengalengan ikan dan bekerja di sana sebagai buruh harian. Malamnya, ibu akan membantu di kedai makan dekat rumah mencuci piring dan mendapatkan upah harian.
Hanya dengan menatap, Bella tahu ibu sangat lelah, tetapi beliau tidak pernah mengeluh. Itu yang membuat Bella harus berinisiatif membantu meringankan beban ibu.
Butuh waktu hampir 1 jam untuk menyelesaikan semua itu dan Bella kembali ke kamar setelah selesai. Crystal masih berkutat dengan ponsel di ranjangnya. Bella naik ke ranjang miliknya dan merebahkan badan, tidak lama dirinya pun tertidur.
Keesokan harinya, semua pergi meninggalkan rumah untuk menjalankan rutinitas masing-masing, kecuali ayah yang masih tertidur.
Di sekolah, Bella adalah murid teladan dan pendiam. Namun, diam-diam Bella menjalin kasih dengan Nicholas Hall, sahabat masa kecilnya. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, tepatnya rumah mereka hanya dibatasi oleh satu gang kecil. Mereka tumbuh besar bersama dan hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun. Nicholas berada di kelas B dengan tingkatan yang sama dengannya yaitu tingkat akhir.
Tahun ini, mereka akan lulus dan Nicholas akan mengambil kuliah jurusan hukum. Kekasihnya itu bercita-cita menjadi seorang pengacara ternama.
Perekonomian keluarga Hall tidak jauh berbeda dengan keluarga Swan, keluarganya. Namun, Nicholas adalah anak tunggal dengan ayah dan ibu yang bekerja. Jadi, dapat dikatakan kehidupan Nicholas lebih beruntung dibandingkan dirinya.
Tidak terasa hasil akhir pembelajaran dibagikan dan seperti biasa, Bella tetap berada di peringkat teratas.
"Bella, ikut Ibu ke ruang guru!" ujar wali kelas saat pelajaran selesai.
Bella merapikan buku dan memasukkan ke dalam tas ranselnya. Lalu, mengikuti wali kelas menuju ruang guru.
Wali kelas duduk di meja kerjanya dan meminta Bella duduk di hadapannya.
"Nilaimu sempurna! Ibu sangat bangga memiliki murid cerdas seperti dirimu!" puji wali kelas.
"Ibu sudah mengatur beasiswa kuliah di salah satu universitas ternama! Ibu sudah melihat beberapa jurusan yang cocok untuk dirimu! Ini catatan beberapa jurusan yang sudah Ibu rangkum untukmu!" ujar wali kelas sambil menyodorkan secarik kertas memo kecil kepada Bella.
Bella menerima kertas itu dan melihatnya, semua jurusan yang dipilih wali kelas sesuai dengan kehendaknya. Walaupun menerima beasiswa, tetapi masih banyak biaya lain yang harus dibayar. Jika Crystal tidak menggunakan uang kuliah bagiannya, maka dirinya masih memiliki kesempatan untuk kuliah. Namun, keputusan telah dibuat dan tidak ada jalan kembali.
"Maaf, Bu! Namun, aku akan cuti 1 tahun sebelum.kuliah!" ujar Bella pelan. Dirinya akan bekerja dari pagi sampai malam untuk mengumpulkan uang.
"Tapi... beasiswa ini akan hangus jika tidak digunakan tahun ini!" ujar wali kelas penuh kekhawatiran.
Bella hanya menunduk. Dirinya tahu akan hal tersebut, untuk itu tahun depan dirinya akan mencari universitas lain yang biayanya sesuai dengan penghasilannya.
Sang Wali Kelas menghela napas berat dan berkata, "Ibu mengira tidak akan ada masalah di biaya kuliah! Bukankah kakakmu Crystal kuliah di universitas ini dan mengambil jurusan seni? Bahkan Ibu dengar, Crystal juga mengambil kelas modeling! Apakah ini adil untukmu?"
"Bukan masalah besar, Bu! Aku hanya akan tertinggal 1 tahun saja!" ujar Bella mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Baiklah! Jika itu keputusanmu, maka tidak ada lagi yang dapat Ibu perbuat! Pulanglah!" ujar wali kelas.
Setelah mengucapkan terima kasih, Bella meninggalkan ruangan guru. Dengan perasaan sedih dan langkah berat, Bella berjalan menuju gerbang sekolah.
"BELLA!" panggil Nicholas Hall yang menunggu dirinya di depan gerbang.
Melihat kekasihnya itu, baru dapat membuat dirinya tersenyum.
"Nicholas!" sapa Bella saat berada tepat di samping kekasihnya itu.
"Bagaimana? Sudah memutuskan jurusan mana yang akan kamu ambil? Bukankah ini sangat menyenangkan kita akan kuliah di universitas yang sama!" ujar Nicholas bahagia.
"Bagaimana denganmu?" tanya Bella yang menjawab pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan."Tentu aku akan mengambil jurusan hukum! Aku ingin menjadi pengacara ternama!" ujar Nicholas sambil tersenyum lebar.Lalu, mereka berdua berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana sembari menunggu."Bagaimana denganmu?" tanya Nicholas kembali.Bella menghela napas dan menatap kekasihnya itu, seraya berkata, "Aku akan kuliah tahun depan.""Mengapa seperti itu? Pasti itu karena kakakmu, Crystal. Aku akan menegurnya!" ujar Nicholas kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya."Hei .... Hentikan!" ujar Bella dan menahan Nicholas yang sudah hendak menghubungi nomor ponsel kakaknya itu.Ponsel adalah barang mewah bagi keluarga Swan. Yang memiliki ponsel hanya Crystal dan Bella sendiri tidak yakin bagaimana kakaknya itu mampu membeli ponsel. Jadi, Bella menyimpan nomor ponsel kakaknya di ponsel milik Nicholas. Walaupun, tidak pernah sekalipun Bella menghu
Crystal berusaha keras untuk berdiri, tetapi karena mabuk, kakinya tidak mampu berdiri tegak.Bella kembali menghampiri kakaknya itu dan menangkap tubuh Crystal yang kembali limbung. Merasakan sentuhan tangan Bella di lengannya, membuat Crystal murka dan kembali mendorong tubuh adiknya itu dengan kuat.Brukkk!!!Bella terduduk di atas lantai, cukup keras. Hal itu membuat Bella meringis kesakitan dan menatap Crystal dengan rasa tidak percaya."APA?""Kamu tidak senang dengan perlakuanku? Semua yang terjadi padamu bukan salahku! Semua itu terjadi karena kamu terlalu baik dan menjadi bodoh!""BODOH!!!"Crystal bersandar di dinding rumah yang sudah lapuk dan menatapnya dengan penuh kebencian, kemudian lanjut berkata, "Aku hanya ingin menjadi kaya dan terlepas dari kedua orang tua bodoh itu!""Dan dirimu tentunya! Adik kecil yang selalu bertingkah layaknya seorang malaikat! Kau tahu, karena aku kakakmu, maka aku akan memberimu nasehat!"
Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit."ISABELLA SWAN!!!"Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah."A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin.Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli."Kau ...! Kau anak durhaka!"Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah."Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang
Nnn"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David."B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah."Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David d
"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia."Tapi-"Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!""Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan."Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilang
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.