Share

Hidup yang baru

Bab 2 Hidup yang Baru

Gadis kecil itu sedang terduduk sendirian di bangku taman. Ia memperhatikan orang-orang sedang bermain bersama dan tertawa bersama. Mereka terlihat bahagia sekali, dan itu yang menyadarkan Aileen, betapapun hidupnya kini hancur namun dunia tetap berjalan semestinya.

Merenung, melamun, menangis lagi dan lagi itulah yang dilakukan Aileen terus menerus.

Sehari setelah kedatangannya di panti, sekarang Aileen sudah mempunyai kamar yang  berisi beberapa orang. Setidaknya ini tak seburuk daripada tinggal bersama tantenya yang terus mengacuhkan Aileen.Gadis kecil itu kini mempunyai beberapa teman, ada yang sebaya dengannya, ada yang lebih tua, bahkan ada dua orang bayi yang tinggal di sini.

"Anak-anak mari berkumpul makan siang sudah siap" ucap Bu Lusi berteriak di depan pintu rumah

"Yeayyy" sorak anak-anak itu ceria.

Aileen tak menghiraukan ucapan Bu Lusi, ia masih duduk melamun di bangku taman, walaupun teman-teman barunya sudah mengajak ia ke dalam Aileen tetap tak mau makan. Kemudian Bu Lusi menghampiri Aileen

"Nak, ayo kita makan bersama teman-teman yang lain, sedari kemarin kau tidak makan dan hanya memakan biskuit saja. Ayo kita makan!" ucap Bu Lusi

"Bu, aku tak kuasa makan. Bagaimana aku bisa makan sementara Ayah dan Abang kedinginan di dalam tanah dan Ibu masih tertidur pulas. Aku ingin makan bersama mereka" rengek Aileen

"Aileen, Ayah dan Abang mu kini sudah tenang dan bahagia di surga, mungkin kini mereka sedang tertawa curang karena berhasil main leggo tanpa dirimu seperti yang kau ceritakan pada ibu semalam,dan ibumu masih mengumpulkan tenaga untuk terbangun dan bersiap mengomeli anaknya yang tidak mau makan ini"Ucap Bu Lusi tersenyum hangat.

Aileen pun berdiri dari duduknya dan meraih tangan Bu lusi.

"Baiklah Bu, ayo kita makan"Seru Aileen.

Setelah semua penghuni panti makan kemudian mereka melakukan kegiatan masing-masing. Ada yang belajar karate, melukis, memahat, dan ada juga yang masih bermalas-malasan. Tak terkecuali Aileen yang kini terduduk kembali dibangku taman sembari merangkai leggo miliknya yang selalu ia bawa di dalam tas kecilnya.

Ketika Gadis kecil itu sedang terduduk di bangku taman dan menyusun leggo, tiba-tiba ia dihampiri oleh sosok anak laki-laki yang sudah remaja dengan tangan dan baju yang dipenuhi lumpur tanah liat. Anak remaja itu kini duduk di samping Aileen dan mengatakan sesuatu terhadapnya.

"Hai,siapa namamu?" ucap remaja itu dengan senyum puppy eyes khasnya dan lesung pipi yang menghiasi wajahnya.

"Namaku Aileen Dwiputri" ucap gadis cilik itu lirih

"Wah nama yang bagus,perkenalkan nama kakak Malvin Saputra" ucapnya sembari menjabat tangan Aileen

"Astaga maafkan kakak yah Aileen tanganmu menjadi kotor penuh tanah" ucap Malvin merasa bersalah

"Tidak apa-apa Kak" ucap Aileen

"Kemarikan tanganmu Aileen" ucapnya

Aileen pun menyodorkan tangannya yang dipenuhi lumpur tanah itu. Lalu dengan sigap Malvin meraih tangan Aileen dan membersihkan tangannya menggunakan baju yang ia pakai.

"Bagaimana? Sudah bersih kan?" ucap Malvin

Aileen terkekeh melihat kelakuan Malvin yang bersusah payah membersihkan tangannya yang kotor.

"Kak padahal didepan ada keran air jadi Kakak tak perlu mengotori bajumu sendiri." ucap Aileen terkekeh

"Yah,Kakak lupa" ucapnya sembari menepuk jidat 

"Kak astaga jidatmu jadi ikut kotor juga kan" ucap Aileen

"Aileen aku sudah terlanjur kotor jadi tak mengapa. Oh ya,kau suka main leggo yah?"

"Iya kak,ini dibelikan oleh ayahku,leggo ini merupakan edisi terbaru" ucap Aileen bersemangat.

"Oh yah kak,apa kau tinggal di panti juga?" tanya Aileen

"Hm, Kakak sudah sedari bayi tinggal di sini kata ibu panti kakak ditemukan di sebuah mesjid tak jauh dari panti ini" jawab Malvin

"Oh begitu, lantas namamu itu dibuat oleh ibu panti?"tanya Aileen

"Kata ibu panti aku ditinggalkan dengan secarik kertas yang bertuliskan sebuah nama yaitu 'Malvin Saputra'. Jadi itulah asal-usul nama Kakak."

"Nama yang bagus Kak" ucap Aileen

"Aileen aku sudah tahu apa yang menimpa keluarga mu. Ibu panti bercerita kepadaku. Turut berduka cita yah Aileen" ucapnya

"Terima Kasih Kak" jawab Aileen

Pertemuan Aileen Dwiputri yang berusia 6 tahun dan Malvin Saputra yang berusia 12 tahun di sebuah taman panti membuat kehidupan Aileen yang penuh lara diselimuti keceriaan lagi.

Sosok itu yang membuat Aileen dapat menjadi dirinya sendiri dan tertawa lepas tanpa beban. Senyum puppy eyes dan tawa renyah Malvin Saputra membuat hidup Aileen lebih berwarna.

Gadis kecil yang lucu dengan mata yang bulat sempurna, pipi yang chubby dan sebuah poni yang menghiasi wajahnya telah membuat perasaan Malvin menghangat. Ia terus memikirkan gadis kecil itu. Sudah lama ia menginginkan seorang adik bak boneka berjalan, seperti Aileen Dwiputri.

"Oh yah, apakah besok kau mau membuat tembikar dari tanah liat bersamaku Aileen?" tanya Malvin

"Apakah itu seru kak?" tanya Aileen 

"Tentu saja,besok kita kembali kesini setelah kakak pulang sekolah yah. Oh ya,lalu kapan kau memulai sekolahmu? Apakah ibu panti sudah mendaftarkan mu?" tanya Malvin

"Aku tidak tahu kak. Mungkin secepatnya aku akan bersekolah."Jawab Aileen

"Oh begitu, baiklah kakak harus pergi dulu yah untuk menjemur tembikarnya. Besok Kakak menunggumu di sini Aileen."Ucap Malvin

"Baik kak" jawab Aileen 

Punggung itu kian menjauh meninggalkan Aileen yang terus tersenyum lebar dengan gigi ompongnya.

**

Esok pun tiba.

Seperti biasanya, ketika pagi hari semua sarapan bersama. Aileen kini tengah duduk sambil memakan sarapannya. Lagi, Malvin menghampiri Aileen dan duduk di sampingnya.

"Pagi Boneka berjalan" ucap Malvin menyapa dengan senyum terbaiknya.

"Kakak memanggilku apa? Boneka berjalan? namaku Aileen tahu" ucap Aileen mendengus cemberut

"Lucu sekali dia" ucap Malvin dalam hati memperhatikan Aileen lamat-lamat.

"Kau tidak boleh pilih-pilih makanan Aileen. Kau harus memakan juga sayurannya!" ucap Malvin

"Tapi aku tidak suka sayuran Kak,rasanya tidak enak" jawab Aileen

"Jika kau tidak memakan sayuran kau tidak akan menjadi besar dan akan terus menjadi boneka berjalan seperti ini" ucap Malvin mengelus kepala Aileen

"Kakak sama saja dengan Ayah dan  Abangku. Kupikir semua lelaki di dunia ini sangat jahil rupanya." ucap Aileen 

"Tapi Kakak lebih baik dari Ayah dan Abangmu kan?" tanya Malvin

"Terserah apa mau Kakak" jawab ketus Aileen

Tanpa disadari ada yang memperhatikan tingkah mereka berdua dan beliau teramat senang melihatnya.

"Syukurlah, berkat Malvin Aileen kini tidak menyendiri lagi" ucap Bu Lusi dalam hati.

Seperti yang dijanjikan Malvin kemarin siang, Aileen sudah menunggu bocah itu dari pulang sekolahnya.

"Maaf Aileen, Kakak sedikit terlambat karena ketinggalan bis pulang." ucap Malvin sembari terengah.

"Tak apa kak,apakah kita jadi membuat tembikarnya?" tanya Aileen

"Tentu jadi dong, lihatlah kakak sudah membawa sekeresek tanah liat ini,sungguh sangat amat berat." jawab Malvin semangat.

Mereka pun kini berjalan menuju basecamp Malvin yang terletak di belakang panti. Dengan tubuh yang kurus,Malvin bersusah payah membawa tanah liat itu dan boneka berjalan pun ikut mengekor dibelakang Malvin.

"Yeay,kita sampai" ucap Malvin gembira

"Wah,jadi ini adalah tempat kakak membuat tembikar?" tanya Aileen

"Tentu saja, tempat ini diberi bu panti kepadaku, Ibu panti sangat baik dan selalu mendukung kesukaanku"

"Wah Kakak keren sekali" ucap Aileen dengan dua jempol ditujukan kepada Malvin

"Ayo kita masuk" ucap Malvin

"Nah kau harus memakai jas hujan ini Aileen supaya baju mu tidak kotor" ucap Malvin sembari memberikan atasan jas hujan untuk Aileen.

Dengan jas hujan yang besar, tubuh kecil itu tenggelam dibuatnya.

"Hahaha kau lucu sekali Aileen" tertawa Malvin

"Berhenti meledekku Kak" ucap Aileen

Mereka pun larut dalam kegiatan membuat tembikar. Aileen sangat senang dibuatnya, karena ketika masih kecil ia sering dimarahi oleh ibu saat bermain lumpur dan tanah, tapi di sini ia bebas memainkannya.

"Kak tolong buatkan aku boneka dari tanah liat ini yah. Nanti akan ku beri kau permen kapas kesukaanku" ucap Aileen memohon

Malvin tersenyum dibuatnya

"Baiklah boneka berjalan" jawab Malvin

Hari ke hari Aileen lalui di panti Asuhan Muara Kasih,walaupun dengan adanya sosok Malvin yang membuat ia senang tetap saja Aileen mengkhwatirkan ibunya di Rumah Sakit.

Seolah-olah Tuhan membuat jawaban atas kegusaran Aileen mengenai ibunya,tepat pada saat itu bu Lusi membawa kabar gembira pada Aileen.

"Nak,ibumu sudah sadar dari komanya, ayo kita bergegas ke rumah sakit" ucap Bu Lusi antusias.

Aileen pun sangat bahagia dibuatnya.

"Baik bu ayo kita ke Rumah Sakit" jawabnya

Kemudian mereka sudah sampai di Rumah Sakit itu dan bergegas menuju ruang rawat Ibu Aileen. Ketika Aileen membuka pintu ia melihat ibunya berteriak histeris dan menjerit heboh.

"Ibu ini Aileen,Ibu kenapa?" ucap Aileen menangis

"Tolong tinggalkan ruangan ini" Ucap Dokter

Bu Lusi dan Aileen pun terpaksa keluar dari ruangan itu.

"Tenanglah Aileen ibumu sedang di obati oleh dokter" Ucap Bu Lusi berusaha menenangkan

"Tapi ibuku kenapa sangat aneh ia berteriak histeris, apakah ibuku kesakitan?" Ucapnya

"Tunggu dokter yang menjelaskan yah Nak" ucap Bu Lusi

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di Rumah Sakit akhirnya Bu Lusi dan Aileen di panggil ke dalam ruangan dokter yang menangani ibunya.

"Saya ingin menyampaikan berita buruk, mengenai pasien yang bernama bu Ratna berusia 39 tahun. Kini keadaan fisiknya sudah mulai membaik dan stabil, namun tampaknya bu Ratna mengalami gejala depresi, terlihat dari perilakunya barusan, ia mengalami syok berat dan tidak sanggup menghadapi realita yang ada." ucap Bu dokter kepeda mereka berdua

Aileen yang masih kecil tidak begitu memahami apa yang dikatakan dokter itu mengenai ibunya. Satu yang pasti ia merasa lega kini ibunya sudah sadar dan tidak tertidur pulas lagi.

"Lantas tindakan apa yang akan dilakukan pada bu Ratna?" tanya Bu Lusi

"Jika kondisi mentalnya tidak stabil, dengan sangat terpaksa kami akan merujuk Bu Ratna untuk dirawat di rumah sakit jiwa untuk menyembuhkan mentalnya" jawab bu dokter

"Baiklah kalau begitu bu, terima kasih banyak atas waktunya" ucap Bu Lusi.

"Sama-sama Bu, kita semua berharap untuk kesembuhan Bu Ratna" jawab Bu Dokter.

Setelah Bu Lusi menjelaskan keadaan Ibunya pada Aileen dengan amat sangat hati-hati, kini Aileen mulai memahami apa yang terjadi pada ibunya.

Setelah pulanh dari rumah sakit, gadis kecil itu menatap dinding kamar sembari rebahan di atas kasur.

"Ibu cepatlah sembuh, setelah besar nanti aku akan menjemput ibu dan kita akan tinggal bersama lagi kelak" ucapnya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status