Share

Ruang dan Waktu

Berbulan-bulan sudah Malvin hidup di London. Hidupnya kini berubah drastis. Orang tua angkat yang baik, fasilitas yang mempuni, kualitas pendidikan yang bagus, kini menjadi bagian hidup seorang Malvin Saputra.

Namun Malvin merasa ia tak bahagia juga tak merasa sedih. Semua berjalan begitu adanya mengalir seperti air. Walaupun hidupnya kini berubah, semua tampak kosong menurut Malvin. 

Hanya satu keyakinan dan keteguhan yang selalu Malvin tanamkan dalam dirinya yaitu ia akan sukses suatu saat nanti.

Sejujurnya sudah lama Malvin tidak menghubungi Bu Lusi dan anak-anak panti tak terkecuali Aileen. Malvin mempunya alasan, bahwa ia tak mau setengah hati untuk tinggal di sini.  Ia ingin terlepas dari belenggu rasa bersalahnya karena meninggalkan panti terlebih lagi Aileen.

Walaupun begitu Malvin selalu mencemaskan hidup Aileen di sana. Gadis itu teramat rapuh, susah payah ia membuang pikiran bahwa Aileen tidak baik-baik saja.

Setelah berbulan-bulan Malvin memantapkan kemampuannya dalam bahasa inggis, dan pada akhirnya besok ia menjalani perkuliahan hari pertama.

**

Pagi pun datang. Musim dingin di sini sangat menyiksanya. Beruntung ia diberi sarung tangan oleh Aileen waktu itu. Sarung tangan ini akan menemani hari-harinya sebagai mahasiswa arsitektur di University of the Arts London. Terdengar prestise sekali bukan.

Setelah Malvin berpamitan kepada orang tua angkatnya, ia pun bergegas pergi ke halte untuk menuju kampusnya. 

Sepanjang jalan, pemandangan dihiasi oleh butiran salju yang kian memenuhi pepohonan yang hijau serta udara yang semakin menusuk kulit pemuda itu, membuat pipi dan hidungnya merah total.

Kini Malvin terduduk di salah satu bangku bus sembari mengusap-usap tangannya yang kedinginan walaupun dibalut oleh sarung tangan pemberian Aileen ia tetap saja kedinginan.

Di sebelah bangkunya terdapat seorang perempuan berambut panjang dan memiliki kulit sawo matang khas orang asia. Lalu untuk beberapa saat ia melihat Malvin sekilas dan tersenyum tipis. Hingga tiba-tiba ia memberi Malvin sebuah hot pack agar Malvin tidak kedinginan.

" Use this hot pack. If you're cold." ucap gadis itu ramah

" For me? " tanya Malvin meyakinkan

" Yap!" jawabnya

" Thank you so much" ucap Malvin.

" It's okay. By the way are you asian ?" tanya gadis itu

" Ya. i'm from Indonesian" jawab Malvin

" Oh really? I'm From Indonesian too" jawab gadis itu

" Lantas bisakah kita berbicara indonesia saja? tanya Malvin becanda

" Tentu. Perkenalkan nama saya Vanty Salim." ucap Vanty memperkenalkan diri

" Saya Malvin Saputra" jawab Malvin sembari menyambut jabatan tangan Vanty

" Apakah kamu sudah lama tinggal di sini? " tanya Vanty

" Saya baru enam bulan tinggal di London dan ini hari pertama saya masuk kuliah" jawab Malvin

"Saya tebak umurmu pasti dibawah 20 tahun?" tanya nya

" Tepatnya usia saya 19 tahun" jawab Malvin

" Saya selisih 3 tahun lebih tua darimu Malvin. Tapi panggil saya Vanty saja yah, saya tak mau terlihat tua" ucapnya becanda

"Baiklah Vanty." ucap Malvin

Mereka pun berbincang-bincang ringan karena teramat senang dapat bertemu sesama orang Indonesia. Hingga tak terasa bus pun berhenti di salah satu Halte. Perempuan ramah itu pun beranjak berdiri dan pamit pada Malvin.

" Saya turun duluan yah. I hope we can meet again Malvin. Bye" ucap Vanty

" Have a good day Vanty. Bye" jawab Malvin

Gadis itu tersenyum hangat dan bergegas turun dari bus, mata Malvin tak henti melihat ke arah belakang hingga sosok Vanty hilang semakin jauh dari pandangannya. 

" Wanita itu sangat baik tampaknya" ucap Malvin dalam hati

**

Sementara itu dibelahan dunia lain tepatnya di Indonesia, Aileen menjalani hidup sama seperti Malvin. Mereka mencemaskan satu sama lain, namun harus terus berjalan untuk masa depannya masing-masing. 

Aileen ingin memantaskan diri sebelum Malvin datang kembali. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas ' kaka adik' setidaknya ia ingin menjadi seorang adik yang dibanggakan 'kakak'nya.

Dua minggu yang lalu berbekal alamat yang diberi oleh Bu Lusi, gadis itu mengumpulkan keberanian mengirim surat kepada Malvin. Hal itu Aileen lakukan karena ingin tahu apakah Malvin hidup dengan baik di sana. Namun surat itu entah masih berlabuh di mana, Aileen pun tak tahu.

Masa sekolahnya cukup menyenangkan. Ia mempunyai banyak teman yang baik, guru yang sangat mendidik dan Bu Lusi yang selalu ada di sisi nya membuat masa remaja Aileen penuh warna.

Aileen banyak meraih prestasi, ia juara umum kedua di sekolahnya. Banyak remaja laki-laki yang menyukai Aileen. Tak heran, karena ia tumbuh menjadi sosok gadis cantik nan berprestasi.

Namun semua lelaki hingga kini terpental dan terkalahkan oleh seseorang yang selalu ada dalam hatinya yaitu Malvin Saputra. 

Karena usianya baru menginjak 14 tahun ia tidak bisa membedakan mana perasaan mengagumi atau menyukai seseorang. Namun satu yang pasti, perasaannya kepada Malvin tidak sesederhana itu.

**

Salju yang terus menutupi pepohonan dan jalan membuat hari libur lelaki itu hanya berdiam di rumah saja. Malvin terus melihat pemandangan turun salju itu dan sesekali menyesap kopi miliknya, hingga tiba-tiba Bu Diva mengetuk pintu kamar Malvin.

" Malvin... apakah kamu di dalam" ucap Bu Diva

" Masuklah Bu tidak dikunci kok" jawabnya

Bu Diva pun masuk dengan membawa sebuah amplop surat berwarna coklat.

" Sepertinya ini surat untukmu mungkin dari Bu Lusi. Tadi pagi pengantar surat baru menyerahkan surat ini." ucap Bu Diva

" Terima Kasih Bu, akan Malvin baca sekarang" jawabnya

" Kalau sudah membaca suratnya pergi ke bawah yah, kita menonton pertandingan baseball bersama dengan Bapak" ucap Bu Diva

" Iya Bu" jawab Malvin

Tidak membutuhkan waktu lama memang bagi Malvin dan orang tua angkatnya untuk menjadi dekat. Kedua orang itu sangat baik, ia beruntung memiliki Bu Diva dan Pak Edward sebagai orang tuanya kini.

Setelah Bu Diva berlalu dari kamarnya, Malvin bergegas membuka surat itu dan membacanya.

------------

Hai Kak

Bagaimana kabarmu? Di sana pasti sedang musim dingin, akan sangat menyenangkan memainkan bola-bola salju itu. Aku sangat iri kak.

Oh ya, jangan mengkhawatirkan ku, bu Lusi dan anak-anak panti. Kami hidup dengan baik di sini. Walaupun waktu terasa melambat dua kali lipat tanpa kehadiran Kakak bersama ku, aku akan menunggu kakak kembali ke Indonesia dengan hati yang nyaman. Ku harap semua hal baik datang kepada Kak Malvin. Berbahagialah selalu Kak.

Ingat! cepat kembali sebelum sepatu yang diberikan kakak kepada ku rusak.

Lots of Love

 

     Aileen

P.S. Berikan aku prangko yang cantik.

Setelah membaca surat dari Aileen, tak terasa air mata Malvin mulai bercucuran. Ia sangat merindukan 'adik' nya yang lucu itu dan semua orang di panti.

Ia akan membalas surat dari Aileen, tapi tidak untuk sekarang.

**

Seperti biasa hari pun telah berganti. Masih dengan musim dingin yang sama, pria itu menjalankan aktivitasnya untuk berkuliah.

Berjalan menyusuri gedung-gedung fakultas yang mewah. Terlihat banyak mahasiswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Dan hari ini adalah hari yang special, karena ada perkumpulan himpunan mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Malvin sangat senang dibuatnya. Ia pun bergegas pergi ke pertemuan itu, yang bertempat di sebuah restoran Indonesia dekat kampus.

Ia membuka pintu restoran tersebut dan beberapa orang mulai melirik Malvin dengan penasaran, ia kikuk dibuatnya.

" Kau yang berdiri di sana cepat kemari" teriak salah satu orang di sana

"Sepertinya memang benar mereka adalah perkumpulan mahasiswa dari Indonesia " ucap Malvin dalam hati

" Duduklah. Kau mahasiswa baru yah?" ucap pria berkacamata 

" Iya saya baru satu semester di jurusan arsitektur" jawab Malvin

Lalu ketegangan dalam diri Malvin pun mulai mencair. Ia kini berbaur dengan mahasiswa yang lain dan berbincang-bincang mengenai topik yang seru, hingga tiba-tiba pintu restoran kembali terbuka dan terlihat sosok yang tak asing bagi Malvin. Ya, dia adalah perempuan yang bertemu dengannya di bus waktu itu.

" Ka Vanty di sini" teriak seorang gadis memanggil Vanty

" Hai, selamat siang semua. Maaf aku terlambat" ucap Vanty

Vanty melirik Malvin dan seperkian detik ia menyadari bahwa Malvin adalah pria yang ia temui di bus waktu itu.

" Kau Malvin bukan yang bertemu denganku di bus waktu itu?" tanya Vanty

" Iya, itu aku Vanty" jawabnya

" Kamu menyapa Kak Vanty hanya dengan nama saja? Dia mahasiswa jurusan musik tingkat akhir tahu" ucap pria bernama Dimas 

" It's okay, Malvin adalah pengecualian untukku. Aku tidak mau terlihat tua tahu" tegas Vanty

" Wow, ada apa ini, terasa special sekali" ucap Dimas menggoda

Setelah pertemuan itu selesai dan satu per satu orang pergi, Malvin dengan berani mengatakan sesuatu kepada Vanty

" Vanty, bolehkah aku membalas kebaikan mu sebagai bentuk terima kasih" ucap Malvin tiba-tiba

" Apa itu? tanya Malvin

" Apapun yang kamu mau" jawabnya

Vanty dibuat tersenyum oleh Malvin. Begitu pun Malvin, kini jantungnya berdegup sangat kencang. 

Sesuai dengan permintaan Vanty, ia mengajak Malvin pergi ke taman dan membeli sebuah bubble tea kesukaannya.

" Aku kira, aku akan di peras. Ternyata hanya membeli minuman saja, kau ini seperti anak kecil saja"  ucap Malvin

" Aku adalah gadis kecil yang terjebak di usia 22 tahun" jawa Vanty

Mereka pun tertawa. Seperti ada yang berdesir dalam hati Malvin ketika ia melihat Vanty tertawa. Entah kagum atau menyukainya Malvin pun masih bingung dibuatnya.

Tiba-tiba Vanty memberinya sebuah tiket pertunjukkan musik cello. Ya Vanty salim adalah seorang pemain cello yang hebat, ia sering tampil di panggung besar sejak ia masih remaja.

" Tiket masuk undangan dariku. Jika kamu mau datang aku akan sangat senang Malvin" ucap Vanty

" Kau seorang pemain cello?" tanya Malvin sembari melihat tiketnya

" Ya, aku adalah seorang pemain cello yang hebat tahu" ucapnya menyombongkan diri

" Aku akan datang." ucap Malvin menatap mata Vanty intens.

**

Seperti janji Malvin pada Vanty, ia kini sudah duduk manis di acara pertunjukkan musik itu. Pria itu tidak sabar melihat pertunjukkan Vanty dengan berbekal kamera yang ia bawa, Malvin akan memotret penuh gadis itu.

Nama Vanty dan beberapa pemain cello pun akhirnya dipanggil ke atas panggung. Malvin melihat gadis itu dengan balutan dress cantik berwarna biru laut dan ornamen cantik yang menghiasi rambut Vanty membuat Malvin sangat terpana. Ia bisa jamin bahwa Vanty adalah pemain cello tercantik menurutnya.

Hanyut Malvin dalam permaninan cello yang dimainkan Vanty dan rekannya. Melodi itu sangat indah, tangan cantik Vanty dengan lihainya memainkan cello itu.

Lagi, jantung Malvin berdegup kencang. Ia mulai menyadari bahwa, ia menyukai seorang Vanty Salim gadis berbakat yang sangat ceria dan tidak mau terlihat tua itu, semakin membuat seorang Malvin hilang kendali atas perasaannya sendiri. Tampaknya Vanty telah membuat perasaan Malvin kewalahan. 

**

Hari ke hari Malvin semakin dekat dengan Vanty. Intensitas pertemuan mereka pun semakin sering. Malvin merasa nyaman dan bahagia menghabiskan waktu bersama perempuan itu.

Hari-harinya di London di penuhi oleh seorang Vanty Salim. Hingga Malvin lupa bahwa ia belum membalas surat dari Aileen 'adik' nya. 

Segera ia menulis dan mengirimkan surat itu jauh untuk Aileen di Indonesia sana, lengkap dengan prangko cantik sesuai keinginan gadis itu. 

"Semoga surat ini sampai dengan selamat, agar boneka berjalanku senang dibuatnya" ucap Malvin tersenyum dalam hati.

Kini hatinya telah diisi oleh dua orang spesial dalam hidupnya. Sosok ' adik' yang sangat ia sayangi melebihi apapun di dunia ini dan sosok perempuan bernama Vanty yang telah menyita semua perhatian dalam hidup seorang Malvin  Saputra.

To be Continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status