Ocha terpaksa menerima permintaan menikah dengan Aksa--atasannya yang sudah beristri demi memberi pria itu keturunan karena sang istri tak bisa hamil. Namun, sebelum pernikahan, Ocha membuat surat perjanjian yang harus dipenuhi oleh Aksa selama 365 hari. Lantas, apakah Aksa menerima perjanjian tersebut ataukah justru mereka akan terjebak dalam hubungan yang selamanya?
Lihat lebih banyakLala hanya mengangkat bahu sebagai reaksi, lantas berkata. “Bisa jadi, tapi gue juga gak mau mengklaim kebenarannya. Tapi, gini, deh ... gue tanya, emang lu sakit hati kalau liat Aksa bareng istri pertamanya?”Ocha menggelengkan kepalanya pelan. “Cuma agak cemburu dikit aja,” katanya jujur. “Mungkin karena gue belum cinta kali sama dia, jadi liatnya gak sakit hati banget.”“Nah, sama dengan Dewi. Mungkin dia cemburu, juga sakit hati ketika Aksa lagi bareng lu,” ujar Lala mengeluarkan pendapatnya, “hati siapa coba yang baik-baik aja ketika melihat pasangannya lagi bareng wanita lain?”“Ya walaupun kalian itu sama-sama istrinya, tapi mustahil kalau gak saling cemburu satu sama lain. Namanya juga wanita, gak bisa lepas dari sifat cemburunya.”Ocha mengangguk-angguk. “Begitu? Kok, lu gak jadi dokter aja sih, La?”“Disuruh ngapalin sistem periodik aja gue nyerah. Gimana mau jadi dokter?”Ocha tertawa kecil. “Dokter cinta maksud gue. L
Apartemen Lala.Ocha tengah mengaduk-aduk masakan sesekali mencium baunya yang menyeruak harum begitu Lala masuk dan langsung menghempaskan badan di sofa ruang tamu. Beberapa saat kemudian. “Gak balik lu?” tanya Lala yang kini sudah bersandar pada dinding dapur sambil mengamati aktivitas Ocha.Ocha berbalik. Matanya memicing sambil melipat tangan di depan dada.“Gak boleh gue di sini, hm?” tanyanya sedikit menantang.Lala tertawa pelan, beralih menjawil pipi Ocha, kemudian membuka kulkas.Mengambil air dingin dan menuang pada gelas, lalu meminumnya. “Minum itu harus duduk Lala Po. Jangan dibiasakan berdiri, gak baik,” tegur Ocha melihat Lala melepas dahaga sambil bersandar di kulkas.“Eh, iya. Suka lupa.” Lala menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Pikiran gue isinya si dia mulu, jadi lupa segalanya.”“Bucin level akut!” cibir Lala. “Jadi, gimana? Gue gak boleh di sini?”“Mau lu di sini
Aksa berjalan mendekati wanita yang saat ini terlihat panik, apalagi dang suami menatapnya dengan sangat tajam. ‘Astaga, jangan sampai Aksa mendengarku berbicara dengan Denis,’ ujar Dewi dalam hati, merasa takut. “Dengan siapa kamu berbicara barusan?” tanya Aksa sedikit ketus. Dewi menjawab dengan gelengan. Berusaha santai, tapi tak bisa menyembunyikan kegugupannya. “Bu—kan siapa-siapa, Mas. Aku hanya ... berbicara dengan teman.” Aksa memicing penuh kecurigaan. Dia beralih melirik ponsel Dewi yang tergeletak di lantai dengan posisi layar menghadap ke atas. Sayangnya, saat Aksa mencoba membaca nama kontaknya, ponsel itu keburu mati. “Teman? Teman macam apa yang membuatmu sangat gugup sampai menjatuhkan hape?” Aksa sedikit mencondongkan badan ke arah Dewi, “Kau berbohong?” Dewi kembali menggelengkan kepalanya, beralih memungut ponsel. Tak lupa mengulas senyum tipis untuk terli
Setelah beberapa saat menunggu, lift akhirnya terbuka. Aksa hendak terburu-buru pergi, tetapi tiba-tiba langkahnya tertahan oleh kedatangan sekretaris barunya.“Permisi Pak Aksa, saya mau mengingatkan kalau 30 menit lagi ada meeting penting dengan Divisi Fungsional,” ujar wanita dengan rok yang panjangnya hanya di atas lutut itu. “Re-schedule. Saya ada urusan!” tegas Aksa sambil berlalu begitu saja.Lift pun mulai bergerak turun. Sementara itu, Ocha kini berlari ke halaman kantor. Tak peduli banyak pasang mata memandangnya penuh tanya. Tadinya, tiba di lantai dasar dia hanya berjalan santai, tetapi pendengarannya tak sengaja menangkap suara-suara sumbang membicarakan perihal pemecatan dirinya yang ternyata sudah rame di area kantor. Penyebabnya karena ia terduga mencoba menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aksa dan istrinya. Satu hari tak bekerja, ketika masuk kembali ternyata sudah ada berita miring tentang diri
Kini, Ocha bergeming sambil memutar otak mencari-cari jawaban dari perkataan suaminya yang seolah-olah menuduhnya tak meminta izin saat cuti kemarin.Padahal, jelas-jelas pesan beruntun dikirimkan Ocha secara sadar. Centang dua berwarna biru, artinya si penerima membaca. Tapi, memang tak ada direspons. “Tapi, aku minta izin, Mas! Kamu kan tau sendiri, aku dari dulu gak pernah berani cuti tanpa izin.” Ocha berusaha membela diri. Aksa tahu betul, Ocha memang tipe sekretaris yang disiplin. Itulah mengapa, walaupun gadis itu masuk bekerja di perusahaan karena sang Mami, tapi Aksa tetap menyukai kinerjanya. “Di mana? Security?” tanya Aksa ketus. Pada situasi ini, Ocha semakin tak mengerti dengan respons Aksa. Bagaimana mungkin seperti itu?Apa dia tak membuka ponsel? Lalu, kenapa terbaca?Ocha berusaha menjelaskan. “Aku mengirimkan ke whatsApp. Kamu baca loh, Mas, tapi kamu gak respons.”Kini,
Ocha terhenyak diam, berusaha mencerna apa yang baru saja didengar dari mulut wanita yang mengakui sebagai sekretaris baru suaminya itu. Maksudnya apa? Mengapa tiba-tiba ada sekretaris baru? Ocha berpikir keras, tapi tak jua ia memahami keadaan ini.“Maksudnya?” tanya Ocha dengan nada suara sedikit bergetar. Dia menatap wanita di hadapannya, lalu beralih menatap Lily seolah meminta penjelasan. Sebagai rekan kerja, Lily memahami keterkejutan Ocha yang tiba-tiba diganti tanpa penjelasan.Gadis berkemeja putih itu beranjak dari kursinya, lantas menarik lengan Ocha dan membawanya ke tempat yang sepi. “Ly, itu kenapa tiba-tiba ada sekretaris baru?” tanya Ocha tak sabaran.Lily menarik napas panjang. Menatap dalam wanita yang lebih tua setahun darinya itu. “Kemarin Kakak emang ke mana?” tanyanya. “Ke rumah sakit,” jawab Ocha singkat. “Izin gak ke Pak Aksa?” Lily bertanya lagi. Ocha t
Ocha melongo kaget melihat Dewi yang kini sudah terduduk memegangi perut kesakitan.Ia refleks berjongkok, hendak menolong kakak madunya itu. “Ya ampun! Mbak, gak apa-apa?”Melihat kejadian itu dari kejauhan, Aksa segera berlari mendekat dengan wajah khawatir, “Apa yang terjadi?”Sementara itu, Bianca yang baru saja keluar dari kamar juga setengah berlari menghampiri kegaduhan di rumahnya tersebut. Dewi berusaha duduk sambil memegangi perut, menahan tangis palsunya, “Mas Aksa, tolong ... perutku sakit sekali," ringisnya sambil melirik Ocha. “Ocha sepertinya sengaja menabrakku!"Ocha menggeleng pelan. Wajahnya tampak kebingungan dan juga panik. “Aku gak sengaja, Mas. Mbak Dewi tiba-tiba berjalan sangat cepat ke arahku dan aku gak sempat menghindar,” katanya berusaha membela diri. Aksa spontan mengangkat Dewi dengan hati-hati ke dalam gendongannya.Pria itu menatap Ocha penuh amarah, “Bagaimana bisa kamu begitu ceroboh,
Napas Dewi tiba-tiba tercekat. Bahkan, untuk menelan ludahnya saja ia berat. Dia kini bagai orang bisu. Hendak bicara, tapi tak mampu. Ia tak dapat menyangkal perkataan Denis.“Mas Aksa akan menyayangi anak ini, karena dia mengira ini anaknya,” ucap Dewi dengan percaya dirinya. Denis tertawa pelan, lalu duduk di sebelah Dewi. “Kalau Aksa tau itu bukan anaknya?”Dewi kembali diam.“Kalau Aksa tau kau hamil anakku dan akhir-akhir ini sengaja memberinya obat tidur agar ia tak meminta kebutuhan batinnya pada kamu ... bagaimana, Wi?”Dewi masih terdiam. Lagi-lagi, ia tak dapat menyangkal karena yang dikatakan Denis semua benar. Dia sengaja melakukannya karena tak ingin mengandung anak dari orang yang tidak dicintainya. “Entah seberapa marahnya Aksa kalau tau kamu masih sering menemui mantan kekasihmu bahkan memberikan jatah mantan sampai sengaja hamil anak dari mantanmu ... agar kalian bisa bercerai da
Ocha termenung membaca pesan dari suaminya yang tak disangka akan berkata seperti itu.Saking terkejut dengan sikap Aksa, ia tak sadar menjatuhkan ponsel ke lantai. Tiba-tiba saja, embun di matanya perlahan mengalir. Membasahi pipi putihnya. Ocha mengingat, Aksa pernah berjanji akan tetap bertanggung jawab pada kehamilannya.Pun pernah memintanya agar tak sungkan mengatakan jika ingin sesuatu. Nyatanya? Pembohong!Seringai masam pun tercetak jelas di wajah Ocha. Sekarang, ia benar-benar baru merasakan bahwa menjadi istri kedua itu tak ada enaknya. Awal-awal saja baik, selebihnya makan hati. Namun, percuma saja menyesali, karena ia telah memilih jalan menjadi istri kedua yang dicap pelakor oleh kebanyakan orang.Seandainya punya mesin waktu, ia bukan ingin mengembalikan waktu, tetapi justru memutar waktu agar cepat melahirkan dan terbebas dari posisinya sebagai istri kedua, meski harus menjadi janda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.