Share

Gadis Pemuas Tuan Mahen
Gadis Pemuas Tuan Mahen
Penulis: Kina nak kuningan

Di pecat di hari pertama bekerja.

"Maaf Tuan. Saya tidak sengaja."Ucap Arleta dengan nada memohon kepada seorang laki laki yang baru saja bertabrakan dengannya.

"Maaf katamu!" Bentak pria yang biasa tuan Mahen itu.

"Lihat! Lihat!"  Mahen menunjuk baju yang basah karena tersiram oleh Arleta..

Arleta  hanya menundukan kepala karena takut dengan laki laki di hadapannya.

Padahal baru hari ini Arleta bisa bekerja sebagai OG  di salah satu perusahaan hotel ternama di kotanya, itupun karena bantuan seorang teman yang sudah lama bekerja di di hotel  ini. Namun dia sudah mendapat masalah.

Seperti sekarang ini, mungkin tadi Arleta berjalan dengan terus menundukan kepalanya sampai tidak tahu ada orang di depannya.

Sialnya orang itu adalah  Mahendra Sky salah satu pelanggan VIP di hotel ini.

"Maafkan saya Tuan. Maafkan saya." Arleta  terus berusaha untuk memohon maaf. 

Namun Mahen kali ini tidak menjawabnya. Tanpa mengatakan apapun Mahen   berlalu dari sana. 

Arleta masih berdiri terpaku dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran. Semakin pucat saat beberapa teman OG lainnya menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Anak baru itu ya?" Bisik seorang OG wanita.

"Sembrono sekali dia. Tidak tahu apa siapa yang sudah dia tabrak?" Satu lagi menyakut.

"Tamat sudah riwayatnya." Yang lain ikut berbicara.

"Arleta!" teriak  Sarah memanggil Arlera, lalu  menghampiri Arleta. 

"Tidak apa apa. Ayo!" Sarah memapah Arleta dan membawanya ke Ruangan OB.

Arleta  sudah menangis. "Aku sungguh tidak sengaja. Aku tidak melihat." 

Sarah  hanya bisa menepuk bahunya dengan lembut, mencoba memberi dorongan mental untuk teman yang sudah dengan susah payah dia masukan bekerja disini.

"Apa aku akan dipecat?" Arleta menoleh dan mencoba bertanya pada Sarah.

Sarah menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu. Semoga saja tidak. Berdoa saja." ucap Sarah.

Kata-kata Sarah  bukan membuat hati Arleta  tenang, tapi malah membuatnya semakin pucat.

"Bagaimana kalau aku dipecat?" tanya Arleta lagi. 

Sarah  tidak bisa menjawab, dia juga tidak bisa menjanjikan apa apa. Arleta baru saja bekerja dan sudah membuat kesalahan yang begitu fatal. 

Menabrak seseorang dan menumpahkan minuman di baju seseorang? Itu sebenarnya hal yang sepele. Tetapi, kembali disayangkan, seseorang itu pelanggan VIP disini. Pihak hotel selalu memberikan service terbaik untuk tamu VIP mereka.

Siapapun akan dipecat tanpa toleransi jika sudah melakukan kesalahan yang membuat tidak nyaman tamu mereka. Pihak hotel akan langsung mengambil tindakan tanpa pandang bulu.

Walaupun Sarah  sudah bekerja selama tiga tahun disini, dia tidak lebih hanya seorang OB saja. Apa yang bisa diperbuat?

Arleta  tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, dia hanya bisa berdoa didalam hati semoga saja masalah ini tidak berujung buruk. Daniah tidak bisa membayangkan jika dia harus dipecat hari itu juga. 

Bagaimana dia harus kembali mencari pekerjaan? 

Selama lebih dari satu bulan dia keliling ibu kota hanya untuk mencari pekerjaan. Dan semua hasilnya sia-sia. Lalu dia tidak sengaja bertemu Sarah, teman semasa SMA nya dulu dan Sarah  membantunya untuk melamar menjadi OB di hotel tempatnya bekerja.

Akhirnya Arleta  diterima juga meskipun harus menunggu sampai dua mingguan.

Arleta  begitu senang. Akhirnya dia dapat pekerjaan. Dia bisa segera mencicil hutangnya pada rentenir.

Tetapi kenyataan ternyata tak semudah harapannya. 

Baru saja Arleta  menenangkan pikirannya, Pak Menejer memanggilnya.

"Arleta! Mari ikut saya." 

Arleta  mendongak. Tanpa bertanya dia langsung mengikuti pak menejer.

Arleta  belum tahu mau dibawa kemana. Tetapi setelah menatap sebuah pintu dimana manajer  itu berhenti, jantungnya langsung berdebar hebat. 

Arleta  hanya bisa pasrah ketika manajer itu menyuruhnya masuk. 

Arleta menarik kakinya yang terasa begitu lemas. Dia memaksakan melangkah masuk.

" Tuan Mahen Apakah dia orangnya? Tanya pak menejer, tangannya menunjuk Arleta. 

Mahen menatap tajam Arleta.” Iya. Dia orangnya!” jawab  Mahen dengan sedikit bentakan. Kejadian tadi masih saja membuatnya emosi.

"Pecat Dia!" 

Hanya dua patah kata itu saja mampu membuat tulang belulang Arleta seketika terasa ngilu. Tubuhnya gemetaran. 

Seketika dia berlutut di lantai.

"Tuan. Ku mohon. Jangan pecat saya. Saya membutuhkan pekerjaan ini." Entah mendapat kekuatan dari mana, tiba tiba Arleta berani untuk memohon seperti itu.

Arleta berlutut, memohon di hadapan manajer hotel dan juga Mahen.

"Tuan Ku mohon. Tolong ampuni saya. Saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi. Saya mohon Tuan. Beri saya kesempatan satu kali saja." Arleta  masih terus memohon sambil menangis.

Mr. G  terlihat bergerak, dia berdiri lalu menoleh pada manajer hotel  yang masih berdiri di belakang hadapan Arleta yang  berlutut.

"Jika anda tidak memecatnya. Ya, maka aku akan memberikan penilaian buruk tentang pelayanan di hotel ini. Dan, satu lagi! Saya akan pastikan hotel ini akan berhenti beroperasi!” ancamnya. 

Setelah itu Mahen langsung beranjak dari tempat itu.

Manager hotel  itu tidak mampu berbuat apa apa. Kecuali mempertahankan nama baik perusahaan tempatnya bekerja.

"Pak, Tolong saya."  Arleta kembali memohon setelah kepergian Mahen.

"Maafkan saya Arleta. Saya tidak bisa menolongmu." 

Dengan rasa putus asa yang mendalam, Arleta pun bangun dari berlututnya. Dia kembali menyeret kakinya untuk keluar dari ruangan manajer.

Sesampainya di ruangan OB, Sarah  menyambut kedatangan Arleta.

"Bagaimana?” tanya Sarah, dengan raut wajah khawatir.

“Aku dipecat.” jawab Arleta pelan. 

"Maafkan Aku Arleta. Aku tidak bisa membantumu." ucap Sarah. Di maresa sangat bersalah, namun apa yang bisa dia lakukan?  Tidak ada!

"Tidak apa apa. Terimakasih kamu sudah banyak membantuku." ucap Arleta. 

Sarah  mengangguk. "Yang sabar ya. Aku akan berusaha mencarikan pekerjaan baru untukmu." 

Arleta  hanya mengangguk, kemudian Arleta  pergi ke ruangan ganti untuk melepas semua seragamnya dan mengganti dengan pakaiannya sendiri. 

Setelah itu Arleta mengambil tas usang miliknya, dan bersiap pulang dengan membawa kegagalan kembali.

"Aku akan mengantarmu." ucap Sarah. Dia sungguh prihatin dengan nasib Arleta. Namun Sarah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan uang lah si sang penguasa!

Alana menggeleng. "Tidak perlu Sarah. Nanti kamu malah kena masalah juga. Aku bisa menumpang Bus saja." jawab Arleta.

Sarah  hanya bisa mengangguk pasrah. "Baiklah. Hati hati ya? Kalau ada apa apa, jangan sungkan untuk menghubungi ku." ucap Sarah lagi.

Arleta mengangguk,kemudian memeluk Sarah. Keduanya menangis dalam pelukan.

Sungguh tragis, nasib Arleta!

Sepanjang perjalanan keluar dari gedung, banyak pasang mata yang menatapnya tidak suka. Mereka kembali berbisik bisik.

"Itulah. Anak baru tapi teledor! Emang dikira enak kerja disini!" 

"Kasihan Sekali. Baru masuk, sudah dipecat!"

Arleta  hanya menundukkan wajahnya. Rasa malu, sedih dan kecewa pada dirinya sendiri bercampur menjadi satu. Arleta masih sesekali sesenggukan. 

Sampai di dalam Bus pun Arleta  masih sesekali meneteskan air mata. Apalagi ketika mengingat hutang-hutang yang ayahnya tinggalkan sebelum meninggalkan dunia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status