Share

3 - Kesempatan Emas

"Aku bisa berjalan sendiri. Kepalaku tidak terlalu pusing. Jadi, kau tidak perlu jug--"

Synda segera menangkap tubuh Alexander yang baru beberapa detik lalu dilepaskan dari pegangannya. Ia tidak ingin sampai pria itu terjatuh ke lantai. Walau, bukan masalah yang mudah juga menghadapi penolakan pria itu untuk diantarkan ke dalam kamar.

Dirinya pun cukup keberatan. Namun, tidak mungkin mengingkari janji yang sudah ia buat pada Aldora Adams. Synda menepati apa yang sudah dikatakan. Dan, diabaikan status di antara dirinya dan Alexander.

"Lepaskan aku. Tadi, sudah aku bilang jika aku bisa ke dalam sendiri. Kau bisa pe--"

"Bisakah kau jangan terus bersikap seolah kau tetap kuat? Kau mabuk. Kau tidak akan bisa berjalan sendiri ke kamar dengan baik. Kau hanya perlu diam," potong Synda cepat.

"Jika kau terus menolak bantuanku. Paling kau akan sering terjatuh ke bawah dan kau pasti mencium lantai," imbuh wanita itu.

Kemudian, dihelanya napas. Ia berupaya tak semakin emosi dan kesal akan sikap yang ditunjukkan oleh Alexander. Synda merasa sudah cukup menunjukkan lewat ucapan dengan kata-kata pedasnya. Dan, percuma juga jika berujar panjang lebar. Alexander sedang mabuk. Tidak akan mampu pria itu dengan baik meresapi sindirannya.

"Aku mau menciummu saja bagaimana? Kau rasanya jauh lebih hangat daripada lantai."

Tubuh Synda seketika menegang. Namun, tak dilepaskan pegangan pada lengan kanan Alexander. Bahkan, saat pria mendekatkan wajah dan melingkarkan tangan dengan erat di pinggang, Synda hanya bisa diam saja. Ia tak melakukan perlawanan apa-apa.

Ucapan sang mantan kekasih masih tergiang di kepalanya hingga detik ini. Synda tentu berupaya mengabaikan juga, tetapi pikiran tak bisa diajaknya untuk bekerja sama.

"Kenapa kau diam? Apa kau setuju jika aku menciummu? Sudah lama kita berdua tidak berciumanan, semenjak kita bukan menjadi pasangan kekasih lagi. Hampir saja e--"

"Berhentilah bicara yang tidak masuk akal. Kau mabuk. Kau akan kehilangan kendalimu dalam berbagai hal, termasuk bicara." Synda memotong dengan nada yang pedas.

"Lebih baik kau berhenti bicara. Mulutmu itu dibungkam saja. Tidak protes apa pun tentang pertolongan yang akan aku berikan. Kau jangan menolak kebaikan orang. Tidak melihat dari status ataupun gender."

Setelah menyelesaikan ucapannya, Synda segera menarik lengan Alexander. Laju dua kakinya berjalan dipercepat supaya dapat segera sampai di kamar yang pria itu akan tempati hingga besok. Jaraknya tinggal tiga meter di depan. Dalam hitungan satu menit mereka akan bisa mencapai pintu kamar.

Dugaan Synda tidak meleset. Justru hanya dibutuhkan kurang dari 30 detik saja. Secara cepat Synda memutar knop pintu. Masih ia pegang erat tangan Alexander. Tak ada lagi perlawanan yang ditunjukkan oleh pria itu. Bagus untuknya karena akan mempercepat penyelesaian bantuan kepada pria itu.

Bukan hal mudah membawa Alexander ke tempat tidur yang masih sekitar satu meter lagi. Menyeret seorang pria dengan postur tubuh melebihinya, baik dari segi berat dan juga tinggi. Energi Synda cukup terkuras.

"Beristirahatlah di sini baik-baik. Kau akan nyaman tidur di bekas kamarku. Kau tidak akan kesulitan tidur," ujarnya dalam nada ketus, diberi penekanan di setiap kata.

Bersamaan akan ucapan telah diselesaikan, maka Synda merasakan tangan kanannya ditarik oleh Alexander yang berbaring di atas kasur. Otomatis, Synda terjatuh tepat di samping pria itu. Ia berupaya bangun, tetapi tak bisa akibat dekapan erat didapatkannya. Lantas, ia dilanda keterkejutan lebih besar karena pergerakan begitu cepat dilakukan oleh Alexander. Ya, pria itu ada di atasnya. Meski, tak benar-benar menindih. Namun, tetap mengingatkan akan percintaan panas yang mereka sering lakukan dulu.

"Aku sangat merindukanmu, Sayang. Hanya kau wanita terbaik pernah menjadi kekasih hatiku. Apa pun ada pada dirimu, aku suka."

Tepat setelah Alexander selesai akan semua kalimatnya, pria itu menempelkan bibir mereka dengan mata masih terpejam. Jelas mau alkohol menyengat. Namun, ia justru kehilangan kemampuan untuk melawan. Dibiarkan sang mantan menciumnya. Tubuh kaku karena sudah lama tidak merasakan sentuhan Alexander yang dulu selalu dapat mudah dalam memabukkan dirinya.

"Aku akan mendapatkanmu kembali, Synda. Aku tidak bisa tanpa kau di hidupku."


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status