Matahari cerah pagi ini menemani langkah seorang wanita menuju sebuah perusahaan manufakturing kenamaan dan terbesar yang bergerak dibidang baja pusat kota New York, Williams Steel.
Ia nampak antusias dalam mempersiapkan dirinya hari ini. Dimulai dari bangun subuh dan merias diri agar terlihat rapi, dan pastinya ia tidak ingin tertinggal oleh jadwal bus yang akan membawanya ke kantor tersebut.Alicia membuka lemari dan mengerjap sejenak melihat makanan instan yang bertebaran di hadapannya. Tidak ada pilihan lain. Ia menjadikan itu sebagai menu sarapannya pagi ini. Ya, kira-kira seperti itulah jika kau merantau seorang diri jauh dari keluarga.Senyum keceriaan begitu melekat dibibirnya. Bagaimana tidak! Setelah berbulan-bulan melamar pekerjaan di sana sini dan menanti panggilan interview. Dan selama penantian tak pasti itu pula menjadikan dia sedikit freak.Ya, setiap kali teleponnya berdering yang ia harapkan adalah panggilan interview dari salah satu perusahaan yang telah ia lamar.Dan inilah saatnya, ia sampai di depan pintu lobby dengan tingkat kepercayaan diri maksimal dan ia berusaha untuk tidak terlihat gugup.Dewi fortuna, berpihaklah padaku kali ini."Nona Alicia Carter!" Sebuah panggilan terdengar dari ujung tangga yang tak terlalu jauh letaknya dari kursi yang diduduki Alicia saat ini.Dengan penuh harap dan degup jantung yang tak beraturan ia kini memasuki ruang interview."Selamat pagi Nona Alicia," ujar seorang wanita muda diseberang meja dan mempersilahkan Alicia untuk duduk."Terima kasih."Baru saja bokongnya mendarat dikursi, wanita muda itu dengan lembut memperdengarkan suaranya. "Kami sudah meneliti CV dan Riwayat Hidup Anda, dan Anda diterima untuk bekerja diperusahaan ini, untuk hari kerja senin hingga jumat, jam kerja berlangsung dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Estimasi gaji akan kami berikan sesuai permintaan Anda, diluar itu Anda juga mendapatkan uang makan dan beberapa tunjangan seperti tunjangan lembur, tunjangan transportasi, tunjangan hari raya serta tunjangan kesehatan dan status Anda di sini adalah karyawan kontrak selama 2 tahun dan ini adalah kontrak kerja yang harus Anda tanda tangani, apakah ada yang ingin Anda tanyakan Nona Alicia?"Alicia menganga tidak percaya apa yang baru saja didengarnya, seperti sebuah mimpi. Setelah menanti dengan jiwa yang gundah gulana, merana dan sangat tersiksa, kini dewi fortuna berpihak padanya."Nona Alicia..." suara wanita muda itu membuyarkan lamunannya."I . . . iya . . . iya . . . maaf, apakah saya boleh membaca surat kontraknya terlebih dahulu?""Silahkan"Percayalah, saat ini tatapan dan pikiran Alicia sedang tidak sinkron, ia tidak benar-benar membacanya, hanya sekedar formalitas saja agar ia tidak terkesan kampungan. Jauh di dalam lubuk hatinya ia sedang bersorak dan rasanya ia ingin segera keluar dari ruangan ini dan mencari tempat sunyi untuk ia bisa berteriak meluapkan kebahagiaan yang sedang menggerogotinya.But wait...! Penalti?Sejenis pembayaran kepada perusahaan jika resign sebelum masa kontrak habis?Ahh..! Persetan dengan resign, hanya 2 tahun takkan membuatku berkarat di kantor ini, aku akan menahannya apapun itu rintangannya, ini kesempatan emas yang tak boleh kusia-siakan.Selesai membubuhkan tanda tangan, dengan segera Alicia menyodorkan kembali secarik kertas itu ke hadapan wanita muda seraya memberikan senyuman terbaiknya."Baik Nona Alicia, Anda dapat langsung bekerja senin depan, selamat bergabung diperusahaan ini, dan semoga Anda dapat memberikan kontribusi positif di perusahaan ini, bila kinerja Anda memuaskan tidak menutup kemungkinan Anda bisa menjadi karyawan tetap di perusahaan ini.""Saya akan melakukan dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini, terima kasih atas kesempatan dan kepercayaannya," ujar Alicia dengan antusias dan menyalami wanita muda itu dengan senyum yang hangat.•••Oh, akhirnya, akhirnya... Semoga saja pekerjaan di sini lebih baik dari sebelumnya. Sejak menyelesaikan kuliahnya di Boston, Alicia pindah ke New York mengadu nasib di kota ini, sesuai dengan julukan kota ini the city that never sleeps, 3 tahun pertama Alicia bekerja seperti sapi perah dengan jam kerja yang tak menentu dengan posisi rangkap, begitu menguras energi dan atas desakan Ibunya ia menyerah dan berpindah ke perkantoran kecil sementara waktu, karena dari sekian banyak lamaran yang ia ajukan, hanya kantor inilah yang pertama kali menerima lamarannya.Namun ia hanya bertahan 8 bulan, ia sungguh muak dengan kelakuan bosnya, Mr. James yang selalu mencari perhatian Alicia, mengajaknya makan malam berdua, makan siang berdua, sarapan pagi berdua, sungguh membuatnya risih. Padahal Mr. James sudah beristri dan memiliki seorang anak. Ini gila!Bila saja bukan karena ia memerlukan uang untuk keperluan ibunya, sudah lama ia mengundurkan diri dari kantor ini. Setelah kejadian itu ia sempat bekerja di beberapa perusahaan sampai akhir masa kontrak pada tiap-tiap pekerjaannya.Dan syukurlah, kini Alicia sudah mendapat pekerjaan baru dan dengan gaji yang cukup untuknya dan Ibunya, setidaknya ia dapat merasa sedikit tenang.Dan ia merasa nyaman sebagai karyawan kontrak sementara ini. Ia ingin mengisi masa mudanya dengan berbagai pengalaman pekerjaan hingga benar-benar mendapatkan pekerjaan yang klik dengan dirinya, untuk dapat memustuskan mengajukan diri sebagai karyawan tetap.•••"Semoga kau menikmati pekerjaan barumu ini sayang," jawab sebuah suara dari seberang sana."Iya Mom, thank you. Aku akan mulai bekerja senin depan. Oh ya Mommy, mungkin sementara waktu aku tidak bisa sering menjengukmu, karena aku harus menyesuaikan diri terlebih dahulu di tempat kerja baruku, aku belum tahu seperti apa kesibukannya, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meluangkan waktu menjengukmu Mom.""Mommy mengerti sayang, jangan membebankan pikiranmu hanya untuk hal sepele seperti ini, fokus saja dengan pekerjaan barumu, karirmu. Masa depanmu masih panjang sayang, Mommy bisa menjaga diri, kau sudah banyak berkorban untuk Mommy dan rasanya itu sudah lebih dari cukup, sayang.""Mommy, please! Jangan pernah mengatakan hal sia-sia seperti itu lagi. Ya sudah aku tidak ingin mendengar Mommy berbicara melantur lagi, ini waktunya Mommy tidur. Jangan lupa minum obat Mommy, dan jika Mommy merasa ada yang kurang nyaman dengan tubuh Mommy segera beritahu Aunty Valencia agar ia membawamu ke dokter untuk diperiksa dan jangan lupa satu hal, be happy Mommy!""Iya . . . Iya . . . Sayang, kau sudah melebihi dokter Liam saja. Jaga dirimu baik-baik di sana, dan jangan sering makan makanan instan, kau mengerti sayang?"Alicia terkekeh, "Iya Mommy aku mengerti, jaga dirimu baik-baik juga di sana, I miss you.""I miss you too, sayang."•••Bukan tanpa alasan Alicia bekerja keras membanting tulang dan hidup sehemat mungkin, karena ia ingin sesegera mungkin ibunya menjalani transplantasi ginjal. Usai ia menyelesaikan kuliahnya, dialah yang mengurus semua keperluan Ibunya yang mengalami gagal ginjal akut, mengharuskan ibunya menjalani cuci darah secara berkala.Alicia meminta ibunya untuk beristirahat di rumah, dan menggantikan posisinya mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka. Karena kondisi ibunya yang memerlukan banyak istirahat. Dahulu ia membantu ibunyadengan membiayai kuliah sendiri sebagai seorang pekerja part time, dan sekarang ia seorang pekerja full time dan benar-benar bisa menafkahi dirinya dan juga ibunya.Syukurlah ada Aunty Valencia, tetangganya sedari Alicia kecil, yang bersedia mengurus ibunya. Sementara Alicia bekerja di kota ini, New York. Mereka bertempat tinggal di Boston. Jarak membuat dirinya sering menahan rindu kepada ibunya.•••Keesokannya, Alicia bersiap-siap berkunjung ke rumah Chae-Ry, sahabatnya. Ia membawa beberapa macam sayur untuk ia olah menjadi creamy soup.Cuaca pagi yang cukup terik, membuat Alicia sedikit berkeringat. Ia menghempaskan bokongnya di sofa untuk melepas lelah sesaat. Suasana rumah nampak lengang. Chae-Ry dan suaminya sudah berangkat kerja."Alice, kau sudah sampai?""Yes, Sister! Aku sedang menyiapkan sup untuk adik iparmu yang manja itu." Alicia mengapit ponselnya pada sisi kepala dan bahu, sedang tangannya dengan cekatan memotong dan merebus sayur dan bahan campuran sup."Kurasa dia akan segera membaik hari ini setelah makan sup buatanmu."Terdengar tawa renyah Chae-Ry dari seberang sana."Semoga! Agar aku tidak perlu sering-sering memasak untuknya.""Baiklah, kuserahkan dia padamu Alice. Katakan padanya untuk makan yang banyak. Dia hanya menurut padamu. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di Cafe, aku akan segera kembali. Maaf merepotkanmu."Setelah memutuskan sambungan telepon. Alicia bergegas menyiapkan creamy soup hasil racikannya yang entah kenapa sangat disukai oleh Anthony. Ia menghampiri Anthony di kamar ruang tamu. Anthony Franklin, seorang pemuja rahasia? Bukan! Dia pemuja blak-blakkan Alicia.Alicia melihat Anthony yang masih tertidur pulas, meringkuk di atas ranjang. Sakit lambung yang dideritanya membuat penampilannya terlihat sedikit kacau. Namun, tak mengusik ketampanannya yang dimilikinya."Hei, pria manja bangunlah! Aku membuatkan sup untukmu." Alicia membuka tirai jendela. Silau cahaya yang menembus masuk membuat Anthony mengerjap dan memalingkan wajah."Begitu caramu membangunkan pangeranmu? Seharusnya kau memberikan ciuman untuk membangunkanku." Gerutu Anthony yang menguap dan merentangkan tangan meregangkan otot-ototnya.Begitu banyak wanita yang memuja tubuh atletis dan wajah rupawan Anthony, tapi tidak untuk Alicia. Bahkan penampilan shirtless yang menampakkan pahatan otot-otot yang terbentuk sempurna tak membuat Alicia mendelik sama sekali. Dan Anthony tidak menyukai hal itu!"Pangeran? Kau bahkan tidak bisa menjaga dirimu sendiri! Bagaimana kau mau menjaga permaisuri dan seisi istana, huh?" Alicia membersihkan meja yang nampak berserakkan oleh beberapa majalah otomotif milik Anthony. Pria manja itu sangat menyukai bidang otomotif."Apakah tangan berototmu itu tidak kuat untuk memegang sendok sup, hemm?" sindir Alicia yang sedang menyuapi bayi besar di hadapannya. Anthony yang terus merengek untuk disuapi benar- benar membuatnya kesal."Aku hanya akan sembuh bila makan soup buatanmu dan disuapi olehmu.""It doesn't make any sense!""Dengarkan aku! Hormon Endorfin adalah penghilang stress dan pereda rasa sakit alami yang kau bisa dapatkan bila seseorang yang spesial merawatmu dengan penuh cinta kasih." Anthony mengerling nakal dan mencubit kedua pipi Alicia."Really?" Alicia memicingkan mata. Ia bangkit dari hadapan Anthony dan membawa tumpukan majalah otomotif kesayangan pria itu."Ini sesuatu yang juga sangat kau cintai bukan? Kau diam-diam menyembunyikan majalah otomotif ini sekalipun Ayahmu melarang keras. Majalah yang kau cintai ini akan menemanimu. Aku akan pergi membersihkan bekas dapur yang kupakai."Alicia melenggang dan tersenyum menang, meninggalkan Anthony yang terus berteriak tidak menerima perlakuan Alicia. Pria manja itu harus diberi pelajaran!🍋🍋🍋🍋Tbc--------------Tok tok tok"Masuklah. Dengan Nona Alicia Carter?""Iya Mrs. ...?""Kau bisa memanggilku Meghan, mari ikut denganku, aku akan menunjukkan letak meja kerjamu dan menjabarkan sedikit tentang pekerjaanmu."Alicia menyusuri lorong menuju lift mengikuti Meghan, semakin diperhatikan kantor ini terbilang cukup megah dalam balutan minimalis dan pastinya nyaman. Mungkin pemiliknya tidak menyukai motif rumit atau bercorak. Terbukti dari interiornya yang sederhana. Hanya bermotif kayu dan beberapa kaca menjulang tinggi menghiasi tembok sepanjang lorong.Ting"Kau tunggu di sini sebentar Nona Carter, aku akan memberikan dokumen kepada Mr. Williams, aku segera kembali.""Baiklah Meghan, dan kau panggil saja aku Alicia.""Okay Alicia." Ucap Meghan sambil berlalu dari hadapan Alicia menuju sebuah ruangan yang tertutup oleh pintu kayu yang lebar dan tinggi.Sekilas saat Meghan membuka pintu kayu itu, Alicia melihat samar sesosok pria paruh baya berpenampilan rapi dengan senyum menawan
3 bulan kemudian...Cahaya matahari pagi bersinar terang memantulkan kilaunya ke jendela kamar seolah mengetuk untuk membangunkan sang penghuni yang masih terlelap. Alicia mulai mengerjapkan mata dan melompat kaget melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.10 menit. "I'm late!" teriaknya ketika melompat turun dari ranjang single bednya. Gosh, look at the time! Bagaimana bisa aku tidur seperti kerbau?Alicia memberhentikan Taxi yang ditumpanginya di Coffee Shop yang terletak tidak jauh dari kantornya untuk menjemput sesuatu. Ya, menjemput sesuatu bukan seseorang."Hai Amber, pesananku!" ujar Alicia tergesa-gesa kepada salah satu waitress di sana."Hei, ada apa denganmu? Kau habis dikejar Blacky? Atau dikejar pria tampan?" tanya Amber seraya meraih satu cup lemon hangat dengan taburan daun mint di atasnya."Aku tidak akan lari jika dikejar keduanya, lari dari Blacky maka aku digigit, lari dari pria tampan maka aku rugi." Jawab Alicia asal sambil menyesap lemon hangat favoritnya.Coffee Sh
Dengan tangan yang agak gemetar Alicia mengetuk pintu itu dan terdengar suara dari dalam, "Masuk.""Duduklah.""Terima kasih." Alicia hanya menunduk dan meremas jemarinya berusaha setenang mungkin mengontrol dirinya atas keputusan yang akan segera ia dengar.Namun tiba-tiba ia merasakan langkah kaki Jade semakin mendekat duduk tepat di samping kanannya. Ia terperanjat saat Jade menggerakkan tangannya menyentuh lututnya dan mengoleskan sesuatu sejenis cream di lutut memarnya. Alicia sontak berdiri dan mundur selangkah."Jangan takut. I won't hurt you. Aku hanya ingin mengoleskan obat ini di lutut memarmu." Ujar Jade yang juga terkejut melihat pergerakan Alicia."Aa...kuu... bisa melakukannya sendiri, Mr. Williams." Alicia kembali duduk dan ia memilih untuk duduk di ujung sofa.Jade tersenyum, kekakuan Alicia menjadi pemandangan lucu di matanya. "Ada keperluan apa Mr. Williams mencariku?" Tanya Alicia dengan gugup, ia merasakan detak jantung yang semakin tak beraturan disaat ia mulai b
To: Amber (Coffee Shop)Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks. Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya. Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam p
Alicia bergeming memikirkan nasibnya menjadi karyawan dari Boss yang diktator, hobi menguntit, kepo dan otoriter.Untung saja kontraknya hanya dua tahun, kalau lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar berkarat di perusahaan ini."Sudah kukatakan, kau menjadi tanggung jawabku sampai kakimu sembuh, jadi aku menyuruh orangku untuk mengikutimu, memastikan keselamatanmu, dan apa yang kau lakukan di dalam sana?" tanya Jade mengunci tatapan terkejut Alicia."Mr. Williams, maafkan aku, aku tidak berusaha membohongimu, tapi tolong jangan menatapku seperti itu, aku ... akan menjelaskannya." Raut wajah memelas dan takut Alicia meredakan sedikit emosi Jade, terlihat dari Jade yang menghela napas mendengar jawaban Alicia."Alicia, jangan takut padaku. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, okay?" suara Jade saat ini terdengar melembut. Bukannya ia tidak tahu apa yang Alicia lakukan. Namun Jade murka ketika mendapat laporan bahwa Alicia masuk ke dalam sebuah wisma yang menjadi tempat pro
Alicia memijit kedua pelipisnya, terlihat gusar. Ia sedang menanti lift untuk menuju ruang kerjanya. Dan tiba-tiba saja ia terperanjat dengan sebuah tepukan lembut di bahunya. Anna Hillenburg, HRD baru yang telah beberapa bulan bekerja di perusahaan ini. Kedekatan dirinya kepada Anna terbilang cukup cepat karena sifat Anna yang dewasa dan lembut membuat Alicia nyaman berteman dengannya. Entah bagaimana menjelaskannya, namun pernahkah kau mengalami sebuah pertemanan singkat yang menjadi akrab saat 'frekuensi' kalian berada dalam satu gelombang yang sama?Tak jarang Dazzlene dan Alicia sering diajak Anna untuk mampir ke Apartemen tempat ia tinggal yang terbilang cukup mewah. Membuat Alicia salut akan sosok seorang Anna. Yang walaupun memiliki harta melimpah tapi masih mau bekerja sebagai seorang karyawan bahkan menjalin persahabatan tanpa memandang status dan sosial. "Alice, are you okay?""Hai Anna, aku hanya sedikit pusing." jawab Alicia tersenyum."Apa kau mau izin pulang untuk is
Setelah selesai memakaikan sepatu, Jade mengusap lembut lutut kanan Alicia dan menatap wajahnya. "Jangan membuatnya terluka lagi, atau kau akan bertemu dengan empat macam sayur itu siang dan malam." Ucap Jade dengan seringainya.Mendengar penuturan Jade, Alicia tak kuasa menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya sehingga ia hanya mengeluarkan sedikit suara tawa yang ia tahan.Jade beranjak dari posisinya dan mengambil tempat duduk di sebelah Alicia. Ia menggenggam tangan Alicia. Dan dikesempatan inilah Alicia mengumpulkan keberaniannya mencari sebuah petunjuk dalam manik mata abu-abu itu."Alicia, aku memiliki dua permintaan padamu. Pertama, berhentilah memanggilku Mr. Williams, aku ingin kau memanggil namaku dan yang kedua, aku ingin kau makan malam denganku nanti. Kau tidak keberatan bukan? I promise, just a dinner, please?" tanya Jade seraya mengelus lembut punggung tangan Alicia dengan ibu jarinya."Untuk yang pertama aku tidak bisa melakukannya dan untuk yang kedua aku akan me
Pendar cahaya lampu di kota yang tak pernah tidur ini menampakkan kesemarakannya, terutama pada malam hari. Di mana kebanyakan orang telah menghentikan aktifitas hariannya dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk melepaskan penat dan kejenuhan hari ini.Alicia mengabaikan manusia di sebelahnya dengan menikmati alunan musik klasik Johann Pachelbel - Canon In D yang mengalun lembut di dalam mobil Jade, menghangatkan suasana yang dingin di malam hari ini.Namun tiba-tiba saja Alicia merasakan sentuhan lembut pada tangan kanannya dan tangan itu kian menghangat. Jemari kokoh Jade yang bertaut menyelusup setiap celah pada jemari Alicia. Tanpa harus mencari tahu penyebabnya Alicia sudah dapat menebak, bahwa tangan Jade sedang menggenggam erat jemarinya. Alicia berusaha meloloskan jemarinya dari genggaman itu, namun usahanya sia-sia. Genggaman Jade semakin erat di tangannya. Alicia bergeming, enggan menatap pria di sampingnya. Ia terus menikmati alunan musik klasik itu dan terus meni