Share

Bab 5. Oh, Tidak!

"Mau jodohin dengan siapa?" tanya datar Fariz. 

"Itu anaknya sahabat Mami yang pintar banget, dia gadis pesantren," ucap mami Reva juga menjelaskan tentang kuliah Salma tanpa menyinggung masalah gay. 

"Gadis pesantren? Dapat dari pabrik mana?" Fariz sangat kaget mendengar yang dijodohkan tersebut seorang santri. 

"Kok pabrik? Maksud kamu apa?" tanya mami Reva merasa bingung. 

Kedua orang tuanya tidak melihat wajah marah dari Fariz setelah berkata demikian. Namun mereka juga tidak paham dengan pertanyaan putranya. Kedua orang tuanya saling berpandang dengan kebingungan. 

"Pabrik ya pabrik, Papa kan pengusaha, pasti sahabatnya juga yang sefrekuensi, Papa sering ke luar kota, ke luar negeri untuk kerja sama dengan pabrik kan?" ucap Fariz. 

"Aduh, ya nggak semua sefrekuensi dong, dia putri orang kaya, tapi bidang pertanian," ucap papi Vero dengan menepuk jidatnya. 

"Coba lihat foto gadis itu," ucap Fariz. 

"Ini fotonya, dia cantik kan? Masih muda sekali," ucap mami Reva menunjukkan foto Salma di layar ponselnya. 

"Oh, cantik, Fariz setuju," jawab Fariz dengan santai. 

Sikap Fariz saat itu memang berbeda dalam menerima perjodohan. Dulu, orang tuanya juga pernah mau menjodohkan namun Fariz marah besar. Itu baru beberapa detik langsung menyetujuinya, membuat orang tua Fariz bersorak gembira. 

'Hahaha, nikah dengan bocah itu? Yaa, itung-itung buat hiburan, walaupun ngeselin dia asyik juga orangnya, kasihan  kalau dia nggak boleh kuliah, secara dia memang terlihat aktif belajar, masalah cinta sih entahlah, apa ini saatnya aku benar-benar melupakan masa lalu? Clarissa, hhhhhh,' batin Fariz sembari keluar ruangan. 

***

"Salma," ucap laki-laki yang tiba-tiba berada di belakang Salma. 

Saat itu Salma sedang mengadakan bazar di lapangan dekat kantor Zarzo Mikamilny. Laki-laki yang memanggil Salma itu tidak lain adalah Fariz. Salma masih mengingat suara itu dan hanya menjawab tanpa membalikkan badan. 

"Iya," jawab singkat Salma. 

"Yang panggil itu di belakang kamu! Memangnya kamu tahu siapa?" tanya Fariz mengeraskan suara. 

"Saya tahu, yang jawab ada di depan Pak CEO," ucap Salma tetap tidak berbalik  arah sambil menata barang-barang yang akan dijual. 

"Sal, kamu balik arah dulu, kesannya nggak sopan banget, CEO tahu Sal," bisik Freya, sahabatnya Salma. 

Fariz terlalu geram menunggu respon Salma. Kebetulan saat itu Freya dipanggil gurunya. Kini hanya ada Salma dan Fariz. 

"Heh, punya sopan sedikit nggak?" tanya Fariz yang telah melangkah ke depan Salma. 

"Pak CEO, mau ajak debat di sini? Aku punya banyak sih sopannya, cuma," ucap Salma terpenggal Fariz. 

"Udah-udah jangan ngomel, aku mau tanya, bagaimana dengan perjodohan kita? Kamu setuju?" tanya Fariz mencoba mendekat dan memelankan suara. 

'Oh, tidak! Pak CEO sudah tahu hal itu,' batin Salma dengan jantung berdebar. 

"Biasa kali Pak ngomongnya, jangan deket-deket ah, dilarang keras!" ucap Salma menjauh. 

"Hhh, jangan kepedean kamu! Aku tanya serius!" ucap Fariz. 

"Sebenarnya Pak CEO itu benar gay?" tanya Salma. 

Fariz hanya tersenyum samar saat perempuan itu membahas gay. Ia selalu ketawa dalam hati. Namun, mereka belum paham bahwa yang menjadi sebab perjodohan mereka itu berawal dari candaan Fariz yang dianggap serius oleh salma sehingga muncul juga berita gay itu di kantornya. 

"Dalam kamusku, tidak ada pertanyaan dibalas pertanyaan! Bagaimana jawaban kamu atas perjodohan itu?" ucap Fariz penuh tekanan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status