“Ugh, panas ....”
Sosok gadis bergaun one piece bersandar lemas di dinding hotel, merasakan sensasi panas membakar tubuhnya. Wajahnya memerah tidak wajar, dia bergerak tidak nyaman dan merasa gerah, serasa ingin membuka pakaiannya.
Namun dia masih punya rasa malu dan menahan dirinya.
Aria bingung apa yang terjadi pada dirinya. Dia jelas tidak mabuk. Dia tidak meminum alkohol. Satu-satunya yang dia minum adalah jus pemberian Melissa Crowen di pesta ulang tahun Kevin.
Sambil mempertahankan kesadarannya, gadis itu berjalan tergesa-gesa di lorong hotel.
Sekelompok laki-laki yang mengejar Aria terdengar tertawa cabul di ujung lorong.
“Ayo cari putri tertua keluarga Crowen. Nona Melissa sudah mengatakan akan memberikan hadiah besar kalau kita berhasil meniduri kakaknya yang cantik bersama-sama.”
Melissa?
Aria gemetar ketakutan mendengar ucapan mereka. Dia tidak menyangka adik tirinya akan begitu kejam menyuruh para lelaki itu memperkosanya.
Dia menyesal sudah menerima minuman dari Melissa yang rupanya sudah dibubuhi obat perangsang. Seharusnya dia menyadari adik tiri yang selalu membenci dan menindasnya setiap saat, tidak mungkin akan sebaik itu memberinya minuman.
“Aku lihat di foto putri tertua keluarga Crowen sangat cantik. Kita beruntung bisa menidurinya sekaligus mendapatkan uang dari Nona Melissa. Hahahaha ....”
Suara para pria itu semakin kurang ajar melontarkan kata-kata kotor tentang Aria.
Aria mulai panik mendengar suara para laki-laki itu hampir mendekatinya. Menggunakan sisa kesadarannya dia menggedor pintu kamar hotel satu persatu dengan putus asa.
Saat dia hendak mengedor kamar terakhir dia tersandung masuk ke dalam kamar saat pintu itu tiba-tiba terbuka.
Aria terjatuh pada sebuah pelukan hangat.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?!” Suara dingin seorang lelaki itu terdengar familier di telinganya.
Aria mendongak dengan napas terengah-engah. Pandangannya menjadi sayu menatap laki-laki itu. Dia bergerak tidak nyaman merasakan sensasi aneh di tubuhnya.
Kehangatan dan aroma dari tubuh lelaki itu entan mengapa membuat haus oleh hasrat.
“Aria Crowen?” Lelaki itu bertanya dingin mencengkeram pinggangnya. Dia menyentuh lengannya
menjauh.
Suara maskulin nan berat lelaki itu justru merangsang Aria. Dia merinding di sekujur tubuhnya merasakan sentuhan pria itu kulit lengannya yang telanjang. Dia merasa haus akan sentuhan itu.
Dalam pandangan buram, dia tidak memperhatikan wajah pria itu saat melemparkan dirinya ke pelukannya lelaki itu.
Dia memegang lehernya dan berbisik dengan suara memohon, “Tuan, tolong selamatkan aku. Aku ....” Aria tidak melanjutkan kalimatnya, napas terengah-engah menatap sayu lelaki di depannya.
Dia menempel semakin erat ke tubuh laki-laki itu dan tanpa sadar mengerang. Itu terdengar sensual.
Pria itu mengangkat sebelah alisnya heran.
“Aria Crowen, kamu mabuk?”
Namun Aria tidak memperhatikannya. Pikirannya jadi kabur hingga dia tidak bisa berpikir apa-apa dan sensasi di tubuhnya semakin menjadi-jadi.
“Tuan, tolong ... sentuh aku ... Aku mohon.” Dia memohon dengan lembut sambil terus menempelkan tubuhnya ke lelaki itu. Suara erangan lepas dari mulutnya.
“Tuan, tolong ... sentuh aku ... Aku mohon.” Dia memohon dengan lembut sambil terus menempelkan tubuhnya ke lelaki itu. Suara erangan lepas dari mulutnya.Lelaki itu menegang, dia mencengkeram pinggang Aria erat. Dia menunduk menatap gadis dalam pelukannya dengan tatapan intens.Wajah gadis itu memerah dan berkeringat. Mulutnya terbuka mengeluarkan suara erangan yang sensual. Dia sangat cantik.Lelaki itu tetaplah lelaki normal kan? Bagaimana mana dia bisa menolak seorang gadis melemparkan diri ke pelukannya.Lelaki itu tertawa, namun suaranya terdengar dingin tanpa rasa humor.“Aria Crowen, kamu yang meminta ini, jangan menyesal.” Lelaki itu mendesis dengan suara rendah sebelum menarik Aria ke dalam kamarnya. Dia melemparkan gadis itu ke atas tempat tidur dan menindih tubuhnya.Aria merasakan tubuhnya melayang dan mendarat di sebuah kasur empuk, lalu beban tubuh lelaki itu menindihnya.“Aria Crowen
Saat fajar menyingsing, Aria terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dia mengerjapkan matanya menatap ke sekeliling dengan linglung.Dia perlahan-lahan mendapatkan kembali akal sehatnya. Kenangan segar dari kegilaan semalam muncul di benaknya. Wajahnya memucat melirik pria yang tertidur di sebelahnya dalam keadaan tanpa busana selain selimut yang menutupi tubuh mereka.Dario Clark, tuan muda dari keluarga Clark, adalah seorang pengusaha muda yang sukses, sekaligus pacar dari sahabat Aria, Hanna Stewart.Aria beberapa kali melihatnya saat bertemu dengan Hanna.Apa yang harus dia lakukan?Aria mencengkeram rambutnya frustrasi memikirkan sahabatnya. Bagaimana dia bisa tidur dengan kekasih sahabatnya?!Aria merasa buruk pada dirinya dibandingkan dia kehilangan keperawanannya pada pria yang menjadi kekasih sahabatnya.Aria tidak ingin menghianati sahabatnya. Tanpa menunggu lelaki bangun, dia diam-diam keluar dari selim
Dia selalu takut pada Melisa dan ibu tirinya. Mereka adalah orang yang kejam dan menyiksanya setiap saat di rumah.Melisa menyilangkan tangannya di depan dada dan tersenyum licik.“Benar. Bagaimana rasanya menghabiskan malam dengan kelompok pria? Apa mereka sangat memuaskanmu?” Dia memandang Aria dengan penuh penghinaan dan jijik.“Kamu, mengapa kau begitu tega!” Aria menatapnya tidak percaya.Melisa tersenyum sinis saat dia mendekati Aria dan berhenti di depannya.“Karena aku membencimu! Jika bukan karena kamu, Kevin yang akan dijodohkan denganku. Putri tertua keluarga Crowen seharusnya aku. Aku putri sah yang sesungguhnya!”“Melisa, aku dan Kevin dijodohkan sejak kecil. Kau pikir keluarga Derrick akan menjodohkan Kevin denganmu hanya karena kamu anak ayah juga?" kata Aria tak habis pikir dengan pemikiran Melissa yang tidak memiliki kesadaran diri.Ekspresi Melissa menjadi gelap. Dia memeloto
“I-ibu ... anak ... anakku. Tolong anakku Bu. Perutku sakit.”Kevin mendengar itu segera berlutut di sampingnya dengan ekspresi panik dan cemas.“Melissa, kamu baik-baik?”Melissa meraih tangan Kevin dan menangis menyedihkan.“Kevin, perutku sakit ... anak kita ... tolong selamatkan dia ....” isaknya menggenggam tangan Kevin erat dan menatapnya memohon.Darah sedikit mengalir dari bawah gaunnya.“Kevin, bantu selamatkan Melissa, dia tidak boleh kehilangan bayinya. Itu anak kamu!” Emily berpura-pura cemas dan berteriak memohon pada Kevin.Kevin ketakutan mendengar kata-kata Melissa dan Emily.“Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Dia meraih tubuh Melissa dari pangkuan Emily dan mengendongnya sambil berdiri.“Anak?” Aria mendengar percakapan mereka membeku.Bagaimana Melissa bisa mengandung anak Kevin? Kevin adalah tunangannya!
Sesampainya dia di rumah sakit, Aria bertanya kamar rawat Melissa di meja resepsionis.Setelah mendapatkan nomor kamar Melissa, Aria menuju ke lantai tujuh yang dikhususkan untuk pasien VIP.Aria berhenti di depan pintu kamar rawat Melissa yang tertutup. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu ingin membuka pintu itu.Dia mendengar suara Melissa dari dalam tampak sedang mengobrol riang.Saat Aria mengintip dari balik kaca kecil di pintu, dia melihat keluarga Derrick sedang mengobrol hangat dengan Stefan dan Emily.Kevin duduk di sebalah Melissa yang mengenakan pakaian pasien dan mengupas jeruk untuknya. Dia merawatnya seperti seorang suami. Mereka seperti pasangan yang mesra.Aria mengepalkan tangan di sisi tubuhnya melihat adegan itu dari balik kaca.Wajah semua orang sangat ceria, tidak seperti keluarga Derrick terganggu dengan berita kehamilan Melissa yang mengandung anak Kevin yang merupakan tunangan Aria.Aria menarik napas dal
Kevin mencengkeram ponsel Emily erat-erat dan menatap Aria dengan mata merah menahan amarah.“Tidak pernah berselingkuh? Lalu apa ini?!” Kevin menunjukkan foto-foto Aria ke wajah gadis itu kasar.“Kamu berpura-pura menyedihkan menuduhku berselingkuh dengan Melissa dan bahkan ingin membunuh anakku? Tapi lihat dirimu berselingkuh dengan banyak pria berbeda di belakangku, kamu jalang menjijikkan!” ujar pria itu meludah dingin.Wajah Aria sangat pucat melihat foto-foto yang memuat wajahnya bersama pria yang sama sekali tidak dikenalnya.“Itu bukan aku, Kevin percayalah padaku, aku tidak-tidak mengenal pria-pria itu,” ujarnya membantah kalut.“Kevin, biar Ibu lihat.” Kate menghampiri Kevin dan meminta ponsel Emily.Kevin menyerahkan ponsel Emily padanya dengan ekspresi muram.Emily tersenyum puas melihat Kate melihat foto-foto Aria yang seperti pelacur.Dia tak lupa mengompori, &
Kevin membanting pintu dengan keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung yang lewat.Mereka berbisik-bisik melihat seorang gadis duduk di lantai dengan menyedihkan.Di ujung lorong seorang pria berjas hitam dengan jahitan khusus dan mewah berhenti sesaat. Dia mengernyit menatap gadis yang duduk di atas lantai rumah sakit. Tangannya di masukan ke dalam saku celananya menatap Aria dari kejauhan dengan ekspresi datar.“Tuan Clark, ada apa?” Sekretaris di sebelahnya bertanya melihat Dario tiba-tiba berhenti.Dario tidak menjawab, dia menatap lurus gadis yang masih duduk di lantai.Aria menyadari pandangan para pengunjung pada dirinya. Dia dengan cepat.Dia dengan cepat bangkit sambil menghapus air matanya. Pipinya terasa perih saat dia mengusap air matanya. Aria meraba pipinya dengan ekspresi muram. Bayangan saat Kate menamparnya terbayang-bayang dalam benaknya. Baik ayahnya dan Kevin hanya menatapnya dengan mata dingin saat
“Apa yang kamu tunggu, cepat pergi dari sini sebelum kami memanggil satpam untuk mengusirmu!”Aria mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin berharap kasih sayang pada Stefan lagi. Dia menatap ayahnya dengan berani.“Ini rumah ibuku, aku tidak akan pergi dari rumah ini!” serunya mengepalkannya.“Yang seharusnya pergi dari rumah ibuku adalah kalian!”Raut wajah Emily dan Stefan sontak berubah. Stefan mengangkat tangannya menampar Aria.“Anak kurang ajar!”Suara tamparan itu bergema di halaman.Melissa dan Emily menutup mulut terkejut melihat Stefan menampar Aria untuk pertama kalinya. Namun raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi puas dan mengejek pada Aria.Aria membeku, kepalanya menoleh ke samping akibat tamparan keras Stefan. Wajahnya yang memar parah semakin memar dan bengkak karena tamparan ayahnya.Aria memegang pipinya sambil menoleh menatap Stefan, mat