Seminggu kemudian, Anggita sudah menenangkan hati lebih baik dan mencoba untuk memikirkan apa yang akan ia lakukan pada calon mantan suaminya dan keluarganya.
Hari ini ia berencana menemui sang kakak ketiga. Sudah rindu tak lama berjumpa, apalagi saat melihat wajah tampan itu di layar kaca."Kenapa aku tak dari dulu saja berpenampilan seperti ini, ah rasanya membuat jengkel jika mengingat kebodohan saat itu," Anggita bergumam sendiri."Nah, jika seperti ini 'kan kamu sudah terlihat seperti putri bungsu dari keluarga kita. Bukan seperti pembantu. Jika seperti ini aku tidak akan malu mengakuimu lagi sebagai saudara," ujar Andre. Andre muncul di kamar Anggita yang lupa ia tutup dan memudahkan orang lain masuk.Anggita menoleh dengan mimik wajah masam, lalu mencubit lengan sang kakak. Seringkali Andre menggodanya, tapi memang benar apa yang terlontar dari mulut sang Kakak."Sudahlah Kak jangan terus-terusan mengejekku seperti itu."Andre mengangkat tangannya pertanda jika dirinya tidak akan lagi membahas hal tersebut. "Baik-baik, wajahmu tidak usah dicemberutkan seperti itu, jelek tahu. Kamu mau aku antar atau tidak?" tanya Andre kembali."Tidak aku sendiri saja aku sudah memesan taksi," jawab Anggita. Evan sedang berada di luar kota, tetapi juga tidak terlalu jauh jarak tempuhnya maka dari itu dirinya ingin berangkat sendiri, ia ingin membuat kejutan untuk kakaknya tersebut. "Pokoknya Kakak jangan bilang pada kak Evan jika aku akan datang menemuinya," ujar Anggita kembali."Baiklah, hati-hati di jalan jika ada apa-apa langsung hubungi aku jangan sungkan karena kamu tetap adik kesayangan kami," ujar Andre lagi. Walaupun Anggita dahulu pernah melakukan kesalahan dengan memilih untuk pergi dari rumah dan meninggalkan saudaranya serta memilih Beni sebagai lelaki idamannya, tetapi akhirnya walaupun adiknya melakukan kesalahan sebesar apa mereka tetap akan memaafkannya kembali.Bahkan selama satu minggu ini semua fasilitas yang dulu dirinya dapatkan sudah dikembalikan lagi. Iya mendapatkan perawatan perawatan dan kembali lagi memakai pakaian branded yang sudah disiapkan oleh kakak-kakaknya dahulu juga dirinya tidak membawa barang satu pun dari rumah kakaknya itu karena dan sekarang itu semua sudah kembali lagi menjadi miliknya.***Setelah hampir satu jam akhirnya dia sudah sampai di sebuah hotel yang katanya sebutkan di mana hotel tersebut tempat Evan menginap selama syuting film."Di mana ruangannya Evan Dirgantara?" tanya Anggita pada seorang resepsionis. Mungkin jika dulu dirinya yang datang dan bertanya mengenai hal itu akan langsung diusir karena dikira seorang gelandangan yang hanya akan mencari kesempatan saja. "Terima kasih," ujar Anggita kembali.Wanita itu menelusuri semua lorong hotel, dirinya sangat senang karena akhirnya Kakak ketiganya itu bisa memiliki sebuah pekerjaan yang mungkin pekerjaan itu lebih bagus dan membuat dirinya tidak dipandang sebelah mata lagi oleh orang lain sebagai seorang adik dirinya mengetahui track rekor dari kakaknya tersebut. Setelah sampai di depan pintu kamar Anggita langsung saja mengetuk pintu tersebut."Kejutan," ungkap Anggita saat pintu kamar terbuka."Anggita!" Evan sangat terkejut melihat kedatangan sang adik yang ada di depan pintu hotelnya itu. Dirinya memang sudah mengetahui jika adiknya tersebut sudah kembali lagi ke keluarganya dari Baskoro. Namun, ia tidak mengetahui jika Anggita akan menemuinya di sini. "Kok kamu tidak mengabariku? Datang bersama siapa ke sini?" tanya Evan. Lelaki itu langsung saja mengajak sang adik untuk masuk ke dalam kamar hotel.Evan bukan tidak mau bertemu dengan adiknya selama hampir 2 tahun lebih ini, kembali lagi memeluk Anggita, sebenarnya ia ingin menemui Anggita. Namun, Baskoro melarangnya untuk menghubungi apalagi menemui Anggita lelaki itu mengancamnya akan mengambil semua fasilitas yang dinikmati olehnya jika ia masih berhubungan lagi dengan Anggita karena, dirinya tidak bisa berkutik karena saat itu dirinya belum semandiri sekarang dan masih menggunakan fasilitas yang Baskoro hasilkan. Awalnya ia memang masih keras kepala diam-diam menghubungi Anggita, tetapi kakaknya itu mengatakan jika ini sudah jalan yang dipilih oleh Anggita."Aku, kemarin sempat membaca berita Kakak di internet dan beberapa sosial media. Keren ternyata kakak aku sekarang aktor populer sekarang apalagi banyak kaum wanita yang mengidolakan Kakak hebat-hebat," ujar Anggita."Ya, Evan gitu lho," ujar Evan.Evan melirik jam dindin, sebentar lagi waktunya ia kembali take."Mau di dalam apa ikut aku ke luar, sebentar lagi mulai take lagi Git," ujar Evan.Anggita pun mengangguk, Evan langsung saja menggandeng tangan adiknya. Lelaki itu memang tidak membahas tentang masa lalu dari adiknya tersebut, karena menurutnya ia sudah mengetahui hal tersebut dari Baskoro tidak perlu lagi mengungkit luka lama yang akan membuat adiknya bersedih."Lalu, kedepannya kamu akan melakukan hal apa. Atau kamu memiliki plan ke depannya?" tanya Evan.Anggita terdiam karena memang dirinya belum memiliki plan apa-apa ke depannya. Keduanya melangkah beriringan menuju lokasi syuting. Namun, tiba-tiba saja mereka bertemu dengan Beni dan Sandra.Meskipun terkejut, Anggita gegas menarik Evan. "Ayo Kak pergi," ujar Anggita yang sudah menarik lengan kakaknya."Ternyata kamu berani bercerai denganku karena sudah memiliki simpanan lain Anggita?" Beni berteriak dengan keras hal itu untuk menghentikan langkah Anggita dan juga laki-laki yang tengah wanita itu gandeng. "Dasar wanita murahan kamu!" seru Beni kembali.Ucapan dari Beni, membuat Evan marah. Ia tidak terima adiknya direndahkan demikian, dirinya sudah hendak memukul Beni. Namun, Anggita menghentikannya. Wanita itu kembali menoleh menatap ke arah Beni yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya."Jaga bicara kamu, yang selingkuh dan memiliki simpanan itu kamu bukan aku. Lihat saja, tunggu surat gugatan cerai dari aku!" Anggita tak mau membuat orang melihat ke arah mereka, ia langsung menarik Evan menjauh dari Beni. Beni terdiam, mendengar apa yang diucapkan oleh Anggita ia tidak bisa membalasnya. Bisa-bisanya sekarang wanita itu sudah berani menjawab dengan nada keras seperti itu. Dirinya heran mengapa penampilan Anggita kini sangat berbeda jauh, kini terlihat cantik dan anggun."Bagaimana bisa istri lusuhmu itu menggandeng lengan dari Evan dan penampilannya terlihat lebih segar?" tanya Sandra heran. "Aku juga tidak mengerti kenapa bisa penampilan dia berbeda. Baru saja keluar rumahku seminggu, sudah menjadi simpanan." Beni kesal, bag
“Siapa yang melakukan hal itu dan menyebarkan gosip murahan itu?” Baskoro terlihat marah.Evan memperhatikan foto yang diunggah seseorang, itu kejadian yang terjadi di hotel saat ia dan Anggita bertemu dengan mantan suami sang adik. Namun, ia tak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Mana tahu jika ada yang membuat gosip tak sedap seperti itu. “Rese banget sih, ini pasti ulah Beni, Kak. Aku yakin dia itu yang melakukan hal semacam ini.” Anggita bicara dengan menggebu karena kesal akibat ulah sang mantan suami. Baskoro meremas taplak meja, ia bersumpah akan membuat mantan suami adiknya itu menjadi gelandangan. Tidak ada ampun untuk mereka yang membuat sang adik mengeluarkan air mata sedikit apa pun.“Biarkan saja, nanti aku yang urus semua. Kita kembali makan, jangan buang-buang tenaga menghadapi hal seperti itu.”Mereka kembali makan, walau seperti itu Evan merasa tak tenang. Ia pun melirik sang Kakak yang tenang saat makan. Evan kembali berpikir apa yang akan di lakukan oleh
Bunga menarik Anggita untuk berkumpul dan berkenalan dengan beberapa ibunya temannya. Mereka langsung menyambut dengan hangat. “Wah Tante Bunga, cantik, ya. Kenalin mamanya Arian.” “Eh, iya. Mama Arian, salam kenal.” Lalu kembali beberapa ibu dari temannya sudah di kenalkan oleh Bunga. Ternyata, keponakannya itu adalah anak yang riang dan baik hati. Bahkan, tak mau terlihat kaya di depan beberapa temannya. “Bunga senang deh sudah ada tantenya,” ujar Mama Arian. “Iya kebetulan aku akan menghabiskan waktu di Indonesia. Kangen juga sama Bunga. “ Acara ulang tahun pun di mulai, anak-anak semua bergembira termaksud Sasy teman sekelas Bunga. Anggita duduk dengan meminum es kopi. “Untung saja mereka tak menyebut aku suster lagi. Masa ia secantik ini di samakkan dengan asisten.” Anggita memperhatikan Sasy, anak perempuan itu cantik dan terlihat seperti anak orang kaya. Namun, ia kembali teringat ayahnya Sasy. “Ah, Papanya menyebalkan.” Sasy tiba-tiba menghampiri Anggita yang sibuk m
“Tante kenapa sih?” tanya Bunga. Sejak tadi anak itu memperhatikan sang tante yang kerap menggerutu sendiri. Anggita hanya tersenyum lalu menggeleng. Mana mungkin ia mengatakan jika dirinya kesal dengan ayahnya Sasy yang tidak punya sopan santun.“Tante kesal ya sama Papanya Sasy?” tanya Bunga.“Hah, enggak. Tapi, apa memang orangnya begitu ya?” Anggita malah penasaran dengan pria itu.“Om Raka memang seperti itu. Selalu terburu-buru, makanya kasihan aku sama Sasy. Mana Mamanya enggak tahu kabarnya,” ungkap Bunga.“Jangan seperti itu.”“Ya benar, Tan. Mamanya pergi katanya enggak datang lagi padahal Sasy sudah menunggunya.”“Eh, sudah ah. Jangan bahas Papanya Sasy.” Anggita mengajak masuk keponakannya ke dalam karena sudah larut malam.Bunga masuk kamar, sedangkan ia duduk di ruang TV menunggu kakaknya pulang. Ia memperhatikan sekeliling, lalu berpikir apa setiap hari kakak iparnya pulang selarut itu. Tiba-tiba ia teringat saat dirinya menjadi istri Beni, keluar rumah saja
“Siapa yang cantik, Mas?” tanya Gani –adiknya Beni.Beni menoleh ke arah Gani, untuk apa sang adik datang ke rumahnya karena ia merasa tidak ada urusan dengannya. “Siapa kek, mau tahu aja kamu. Ngapain ke sini, aku kayanya enggak minta kamu ke sini.” “Iya memang bukan Mas, tapi ibu minta aku ke sini. Katanya dia minta uang, tahu sendiri Anita suka ngambek kalau tahu aku ngasih ke ibu.”Wajah Gani terlihat tertekan jika membicarakan tentang ibu dan istrinya. Beni sedikit memicingkan mata karena ia merasa ibu dan adik iparnya itu sangat kompak. Namun, kenapa malah Anita seperti itu pikir Beni. “Gani, aduh ibu sudah menunggu kamu. Bagaimana, kamu bawa kan uang yang ibu minta?” tanya Bu Neni.“Bu, aku enggak bisa ngasih full. Ibu tahu kan kemarin aku habis acara selamatan rumah. Ibu tahukan Anita enggak pernah tanggung-tanggung kalau buat acara. Uangku habis,” ujar Gani.Wajah Bu Neni masam, ia tak terima jika anaknya menolak permintaan dirinya. Dia sangat membutuhkan uang yang
Anggita memalingkan wajahnya lalu menggerutu kesal dengan ucapan Andre. Untuk apa pikirnya mencarikan jodoh untuknya sedangkan dirinya saja masih berstatus istri Beni dan belum proses perceraian. Ia tak suka di carikan jodoh seperti dulu saat belum menikah. “Enggak usah cemberut, buktinya cari sendiri malah salah pilih. Adek kesayangan kita yang cantik jelita malah berubah jadi emak-emak berdaster.” “Kak!” Anggita cukup mengerti dirinya saat menjadi istri Beni, tapi pikirnya tak perlu di perjelas lagi bagaimana rupa dirinya.“Apa, mau ngelak? Bahkan sama Caraka saja kamu di kira suster Bunga.” Lagi, Andre melirik dengan sengaja dan terkekeh melihat adiknya masam. Andre, kakak Anggita yang begitu humoris dan lebih peduli padanya. Memang Anggita lebih dekat dengan kakaknya itu dari pada kedua kakaknya yang lain.Andre kembali diam saat tahu Anggita sudah tingkat kesabaran yang setipis tisu. Ia diam seribu bahasa dengan bibir sedikit maju.Mobil Andre memasuki halaman restoran d
Beni kembali melihat beberapa chatnya pada Anggita Namun, tidak ada satu pun yang di balasnya oleh wanita itu. Ia meremas ujung seprei, merasa kesal dan jengkel saat Anggita benar-benar mengabaikannya. Padahal saat menjadi istrinya, dia sangat penurut dan mungkin takut di ceraikan. Beni berpikir apa karena sudah dekat dengan dia pria kaya wanita itu membuangnya. “Harusnya dia memohon padaku untuk kembali. Aku pikir dia akan datang dan meminta maaf,” ujar Beni.Beni membanting tubuh di kasur, ia merasa sangat pening mengingat hal yang sangat indah ia lakukan bersama dengan Anggita. Namun, pertengkaran kala itu membuatnya emosi dan menjatuhkan talak dan mengusirnya.Banyak sebuah pertandingan di kepalanya tentang Anggita. Pria yang bertemunya kala itu, lalu foto dengan pria baru yang di kirimkan sang adik. “Ka, makan enggak? Ibu menunggu di bawah buat makan malam.” Suara Rani terdengar. “Ia aku turun.” Beni beranjak dari tempat tidur, ia pun gegas ke meja makan. Ibu dan adik
"Maaf, bukan begitu maksudku Anggita," ucap Meylani merasa tidak enak dengan apa yang sudah dirinya ucapkan dia tidak tahu jika adiknya berpikiran yang berbeda. Sebagai seorang kakak dan juga wanita dirinya ingin jika Anggita bahagia.Andre pun menjadi salah tingkah padahal dirinya sudah berkata kepada istrinya untuk menjaga rahasia itu, tetapi justru istrinya memberitahukan hal tersebut kepada Anggita secara terang-terangan."Iya tidak apa-apa," ungkap Anggita.Dirinya masih merasa trauma dengan yang namanya pernikahan bahkan dirinya belum memiliki niat untuk hal tersebut, tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk membuka lembaran baru. Namun, menurutnya tidak untuk sekarang-sekarang ini karena luka di hatinya harus segera dipulihkan."Aku berpikir kamu akan membalas dendam kepada mantan suamimu yang tidak tahu diri itu dengan menikah lagi dan mendapatkan pria yang lebih baik daripada mantan suamimu itu," ungkap Meylani. Anggita terdiam, dirinya memang menyimpan dendam kepada m