"Dengan wajah sok polosmu itu kamu berbohong kalau kamu masih suci! Padahal saat menikah denganku, kamu sudah tidak perawan!” Kehidupan rumah tangga Analea terasa dingin karena Hamid, suaminya, salah paham dan menuduh Analea karena Analea tidak "berdarah" di malam pertama mereka. Ditambah lagi asal usul Analea dianggap tidak jelas dan kurang bermartabat karena merupakan anak angkat dari mantan wanita malam. Hingga akhirnya Analea menemukan suaminya tidur bersama wanita lain. "Aku ingin bercerai!" Tak lagi bisa percaya pada Hamid, Analea menggugat. "Kalau tidak, aku akan sebarkan berita ini di kantormu." "Memangnya orang akan percaya padamu? Semua juga tahu dari mana asalmu! Mereka pasti lebih percaya padaku." Si suami peselingkuh enggan melepaskan Analea yang cantik dan penurut, hingga Analea harus mengatur strategi untuk menuntut Hamid atas perselingkuhannya dan berakhir bekerja di Eternal Group dengan gaji yang fantastis! Namun, ada peristiwa-peristiwa janggal sejak ia menjadi karyawan di Eternal Group. Mengapa Kaisar, presdir Eternal Group, kerap kali membantunya? Siapa sebenarnya Ibu Maira dan apa kaitan beliau dengan masa lalu Analea? Terlebih lagi, mengapa tiba-tiba Fabian, pria matang berusia 39 tahun yang merupakan rekan bisnis Kaisar, menawarkan diri untuk membantu Analea lepas dari suaminya, dengan bayaran Analea harus mau dibawa menemui orang tua Fabian?
Lihat lebih banyak"Ratu ... kamu di sini?" Ratu seketika berhenti menoleh pada Analea yang muncul dari kaca jendela mobil. "Iya. Memangnya kenapa? Aku mau membesuk calon mertuaku," sahut Ratu dingin. "Ya sudah, kita sama-sama saja kalau begitu. Gedungnya masih jauh loh, dari sini. Ayo naik!" Analea mengerling ke arah pintu depan agar Ratu naik ke mobilnya dan duduk di sebelah supir. "Nggak usah! Mentang-mentang aku jalan kaki, kamu mau menghinaku!" tolak Ratu sambil membuang pandangan. Ia malu karena saat ini wajahnya penuh dengan peluh dan rambut yang berantakan. Berbeda dengan tampilan Analea yang sangat cantik dan rapi. Apalagi di sebelah Analea kini ada Fabian duduk tanpa menoleh pada Ratu. "Astaga, Ratu! Aku ajak kamu itu baik-baik, loh!" Analea kesal karena dituduh menghina oleh Ratu. Padahal niatnya baik. "Sudahlah Lea, sebaiknya kita pergi saja!" sanggah Fabian ikut geram. "Pak, jalan!" Mobilpun melaju meninggalkan Ratu di tepi jalan masuk rumah sakit itu. "Sial! Harusnya mereka bisa bu
"Aku mau mandi!" Ratu bertolak pinggang berdiri di depan pintu kontrakan. "Tunggu ya, Non. Masih antri. Non berdiri dulu di barisan itu biar cepat!" Dengan hati-hati Sumi menunjuk para penghuni kontrakan yang sedang berdiri mengantri di depan kamar mandi. "Apaa? Kamu suruh aku berdiri di sana?" Ratu melotot ke arah antrian itu. "Iy-iyaaa, Non. K-kalau pagi-pagi banyak yang mau berangkat kerja. Jadi mandinya antri," jawab Sumi takut-takut. "Kamu aja yang antri! Aku malas bergabung sama orang-orang itu!" Ratu kembali masuk ke kamar kontrakan dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur busa. Sumi hanya bisa menarik napas berat, lalu mulai ikut mengantri bersama para penghun kontrakan. "Heh, Sumi! Bukannya tadi kamu udah mandi? Kenapa sekarang antri lagi?" tegur salah satu penghuni kontrakan yang juga sedang mengantri. "Saya antri untuk ... untuk ...." Sumi bingung ingin menjelaskan siapa Ratu pada tetangganya. "Untuk siapa? Untuk perempuan sombong yang ada di kontrakan kamu itu?" sa
"Kamu lagi! Untuk apa sebenarnya kamu ke sini?" Suara Fabian yang mendominan cukup menarik perhatian beberapa orang yang sedang melintas di restoran itu. "Maaf, Fabian, Analea. Apa boleh aku ikut duduk di sini?" Wajah Raihan penuh harap menatap Fabian yang rahangnya mulai mengeras. "Hmmm .... " Fabian membuang pandangannya dan mendengkus kesal. Melihat itu Raihan menggunakan kesempatan untuk duduk pada salah satu kursi dan mendekat pada Fabian. "Bian, tolong maafkan aku. Saat ini kesehatan ayahku drop dan harus dirawat di rumah sakit. Semua ini gara-gara aku. Tolonglah, Bian!" Analea terkejut mendengar penjelasan Raihan. Ia tidak menyangka masalahnya akan seperti ini. Netra teduh Analea memandang Fabian dengan cemas. Ia berharap suaminya itu mau memaafkan Raihan. "Bian ..., please ...!" Fabian menoleh dan memandang tajam pada Raihan. "Sebenarnya apa yang akan kamu lakukan pada Analea tadi pagi?" Raihan menghela napas berat. Ia tidak langsung menjawab. Sesaat tampak ia sedang
Analea sengaja membiarkan ponselnya terus bergetar tanpa mengangkatnya. Ia hanya memperkecil volume deringnya agar Fabian tidak terjaga. "Untuk apa Raihan menghubungiku? Apa, sih maunya dia?" Analea berdecak kesal. Ia khawatir Fabian terjaga. Netranya berpindah-pindah pada wajah Fabian dan ponsel yang masih bergetar. "Bagaimana ini?" Beberapa detik kemudian, ponsel masih berada di tangannya saat tiba-tiba saja Fabian membuka mata. Ia merasa terganggu dengan suara getar ponsel itu "Kenapa tidak diangkat? Siapa yang menelpon?" Suara berat Fabian membuat Analea terkejut. "Ini Kak ... R-raihan. Aku nggak tau apa maunya dia." Analea bicara hati-hati. Ia khawatir Fabian akan kembali tersulut emosinya. Masih jelas terbayang di ingatannga, betapa wajah Fabian yang menggelap ketika menghantam wajah Raihan di kamar rias pagi tadi. Ternyata benar dugaannya. Fabian mendengkus kesal dan bangkit untuk duduk. Analea bernapas lega karena ponselnya tak lagi bergetar. "Sekarang tolong Lea cerita
Tak ada rayuan mesra ataupun kata-kata romantis dari bibir Fabian. Netra kecoklatan pria berdarah brazil itu meredup dengan napas memburu. "Leaa ... I love you!" bisik Fabian yang mulai bergerak gaduh di atas tubuh Analea. Napasnya menyapu hangat wajah cantik yang kini nyaris tak berjarak dengan wajahnya. Tanpa aba-aba lagi bibir mereka pun menyatu. Fabian mulai bermain-main di sana. Tangan kekar dan lebar miliknya pun tak bisa diam bergerak sesukanya. Analea mulai menikmati sentuhan-sentuhan pada tubuhnya. Sesekali ia mendesah, mengerang dan bergumam tak jelas. Ia merasakan jemari Fabian mulai menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Hingga tubuhnya mulai menegang merasakan sensasi yang luar biasa. Ia bergerak pasrah ketika Fabian mulai melucuti satu persatu yang melekat pada tubuhnya. Analea merasa wajahnya merah merona ketika Fabian memandangnya tak berkedip setelah suaminya itu berhasil membuatnya polos tanpa sehelai benangpun. Kini dua tangan Fabian mulai sibuk menarik ikat pingga
"Mereka pasti sedang bersenang-senang di sana ...," gumam Ratu sambil berdecak kesal. "Sabar ya, Non. Sebentar lagi Non juga akan menikah, bukan?" Sumi yang sedang merapikan rumah mencoba menghibur Ratu. "Astaga! Kenapa aku hampir lupa. Seharusnya Raihan mengajakku ke acara Analea. Tapi kenapa dia sama sekali tidak menghubungiku?" Ratu lantas berdiri dan mencari ponselnya. "Non segera saja minta dilamar sama Tuan Raihan. Non tidak akan hidup susah jika menikah dengan Tuan Raihan." Sumi melihat Ratu sedang sibuk menghubungi seseorang. "Brengsek! Kenapa panggilanku tidak diangkat? Bisa-bisanya dia lupa dan dan tidak mengajakku di acara pernikahan Analea! Setidaknya Raihan bisa mengembalikan aku pada kehidupanku semula. Keluarga sombong itu pasti akan menyesal karena telah mengusirku," bathin Ratu sambil berdecak kesal. "Bagaimana kalau besok Non temui saja Tuan Raihan? Katakan padanya kalau Non ingin pernikahannya segera dilaksanakan!" Ratu menoleh pada Sumi. Pendapat wanita paruh
Analea tak dapat membendung air mata bahagianya. Meski ia menangis, senyum kelegaan terpancar di wajahnya. Setelah menghadapi berbagai rintangan, akhirnya ia sah menjadi istri Fabian. Seorang pria yang begitu baik dan telah beberapa kali menjadi dewa penolongnya. "Ayo, Sayang! Fabian pasti sudah tidak sabar menunggumu!" Maira menggandeng tangan putrinya. "Ehmm ... Ana, kamu mengingatkan Daddy ketika menikahi mamamu ini. Mamamu sangat cantiik. Persis seperti kamu saat ini." Maira tersipu mendengar pujian dari Rein. Analea dan Kaisar saling melirik dan tersenyum. Mereka bahagia melihat kedua orang tua mereka tetap mesra di usia yang sudah tak muda lagi. "Ayo, kita segera ke lokasi acara!" Rein meraih bahu Kaisar dan melangkah mengikuti Analea dan Maira yang ada di depan mereka. Netra Fabian terus tertuju pada Analea yang baru saja muncul dan melangkah pelan menuju kursi di sampingnya. Pak penghulu memberikan beberapa nasehat dan arahan pada kedua mempelai. Salah satu petugas KUA me
"K-kamuuu ..." Analea nyaris terpekik karena terkejut. "Analea ...., M-maaf. Aku tidak ada maksud jahat." Pria itu semakin maju melangkah untuk mendekat pada Analea. "Jangan dekat-dekat! Mau apa kamu ke sini, Raihan? Pergi kamu sekarang juga!" Analea mengangkat kedua tangannya untuk mencegah agar pria yang ternyata Raihan itu tidak mendekat padanya. "Please, Ana. Aku hanya ingin bicara!" Wajah Raihan memelas dengan tatapan yang begitu dalam pada Analea. Analea panik. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sana. Ia berharap Tante Sondang sang MUA segera kembali dari toilet. Juga dua asisten MUA lainnya yang sedang mengambil beberapa barang di mobil, agar segera kembali ke ruangan itu. Tapi semua terasa sangat lama oleh Analea. Apalagi saat ini ada seorang pria asing bersamanya di ruangan itu. Di saat ia sedang menanti detik-detik pernikahannya dengan Fabian. "Tenanglah Ana. Aku hanya ingin bicara sesuatu padamu." Raihan tak lagi melangkah. Pria ya
"Beginilah, Non, tempatnya. Ayo, masuk, Non!"Sumi masuk dan langsung membuka tirai pembatas yang membagi dua ruangan itu. Tampak kasur busa lipat yang sudah sangat tipis berada di sudut ruangan dengan alas kasur lusuh dan warna telah memudar. Ratu bergidik sambil mendesis saat mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan yang hanya berukuran sepertiga dari kamarnya. "K-kamu tinggal di tempat seperti ini?" tanya Ratu dengan netranya masih tertuju pada lemari plastik yang sudah tidak ada tutupnya. "Iya, Non. Saya cuma sanggup bayar kontrakan seperti ini." "Masuk sini, Non. Duduk dulu. Saya ke depan sebentar belikan Non minum." Setelah meletakkan tasnya di lantai, Sumi kembali keluar. Perlahan Ratu masuk. Sesaat ia menahan napas setiap tercium aroma tak sedap dari ruangan yang cukup lama ditinggalkan penghuninya itu. "Astagaaa! Ini nggak mungkin. Aku nggak mungkin sanggup tinggal di tempat seperti ini. Aku mau cari hotel aja. Ya, pasti ada hotel di sekitar sini." Ratu tidak ja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.