Share

Kembalinya Ayah Milik si Kembar
Kembalinya Ayah Milik si Kembar
Author: Charra Patta

1. Pertemuan Tidak Terduga

“Dasar gak profesional!”

Joanna menutup teleponnya dengan kesal, usai bengkel langgangannya menolak menangani mobilnya yang tiba-tiba mogok dan berasap di tengah jalan.

Tidak tahu ingin menghubungi siapa lagi, dia pun mencoba lagi dengan menyalakan kunci mobilnya, tetapi tetap tidak ada respon.

Lantas Joanna keluar dari mobil, dan membuka kap mesin mobilnya. Keluarlah asap dari mesin itu yang membuatnya terbatuk.

“Oh, Tuhan!” teriaknya kencang.

Joanna menelan kekecewaaan meski dirinya ingin menangis karena ia sama sekali tidak mengerti apapun mengenai mobil. Temannya yang dia mintai tolong pun tidak membalas. Satu-satunya solusi adalah dengan cara meminta tolong kepada pengendara mobil yang lewat. Wanita cantik itu mencoba melambaikan tangan, tetapi tidak ada satu pun mobil yang berhenti.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mendekat setelah dia melambai untuk yang kesekian kalinya, hingga tangannya terasa kebas. Pengemudi mobil sedan berwarna merah itu menepikan kendaraannya di depan mobil Joanna, sementara wanita berbaju formal itu menunggu si pemilik mobil sedan keluar.

“Nona, mobilnya kenapa?” tanya laki-laki itu. Joanna belum bisa melihat wajah laki-laki penolong tersebut karena terhalang oleh sinar matahari yang menyilaukan.

“Itu, ehm, mesin saya berasap,” jawab Joanna sedikit bingung karena dia tidak mengetahui kondisi mobilnya. “Saya tidak mengerti soal mesin. Boleh tolong Anda cekkan mesin mobil saya?”

“Oke, coba saya lihat dulu ya.” Lelaki itu beranjak untuk melihat keadaan mesin mobil Joanna.

Dia melepaskan jas dan menggulung lengan kemejanya sebelum memeriksa mesin tersebut. Sedangkan. Joanna menunggu sambil bersandar di sisi pintu mobilnya. Tak lama, laki-laki itu selesai memeriksa keadaan mesin mobilnya.

“Sepertinya harus dibawa ke bengkel, Nona. Menurut saya, kerusakannya sudah parah,” tutur pria tadi.

Kabar itu membuat Joanna semakin kesal, mengingat sebelumnya ia menerima penolakan dari bengkel yang biasa dia datangi. Wanita itu terduduk meratapi nasibnya.

“Ck, bengkel sialan itu!” Seketika Joanna kembali teringat kekesalannya pada bengkel langganan yang menolak teleponnya tadi. Wajahnya terus merengut, sembari terus melirik ke arah arloji di tangannya.

“Kalau Anda buru-buru, saya tidak keberatan membantu—"

Ucapan pria itu terhenti saat Joanna mendongakkan kepalanya.

Mata wanita itu terbelalak kaget saat menatap wajah yang sangat dikenalnya. Wajah pria yang selama ini sulit untuk dilupakan olehnya. Wajah dari seorang Lionel James Tanner.

‘Bagaimana mungkin dia ada di kota ini? Apa ini mimpi buruk?’ pikir Joanna panik. Joanna merasa seperti ditampar oleh masa lalu yang tak pernah dia harapkan kembali. Laki-laki itu telah sukses memberikannya rasa trauma dalam masalah percintaan.

Sementara yang terjadi kepada Lionel juga tidak berbeda jauh dengan Joanna. Pria itu juga terkejut melihat mantan kekasihnya itu berdiri di sana dengan tubuh yang lebih berisi dan lebih cantik.

Lionel menarik napas dalam-dalam saat dia kembali teringat akan beberapa kenangan mereka bersama sebelum Joanna menghilang.

Suatu kebetulan yang tidak menyenangkan karena mereka bertemu lagi saat Lionel baru saja tiba di Springham.

“Jo-joanna?!” Lionel menyebut nama terlarang itu lagi.

Mendengar pria itu memanggil namanya, Joanna tersadar dan mencoba menghilangkan keterkejutannya.

“Ja-jadi, mobilku harus dibawa ke bengkel ya?” balas Joanna untuk menutupi kegugupannya.

“Eh, maaf. Kalo kulihat sekilas tadi, ada kerusakan pada bagian radiator dan komponen mesinnya. Kusarankan untuk langsung ke bengkel saja,” jelas Lionel seraya mengalihkan pandangannya dari wanita itu untuk mengatur kembali detak jantungnya yang berpacu.

“Tadi aku sudah mencoba menelepon bengkel, tetapi mereka menolakku,” jawab Joanna tak acuh.

“Kamu sedang buru-buru?” tanya Lionel karena dia melihat wanita itu gelisah.

Joanna hampir saja keceplosan menjawab pertanyaan tersebut lalu dirinya tersadar bahwa dia tak perlu memberitahu kegiatannya pada pria itu. Lebih baik dirinya mencari taksi saja lalu nanti akan kembali dengan montir untuk mengambil mobilnya.

Wanita itu berjalan menjauh untuk menghubungi taksi, tetapi tangannya tertahan oleh genggaman tangan Lionel.

“Jo,” panggil Lionel yang merasa tidak dianggap. “Aku bisa membantumu. Kuantarkan kamu ke tempatmu bekerja atau ke manapun itu. Dan untuk urusan mobilmu akan kuminta bantuan asistenku untuk membawanya ke bengkel. Paling tidak kamu bisa fokus pada satu hal pagi ini.”

Lionel memberikan tawaran yang terdengar menarik untuk Joanna karena pagi ini dia sedang ada ujian kompetensi untuk naik level menjadi sekretaris direktur. Waktu yang dimilikinya hanya tinggal setengah jam untuk tiba di kantor.

Setelah berpikir sebentar, Joanna tergiur dengan tawaran pria itu. Dia terpaksa melakukannya. Jangan lupa untuk menggaris bawahi kata terpaksa karena keadaannya yang mendesak.

“Oke, aku akan ikut denganmu, tapi jangan mengambil kesempatan apa-apa.” Joanna menegaskan dari awal karena dia tidak ingin masa lalunya kembali terulang.

Wanita itu mengambil tas dan barang lain dari mobilnya. Tidak lupa juga ia mencabut kunci dan mengunci mobilnya dari dalam agar tidak ada kejadian apa pun. Dia memberikan motivasi terhadap dirinya sendiri agar tidak lagi terdistraksi oleh pria itu.

Lionel berdiri di samping pintu mobil dan ketika dilihat Joanna mendekat, dia membuka pintu pengemudi untuk masuk lebih dulu dan menunggu wanita itu menyusul. Lantas Lionel menjalankan mobil dan menjauh dari lokasi tersebut.

“Kantormu terletak di mana?” tanya Lionel.

“Di High Park Avenue.” Joanna menjawab singkat.

Perjalanan itu dipenuhi dengan keheningan di antara mereka. Joanna memilih untuk diam dan membiarkan kecanggungan tersebut berlangsung lebih lama karena pertemuan terakhir mereka tujuh tahun yang lalu berlangsung dalam kondisi yang tidak baik. Dia melirik arlojinya dan menelan ludah untuk bertahan tidak berbicara selama 15 menit ke depan.

Lionel ingin mencari topik pembicaraan agar mencairkan kecanggungan di antara mereka. Namun, dia menyerah karena sedari tadi setiap pertanyaan hanya dijawab singkat oleh Joanna atau bahkan tidak ditanggapi sama sekali. Lima belas menit yang menyiksa itu berakhir ketika Lionel memarkirkan mobilnya di sebuah bangunan. Joanna segera keluar dari mobil pria itu.

“Jo,” panggil Lionel setelah Joanna menutup pintunya dan dia membuka jendela.

Wanita itu menoleh saat mendengar namanya dipanggil dan otomatis menyahut, “Ya?”

“Tinggalkan kunci mobil dan nomor ponselmu. Aku akan mengurus mobilmu,” pinta Lionel.

Joanna terlihat kesal dengan sikap Lionel yang sok perhatian seperti itu. Akan tetapi, entah mengapa dia tetap melakukan apa yang pria itu minta. Dia mengambil kunci mobil dan kartu namanya, lalu memberikannya kepada lelaki yang sudah membantunya itu. Joanna segera berlari meninggalkan Lionel ketika waktu yang tersisa kurang dari 10 menit.

Dia masih sempat melihat pria itu pergi dengan membawa mobil menjauh dari gedung tempatnya berada. Kemudian Joanna kembali bergegas masuk untuk mengikuti ujian kompetensi.

Seraya duduk di kursinya, Joanna mendesah lelah, dan bergumam sendiri, “Kenapa aku harus ketemu lagi denganmu lagi, Lio?”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status