Sebelum kepergiannya, ayah Hanasta berpesan bahwa apa pun yang terjadi, gadis itu tidak akan pulang ke negaranya sebelum kuliahnya selesai. Hanasta menyanggupi itu, tapi pada suatu hari, melalui telepon, beberapa orang menyergap ayahnya dan memukulinya. Sejak saat itu, ia terputus hubungan dengan ayahnya. Bahkan, ketika pulang, ayahnya dinyatakan hilang. Sampai pada akhirnya, teman ayahnya mengabarkan bahwa ayahnya berada dalam penguasaan seorang bos jahat, Zan. Dengan segala cara Hanasta bertekad membebaskan ayahnya. Tapi, perlawanan Hanasta justru membuat Zan terpikat. Mampukah Hanasta menaklukan Zan?
Lihat lebih banyakZan memukul meja dengan pelan.Dengan apa yang sudah ia perkirakan itu, ia hanya bisa menghela napas dalam.“Ck ... ck,” decak Max seraya menggeleng-nggelengkan kepala.Zan setelah beberapa saat diam. “Tampilkan rekaman kecelakaan di persimpangan Hotel Majestic dalam satu layar!”Layar terbagi menjadi dua. Layar pertama berhenti pada saat laki-laki muda keluar dari mobil di halaman Blue Mansion.Kemudian, layar kedua menampilkan kecelakaan yang dialami mobil yang membawa Hana dan ayahnya.“Perbesar!” seru Zan dengan cepat ketika layar menampilkan dua orang yang keluar dari bangku kemudi mobil yang terbalik itu.Dari dua orang itu, dia mengenali Dans, tapi seorang yang baru keluar dari kursi kemudi itu-“Hentikan!” perintah Zan cepat.Layar berhenti ketika laki-laki yang keluar dari kursi kemudi itu berjalan ke sisi lain mobil.Kedua layar yang terbagi dua itu berhenti dengan menampilkan sesosok laki-laki yang serupa.“Ah ... kenapa aku bisa melewatkan ini?” sesal Zan lirih.“Wah! Itu
Zan dan sepasang laki-laki dan perempuan itu melihat Theo yang berlari menuju sepeda motor roda tiganya. Ia melepas bak besi di samping sepeda motor dan melarikan sepeda motor itu ke arah lain.Dan tiba-tiba-“Dor!”“Dor!”“Aa!” seru wanita yang duduk di samping Zan tertahan. “Theo!” serunya lirih.“Theo sangat cerdik, aku yakin ia akan berhasil lolos dari kejaran orang-orang itu.” Laki-laki yang duduk di samping kemudia berusaha menenangkan wanita itu.Mereka diam sampai ketika suara-suara bising itu menjauh, laki-laki yang berada di belakang kemudi itu memacu mobil itu ke arah lain.Dalam waktu dekat, mobil yang membawa Zan sudah berada jauh dari lokasi.“Kalian bisa bernapas sekarang!” celetuk laki-laki yang berada di belakang kemudi.“Ah ....” Wanita yang berada di samping Zan menghela napas lega. Lalu, ia memeluk Zan. “Theo pasti sudah mengatakan nama kami. Aku Alicia Porter dan itu suamiku Ryan Porter. Kita akan hidup di tempat yang jauh dari jangkauan mereka Zan.”Zan mendongak
Zan berjalan mendahului Max dan berhenti di samping Leo. “Biar aku saja yang membawa mamamu.” Lalu, ia mengambil alih kursi roda itu.Leo menyerahkannya dan berjalan di belakang Zan.Mereka memasuki area pemakaman, sedangkan orang-orang The Bodyguard yang keluar dari mobil-mobil yang lain terlihat berjaga-jaga di sana.Seorang penjaga makam menyambut keempat orang yang baru masuk ke area pemakaman itu. Laki-laki kurus itu menuntun keempat itu ke sebuah nisan yang berada di sudut pemakaman.Zan menahan sesak di dada ketika melihat nama Theo di nisan itu.“Bisakah kita menambahkan nama Ducan di nisan itu?” Max merasakan hal yang sama.“Terima kasih, Max,” ucap mama Leo lirih.Leo duduk bersila di depan Nisan. Ia menunduk sedih.Melihat itu, Zan merasa seperti terlempar pada masa ketika ia kecil waktu itu. Ingatannya tak lagi bisa dibendung untuk nggak menampilkan satu momen yang sebenarnya sama sekali nggak ingin ia ingat.“Melanie!” Zan yang sedang bermain dengan gadis kecil itu menang
“Buka!” pinta Max terburu.Zan segera membuka telepon genggam dimana banyak notifikasi menyembul di bagian atas layar.Ujung jari Zan menyentuh salah satu dari notifikasi-notifikasi itu. Dan sebuah berita di internet yang pengunjungnya sedang meledak terpampang di layar.“Artis cantik Melanie Ann Van Deen telah menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi seorang gadis.”“Upaya pembunuhan di The Ancient Athena Hotel terungkap.”Zan membaca judul-judul serupa dengan panik. Lalu, ia menggulung layar dan membaca komentar-komentar dari netizen.“Kita nggak bisa membiarkan uang berada di atas hukum! Pihak berwajib harus segera menindak ini!”“Nggak bisa dong mentang-mantang kaya!”“Salah gadis ini apa? Kenapa ia harus dibunuh?”“Kecemburuan bisa menjadi sebab orang ingin membunuh.”“Untung saja pembunuh bayaran dan dalangnya tertangkap-”“Ha?!” Zan berhenti membaca. Ia kembali menggulung layar untuk mencari sumber dari komentar terakhir yang ia baca.Dan menemukan satu video yang disematkan d
Teriakan Max membuat Zan sadar atas kelengahannya. Tapi, di posisinya ia nggak bisa berbuat banyak.Pandangan matanya yang sedang terfokus ke arah Hana dan tangannya yang hendak meraih gadis itu membuat gerakannya terbatas dalam waktu yang sangat genting itu.Tapi, mendadak ia melihat gelang yang ada di tangan Hana.Dengan cepat Zan mengambil tangan Hana, di detik yang sama ia menyambar tangan Zara. Lalu, ia melekatkan gelang di tangan gadis itu dengan punggung tangan Zara.Dan-“Aaa.”“Ting!”Zara menjerit kesakitan ketika mendadak merasa aliran listri membanjiri tubuhnya. Dan pisau di tangannya terjatuh, benda tajam itu berdenting ketika menabrak lantai.“Zara!” Kini giliran Melanie yang berteriak ketika melihat tubuh Zara kesakitan. “Zan, hentikan!”Tapi, Zan tak menghiraukan itu.Beberapa langkah masuk ke ruangan itu dengan langkah-langkah tergesa.“Bos.” Seorang di antaranya berhenti di dekat Zan.“Bawa keduanya ke The Bodyguard!” perintah Zan seraya menjauhkan tangan Hana dari t
“Kalau ini memang hari terakhirku, aku rela. Yang penting rencanaku berhasil,” ucap Hana dalam hati.Detik itu juga kenangan ketika ia masih kecil terbayang.Hana ingat satu momen di mana ia begitu bahagia ketika ayahnya menjemputnya di sekolah ketika itu. “Mungkin ayah akan menyambutku seperti itu ketika aku mati nanti dan juga Hans,” ucapnya dalam hati.“Tunggu!”Tiba-tiba suara perempuan terdengar.Hana tersenyum di tengah kesakitannya ketika mengenali siapa yang datang untuk menahan eksekusi terhadap dirinya.“Sret!”Gadis itu mendengar bilau pisau di ujung sepatu itu bergerak. Ia mengira bahwa bilah pisau itu kembali dimasukan ke tempatnya. Tapi-“Buk!”“Agh!”Hana mengerang ketika setelah itu sebuah tendangan keras menghantam ulu hatinya.Tubuhnya bergeser beberapa inci ke belakang karena tendangan itu.Rasa sakit itu membuat Hana makin lemah.Lalu, ia mendengar suara ketukan sepatu bertumit tinggi yang mengetuk-ngetuk lantai, suara itu sedikit menimbulkan gema di ruangan yang l
“Ah ....” Hana mengeliat.Lalu, ia mengambil remote control di atas nakas dan menekan satu tombolnya. Tirai jendela besar di salah satu dinding kamar itu bergerak pelan.Sinar matahari yang seketika membanjiri ruangan membuat kamar hotel mewah itu terang benderang. Ujung sinar matahari itu pelan-pelan menghangatkan permukaan ranjang empuk itu.“Ternyata sudah siang.” Gadis itu kembali teringat bagaimana semalam ia susah tidur karena memikirkan apa yang telah ia lakukan untuk Zan pada makan malam itu. Juga, perlakuan-perlakuan lembut Zan yang selama ini diterimanya.Ia menatap langit-langit dan kemudian mengembuskan napas panjang. “Beginilah perempuan, bisa jatuh cinta ketika jauh,” gumamnya lirih.Lalu, ia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas setelah bangun tidur dan beberapa saat kemudian ia keluar dari kamar menuju Aphrodite Restaurant. Ia membawa sebuah kamera.Hana mengecek earpiece berbentuk bintang di telinganya dan menutup benda kecil itu dengan topi baret yang dim
“Eh! Tunggu!” Dengan cepat Max mengambil telepon genggamnya. “Apa milikku juga kembali?”“Jangan mimpi!” sahut Zan cepat.Dan Max kecewa ketika ucapan Zan itu terbukti. Hasil pengecekan di layar telepon genggam itu masih belum menunjukan perubahan.“Jadi, ini kejanggalan itu. Hanya aset milik Melanie yang kembali seperti semula. Dan hanya dia yang kembali bisa beraktivitas seperti sebelumnya,” ungkap Max kesal.“Bukan hanya itu,” timpal Zan dengan cepat. Lalu, ia diam sejenak. “Sambungkan dengan manajer Melanie!”Dengan cepat Max melakukan perintah Zan. Lalu, ia meletakan telepon genggamnya di atas meja setelah menekan tombol speaker-nya.“Halo.” Suara seorang laki-laki terdengar.“Zan ingin bicara.” Max membuka percakapan.“Bagaimana akhirnya Kamu bisa menjemput Melanie dan membuatnya kembali di karir keartisannya?” tanya Zan tergesa.“Gosip-gosip yang membicarakan keterlibatannya dengan bisnis papanya mereda. Tak lama dari itu, semua miliknya kembali bisa diakses. Dan aku juga menda
Hana tersenyum penuh arti ketika berjalan meninggalkan Zan dan Melanie.Ia berhenti di satu sudut restoran itu dan berbalik memperhatikan sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang bersitegang karena ulahnya.Gadis itu menekan earpiece berbentuk bintang berkilau yang ada di telinganya. “Misi selesai.”Seketika suara tertawa riang Xenon terdengar. “Wuu! Keren banget! Aku nggak bisa membayangkan jika aku menjadi pemilik Teta Tech itu.”“Kenapa?” Hana terus melayangkan pandangannya ke arah meja yang baru saja ia tinggalkan.“Apa rasanya ketika gadis yang kita sukai tiba-tiba menggenggam tangan kita dan mengatakan bahwa ia menyukai kita?” jelas Xenon riang.Hana mengernyit. “Tapi ... benarkah Ducan yang itu menyukaiku?” Ia ragu.“Hm, aku laki-laki, dari caranya menatapmu saja sudah ketahuan jika dia ada hati untukmu,” balas Xenon tanpa ragu.“Begitu?” Tapi, keraguan di hati gadis itu tak terkikis. “Ah, Xenon, kita harus pikirkan apa yang lebih penting.”“Siap!” balas Xenon cepat.“Aku a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.