Share

Bab 6. Terasa lebih sulit

Untungnya, Poppy bisa mengendalikan diri!

Sudah dua jam, perempuan itu memijat Ezra.

Hal itu jelas membuat kakinya pegal dan kesemutan.

Ia pun menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan sambil memegang tengkuk untuk meregangkan lehernya yang sekarang terasa pegal.  

Hanya saja, Ezra yang merasa tak ada pijatan pun menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik.

“Apa yang kau lakukan? Lanjutkan,” perintah Ezra dengan dingin.

Buru-buru wanita itu kembali memijat pundak Ezra.

“Aku tidak merasakan apa pun dari pijatanmu. Sebenarnya kau bisa melakukannya atau tidak?”

“Maaf, Pak. Jika diizinkan saya ingin minum,” ujar Poppy mencoba menawar.

“Tidak ada, aku saja tidak minum sejak tadi.”

Poppy hanya bisa pasrah melakukan perintah Ezra. Wanita itu beberapa kali melihat jam pada monitor yang ada di depannya. Ia kembali mendesah karena jam pulang kantor sudah satu jam berlalu, tetapi Ezra belum menyuruhnya untuk berhenti.

“Kau sedang apa? Jangan coba-coba untuk mengintip dan menyabotase proyek yang sedang kukerjakan.”

 “Saya hanya melihat jam, Pak. Tidak lebih,” jawab Poppy menahan kesal karena Ezra malah memfitnahnya.

“Kenapa? Kau ingin pulang?”

“Tentu saja! Ini sudah lebih dari satu jam dari bubaran kantor. Harusnya yang saya lakukan sekarang dihitung lembur.”

Ezra tersenyum miring mendengar Poppy melawannya. “Tentu saja, aku tidak sekejam itu untuk mempekerjakan karyawan rendahan sepertimu tanpa bayaran.”

Harusnya Poppy sakit hati karena Ezra yang menghinanya, tetapi wanita itu memilih untuk mengabaikan dan mengambil keuntungan dari ucapan tersebut. “Jadi ini dihitung lembur, Pak?”

“Hemm,” sahut Ezra membenarkan.

“Baiklah, jika perhitungannya pasti saya akan lebih bersemangat melakukannya.”

Poppy lantas kembali memijat pundak Ezra dengan sungguh-sungguh.

Ezra kembali tersenyum miring. “Sebenarnya apa rencanamu? Menjeratku dengan berpura-pura jadi karyawan rajin, hemm?”

Gerakan tangan Poppy berhenti. “Bapak bisa berpikir apapun tentang saya, saya tidak peduli.”

Jawaban itu jelas tidak memuaskan Ezra. Namun, pria itu memilih untuk tidak bertanya lagi. “Jika itu keinginanmu, maka aku akan mengikuti maumu.”

Poppy tidak menyahut dan memilih memijat lagi.

Hanya saja, Ezra tiba-tiba memintanya untuk berhenti. “Apa tugas saya untuk hari ini sudah selesai, Pak?” tanya Poppy penuh harap.

Dengan tegas, pria itu menggeleng. “Sekarang kau pijat kakiku,” perintah Ezra.

Pria itu menarik mundur kursi yang diduduki agar Poppy bisa dengan mudah memijatnya. “Lakukanlah!”

“Baik, Pak.”

Dengan perasaan enggan, Poppy berjongkok kemudian mulai memijat kaki Ezra.

“Berhenti,” perintah Ezra tiba-tiba, “pijatanmu tidak enak. Pulanglah!”

Meski sebal, tapi Poppy senang karena akhirnya ia bisa pulang. “Terima kasih, Pak.”

“Hemm….”

Dehaman Ezra dianggapnya sebagai izin. Poppy lantas pergi dari sana.

Koridor sudah sepi karena para karyawan sudah pulang dari dua jam yang lalu.

Ia pun tiba di rumah sewa dengan menggunakan bus.

“Aah … melelahkan sekali hari ini,” keluh Poppy sambil melepaskan satu per satu kancing kemeja yang dikenakannya. 

Wanita itu masuk ke kamar mandi kemudian membersihkan diri.

Begitu selesai, ia berniat ke dapur.

Namun, niatnya urung kala melihat ponselnya menyala.

Ada sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. Pasalnya itu merupakan ponsel baru yang dibelikan Belinda.  

[ Besok sebelum jam 7 pagi kau harus sudah ada di apartemenku. ]

“Ck! Nomor iseng dari mana,” gumamnya memilih mengabaikan.

Poppy lantas menyimpan ponselnya, tetapi pesan dari nomor tersebut kembali masuk.

Karena penasaran, Poppy kembali membaca isi pesannya.

[ Berani mengabaikan perintahku, kau tau akibatnya. ]

Mata Poppy melebar ketika menyadari jika kemungkinan itu Ezra.

Benar saja, ponselnya tiba-tiba sudah berdering. Begitu diangkat, Ezra sudah menyercanya, “Kenapa lama sekali? Kau tidak lupa jika waktuku sangat berharga bukan?”

Poppy langsung menjauhkan ponselnya karena tidak ingin telinganya sakit karena omelan pria itu.

“Maaf, Pak, saya kira orang iseng,” ucap Poppy membuat Ezra tidak terima.

“Ck! Kau pikir aku tidak memiliki pekerjaan untuk mengganggumu, hemm?”

“Tidak, Pak. Em … tapi saya cukup heran karena Anda tiba-tiba menghubungi saya.”

“Aku memberimu perintah, kau harus melakukannya.”

“Tapi, Pak … perintah yang Anda berikan di luar jam kerja. Jadi saya tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya.”

Terdengar dengkusan kasar dari seberang sana setelah Poppy selesai bicara.

“Jangan banyak membantah jika tidak ingin dipecat! Lagi pula apa kau lupa dengan isi kontrak yang kau tandatangani tadi, hemm? Kau harus melakukan semua perintahku.”

Ezra memberikan penekanan saat bicara di ujung kalimat.

Mendengarnya, Poppy lantas mendesah karena tidak mampu menolak.

Sebelum menandatangani kontrak seharusnya ia tahu konsekuensinya apa.

Hanya saja, Poppy tidak berpikir jika Ezra akan melakukan hal berlebihan seperti ini.

“Baik, Pak,” ucap perempuan itu pada akhirnya.

“Bagus!” cetus Ezra kemudian mematikan teleponnya.

Setelah panggilan telepon dimatikan Poppy mendengus sambil menatap layar ponselnya yang mati.

Hanya saja, beberapa saat kemudian, ia menyadari sesuatu. “Oh astaga … aku bahkan tidak tau di mana apartemennya. Bagaimana bisa aku ke sana?” keluhnya merutuki kebodohannya.

Tidak memiliki pilihan, Poppy terpaksa menghubungi Ezra.

Hanya membutuhkan dering ketiga panggilan sudah tersambung.

“Sudah kuduga, kau akan mengganggu setelah mengetahui nomor ponselku.” Ezra berkata begitu percaya diri membuat Poppy memutar bola matanya malas.

Andai tidak memiliki urusan, tentu saja Poppy tidak sudi untuk menghubungi Ezra terlebih dahulu. “Mohon maaf, Pak, saya melupakan sesuatu.”

“Apa?”

“Alamat apartemen Anda, saya belum mengetahuinya.”

Ezra yang ada di seberang sana tersenyum miring mendengarnya. “Kau tidak perlu berpura-pura, Poppy. Aku tau sebenarnya kau mengetahui di mana aku tinggal sekarang.”

“Sungguh, saya tidak mengetahuinya, Pak.”

“Mana mungkin! Sebelum terjun untuk mendapatkanku kembali, kau pasti sudah mencari tahu lebih dulu tentangku.”

Poppy mengusap wajahnya kasar karena mendapatkan tuduhan tidak berdasar dari Ezra. “Saya benar-benar tidak mengetahuinya, Pak! Jika Anda tidak memberitahu, maka saya tidak akan ke sana.”

"Kenapa jadi kau yang mengancam?"

"Karena itu, beritahu saya alamatnya, Pak," balas Poppy cepat.

“Baiklah, anggap saja aku tidak mengetahui rencanamu,” ujarnya kemudian memberitahu alamat apartemen.

“Sekali lagi aku ingatkan, jangan terlambat!” Setelah memberikan peringatan, Ezra memutus panggilan secara sepihak.

Poppy geleng-geleng menyadari Ezra yang selalu menuduhnya. 

“Ck! Kenapa kesialan begitu betah tinggal bersamaku?” keluh Poppy.

Tiba-tiba, ia membayangkan jika hari-harinya ke depan akan terasa lebih sulit. “Aah … apa aku harus melakukan ritual mandi kembang agar kesialan pergi dariku, ya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status