Share

Sisi Lain Rehan

“Kenapa? Takut?” tanya Rehan seraya terus mengikis jarak diantara mereka.

“Please Kak, seluruh tubuhku masih sakit Kak,” tangisnya.

Bukannya memukul seperti yang Leona bayangkan, tiba tiba saja, Rehan memeluk tubuh Leona. Dia juga membelai rambut Leona.

“Sekarang kamu minum obat ini, besok, kamu sudah harus sembuh, karena jika tidak, maka aku akan membuat lebih banyak lagi cambukan di tubuhmu,” titah Rehan.

Leona bernafas lega karena Rehan tidak kembali memukulnya. Dia juga bingung dengan sifat Rehan sekarang ini. Kenapa dia menjadi baik? Apa dia punya dua kepribadian, pikirnya.

Tak ingin dipukuli lagi, Leona segera memakan sarapan yang dibawa Bibi tadi, kemudian meminum obat yang diberikan oleh Rehan.

Rehan tersenyum puas saat Leona telah meminum obatnya. Entah obat apa itu, hanya dia yang tahu.

Sorenya, tubuh Leona sudah lebih baik, rasa sakit di tubuhnya berangsur menghilang. Bekas lukanya juga tak terasa perih jika dipegang. Leona sudah bisa mandi sore ini. Sepertinya obat yang diberikan oleh Rehan benar benar manjur.

Melihat majikannya sudah terlihat segar, Bibi tersenyum bahagia. “Sudah enakan Non?” tanyanya.

“Alhamdulillah Bi, berkat obat yang Kak Rehan kasih tadi,” jawab Leona.

“Syukurlah, Bibi ikut senang. Ini makan malamnya Bibi taruh disini ya Non,” ujarnya.

“Terima kasih ya Bi. Ohh iya, dimana Kak Rehan?” tanya Leona.

“Tuan tadi pergi Non, sepertinya keluar kota. Soalnya tadi bawa koper segala,” jawab Bibi.

“Apa Non tidak diberitahu?” tanyanya.

Leona hanya menggeleng, meski sedih karena suaminya pergi tanpa pamit, tapi ada rasa lega juga di hatinya. Setidaknya dengan kepergian suaminya, dia tidak akan dipukuli lagi bukan, begitu pikirnya.

Esoknya, karena tubuhnya sudah membaik. Leona membantu Bibi menyiram tanaman. Dia bosan jika hanya berdiam diri di kamar.

Di sebuah hotel ternama

“Bagaimana sayang, apa kamu sudah menyiksanya?” tanya seorang wanita seksi yang kini duduk di pangkuan Rehan.

“Sudah sayang, sesuai keinginanmu,” jawab Rehan seraya mengusap punggung kekasihnya.

“Sayang, kapan kamu akan menceraikannya?” tanya Keysa yang saat ini menjadi kekasih Rehan.

“Sabar sayang, semua ada waktunya,” jawab Rehan yang tangannya mulai kesana kemari.

“Sayang, tidak bisakah kita menikah saja. Aku rela menjadi istri kedua asalkan tetap bersamamu,” pinta Keysa.

“Aku masih belum puas menyiksanya sayang. Aku harus membuat dia menangis darah karena memintaku menikahinya. Barulah setelah itu aku akan menceraikannya dan kita menikah,” sahut Rehan.

“Berapa lama lagi sayang?” tanya Keysa seraya memainkan jarinya didada sang kekasih.

“Tidak lama, tunggu sebentar lagi,” jawab Rehan kemudian menangkap tangan sang kekasih.

“Karena kamu sudah mulai nakal, kamu harus dihukum,” lanjutnya.

Mereka pun melakukan olah raga malam. Hingga 2 jam lamanya, mereka beradu peluh. Namun Rehan tidak ada tanda tanda untuk mengakhirinya.

Entah kenapa, ada rasa hambar yang Rehan rasakan ketika bersama Keysa sekarang. Hingga terlintas wajah menggemaskan Leona saat memakai lingeri kemaren malam, membuat dia akhirnya bisa menuntaskan permainannya.

“Ada apa denganku? Kenapa aku jadi membayangkan wajahnya saat bersama Keysa? Pasti ada yang tidak beres di pikiranku. Besok, aku akan memeriksakannya ke Dokter,” batinnya.

Pasangan itu pun tidur dalam satu selimut karena kelelahan. Esoknya, saat Keysa bangun, dia sudah tidak melihat kekasihnya. Entah sejak kapan Rehan pergi meninggalkannya.

“Dimana dia? Selalu saja begini, sudah seperti wanita malam saja diriku ini. Ditinggalkan setelah dipakai,” gumamnya.

Keysa lalu masuk ke dalam kamar mandi. Dia membasahi tubuhnya dengan air. Sepertinya, dia harus membuat Rehan secepatnya menceraikan wanita itu dan menikahinya seperti rencana awal mereka.

Keysa lalu mengusap perutnya, jika dia tidak bisa membuat Rehan menghamilinya, dia akan menyuruh orang lain untuk menghamilinya, tercipta senyuman licik di bibir wanita seksi itu.

Di Mansion Rehan

Leona yang merasa tubuhnya sudah sehat ingin berjalan jalan. Dia bosan berada di rumah terus selama dua hari ini.

“Bi, mau nggak menemaniku makan di restoran? Tiba tiba, aku ingin makan sushi,” tanyanya.

“Boleh Non,” jawab Bibi.

Leona kali ini menggunakan dress pendek selutut tanpa lengan, dengan hiasan pita di dadanya. Dia juga memoleskan sedikit riasan membuat dia terlihat lebih cantik dan segar.

Hari ini, Rehan ada operasi dadakan, maka dari itu, pagi pagi sekali, dia sudah meninggalkan hotel. Selesai operasi, kepala rumah sakit mengajaknya makan siang di sebuah restoran Jepang. Entah kebetulan atau memang jodoh. Dia melihat sang istri tengah berjalan memasuki restoran ditemani oleh ART nya.

“Darimana dia? Kenapa pergi tidak bilang padaku? Dan lihat pakaiannya seperti wanita penggoda saja,” gerutu Rehan dalam hati.

Padahal, Leona hanya berpakaian biasa saja. Rehan saja yang terlalu berlebihan.

Mata dan pikirannya tidak lagi fokus pada ucapan kepala rumah sakit soal project baru mereka. Pandangannya hanya satu pada apa yang dilakukan oleh istrinya disana.

Leona tidak sadar, jika saat ini suaminya tengah menatapnya penuh amarah. Sepertinya, malam ini, dia akan mendapat hukuman dari sang suami.

Rehan tidak mungkin menghampiri istrinya, karena Bosnya masih belum selesai bicara. Dia hanya bisa memandanginya saja.

Leona duduk agak berjauhan dengan Rehan, membuat dia tak tahu jika sang suami juga ada disana.

“Bibi mau pesan apa? Biar aku traktir,” ujar Leona.

“Samakan aja dengan punya Non. Bibi tidak mengerti makanan beginian,” ujarnya.

Leona mengangguk. Dia lalu memesan sushi, ramen dan juga misou soup. Belum juga makanannya datang, Leona disapa oleh seorang pria.

“Hai cantik,” sapanya.

“Kak Andrew!” seru Leona.

Mereka pun berpelukan bersama.

“Duduk Kak,” ujar Leona.

“Terima kasih,” sahutnya.

“Bi, kenalin, ini Kak Andrew, dia adalah sepupu Leona yang baru saja pulang dari Luar Negeri,” terang Leona.

Andrew tersenyum sekilas pada Bibi. Kemudian kembali menatap wajah cantik Leona.

“Bagaimana kabarmu?” tanyanya.

“Seperti yang Kakak lihat, tidak ada yang berubah dalam diriku,” jawab Leona.

“Tidak, bagiku kamu terlihat lebih cantik sekarang,” puji Andrew yang membuat wajah Leona bersemu merah.

“Kak Andrew bisa aja,” ujar Leona malu malu.

Makanan mereka pun datang, karena Andrew belum memesan, akhirnya, Leona memberikan sushinya pada Andrew, sementara dia akan makan misou soup saja.

“Ayo dimakan Kak, Bi,” ajaknya.

Mereka pun makan bersama, di tengah tengah makan, Andrew teringat, kalau Leon paling suka makan sushi.

“Leona, bukannya sushi adalah makanan kesukaanmu?” tanya Andrew.

“Iya Kak, kenapa memangnya?” Leona balik bertanya.

“Kenapa malah kamu berikan padaku?” tanyanya.

“Tidak apa, Kak Andrew kan juga suka sushi,” jawab Leona.

“Wah, ternyata kamu masih ingat juga kesukaanku. Nah biar adil, kita makan berdua aja. Ayo, aku suapin,” ujar Andrew.

Leona pun membuka mulutnya sambil tersenyum. Mereka tidak tahu jika ada sepasang mata yang ingin membunuh keduanya.

Begitu meeting selesai, Rehan langsung mendatangi istrinya.

“Sayang, siapa dia? Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau mau makan disini?” ucap Rehan penuh penekanan.

Tubuh Leona mendadak limbung. Wajahnya pucat pasi. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan suaminya disini.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
rehan udah mulai ada rasa sama leona. semoga nanti leona nggak dapet hukuman
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
rehan sepertinya udah mulai jatuh cinta kepada leona.hanya saja gengsi mengakuinya
goodnovel comment avatar
Liya liyana
Kaya nya lama lama rehan jadi jatuh cinta sama liona
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status