Rehan, terpaksa menikahi Leona, gadis lumpuh akibat kelalaiannya. Mungkin bukan sepenuhnya salah Rehan, karena dia sudah melakukan prosedur sesuai dengan SOP kedokteran.
Namun gadis itu tetap menuntut tanggung jawab dia sebagai Dokter untuk menikahinya. Atau kalau tidak, dia akan dituntut oleh keluarga Leona. Akhirnya, pernikahan itu pun terjadi dengan perjanjian, kalau Rehan akan menceraikan Leona satu tahun setelah mereka menikah.Awalnya, Papa Leona merasa keberatan dengan perjanjian itu, tapi Leona memaksa karena dia yakin, dia bisa membuat Rehan jatuh cinta padanya sehingga perceraian itu tidak pernah terjadi.Begitu kata “sah” terucap dari para saksi. Rehan langsung memboyong istrinya untuk tinggal di rumah yang dia sediakan.Dia sudah mempunyai rencana yang bagus untuk istrinya, dan dia tidak mungkin melakukannya jika mereka berada di rumah Papa dan Mama Leona.Sampai di rumah mewahnya, Rehan langsung meninggalkan Leona. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya.Leona turun dari mobil dibantu oleh ART suaminya. “Mari Non, saya bantu,” ujarnya.“Terima kasih Bi,” sahut Leona.Leona ditempatkan di kamar bawah, karena kondisinya yang tidak mungkin naik turun tangga. Apalagi Rehan juga tidak sudi sekamar dengan wanita yang sudah menjebaknya. Kamar Rehan sendiri ada di atas.Pukul 12 malam, Rehan baru selesai dengan kerjaannya. Dia lalu memasuki kamar istrinya.“Bangun,” sentaknya.Mendengar bentakan suaminya, Leona pun membuka matanya. “Ada apa Kak? Apa Kakak butuh sesuatu?” tanya Leona sambil mengucek matanya.“Pakai ini,” titahnya seraya melempar paper bag di pangkuannya.“Apa ini Kak?” tanyanya.“Tidak usah banyak tanya, pakai aja,” jawabnya.Leona lalu menggeser tubuhnya ke arah kursi roda, dia pun pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Sampai di kamar mandi, rasa takut mulai mendera.Suaminya memberikan sebuah lingeri warna hitam yang mungkin bagi wanita lain suka memakainya, tapi tidak dengan Leona. Dia merasa risih memakai baju kekurangan bahan itu. Apalagi dengan kondisinya yang hanya bisa duduk di kursi roda.Pada akhirnya, Leona keluar. Rehan menatap istrinya seperti singa yang kelaparan.Rehan menggendong Leona ke atas ranjang. Dia pun melepas sabuknya. Leona berpikir, suaminya akan meminta haknya malam ini, tapi ternyata dia salah. Rehan malah memukul kaki, tangan dan juga tubuh Leona dengan ikat pingangnya tadi.“Kak, ampun Kak, apa salahku, kenapa Kakak memukulku. Ampun Kak,” tangis Leona.“Salahmu adalah memaksaku untuk menikahimu, maka dari itu inilah balasannya,” ujar Rehan seraya kembali melayangkan sabuk hitam itu pada tubuh Leona.“Sakit Kak, tolong hentikan, Kakak boleh menceraikanku, asal jangan pukuli Leona Kak,” racaunya dalam tangis.“Terlambat, dari awal aku sudah memintamu untuk melepaskanku. Tapi apa! Kamu malah menyuruh Papa kamu melaporkanku pada polisi,” geram Rehan.“Kak, please Kak, hentikan aku tidak sanggup lagi Kak,” dan akhirnya gadis itu tak sadarkan diri.Rehan menghentikan cambukannya. Dia menatap sinis wajah Leona yang penuh dengan air mata.“Heh, baru segitu aja udah pingsan, cemen banget sih,” gerutunya.Rehan lalu berteriak memanggil ARTnya, “Bibii.”“Ya Tuan,” jawab Bibi sambil berlari tergopoh gopoh.“Ambil salep di kotak obat, lalu kamu obati dia,” titahnya.Bibi melihat keadaan Nyonyanya. Kemudian berlari melakukan apa yang disuruh oleh Tuannya. Dia pun mengambil air hangat dan juga kotak obat itu.Bibi mulai membersihkan luka bekas cambukan itu dengan air hangat. Setelah tidak ada bekas da*ah, Bibi pun mengoleskan salep untuk mengurangi rasa sakit dan perih.Setelah melakukan tugasnya, Bibi lalu menutupi tubuh majikannya dengan selimut. Karena tidak ingin mengganggu tidurnya, Bibi pun keluar dari kamar itu.Keesokannya, Leona terbangun, dia merasa sekujur tubuhnya sakit semua. Dia bahkan tidak sanggup menggeser tubuhnya, sedangkan dia sudah tidak tahan untuk buang air kecil.Leona pun berteriak memanggil ART disana. “Bibiii.”Mendengar suara teriakan majikannya membuat ART bertubuh tambun itu lari tergopoh gopoh.“Ya Non,” jawab Bibi.“Bi tolong bantu aku ke kamar mandi aku tidak sanggup bergerak Bi,” keluhnya.Bibi lalu menggendong tubuh majikannya ke dalam kamar mandi. Untungnya, badan majikannya ramping, kalau badannya seperti dia, tidak akan ada yang sanggup menggendongnya.“Nanti kalau sudah selesai, Nona panggil Bibi lagi aja,” ujarnya.“Makasih Bi,” balas Leona.Setelah selesai dengan hajatnya, Leona sebenarnya ingin mandi, tapi ketika lukanya terkena air, rasa perih dan sakit tak sanggup dia tahan.Leona lalu memanggil Bibi kembali. Dia mengurungkan mandinya. Wanita cantik itu kembali digendong oleh Bibi kembali ke kamar.“Non, butuh apa lagi?” tanya Bibi.“Ambilkan pakaian Bi, saya mau ganti baju,” titahnya.“Baik Non,” ujar Bibi.Setelah memakai pakaiannya, Leona ingin merebahkan tubuhnya, tapi dia tidak sanggup menahan sakit, karena lukanya berada di sekujur punggung, tangan dan kakinya.Bibi datang kembali membawakan Leona makanan, tapi, ketika akan menyuapi sang majikan, Rehan datang dan mengusir Bibi.“Pergi, dan taruh makanan itu di meja,” bentaknya.Karena takut dengan sang majikan, Bibi akhirnya menuruti perintahnya. Meski kasihan dengan kondisi Leona, tapi dia tidak berani memberontak. Bibi berharap Leona sanggup menaklukkan sang Tuan Besar sehingga wanita malang itu tidak akan terus disiksa olehnya.Leona memandang Rehan ketakutan, “Kak, jangan pukul aku lagi. Luka yang kemaren masih belum sembuh Kak, aku mohon,” ibanya.Sementara Rehan, dia tak menggubris ucapan Leona. Lelaki itu terus mendekat dengan senyuman licik.“Kenapa? Takut?” tanya Rehan seraya terus mengikis jarak diantara mereka.“Please Kak, seluruh tubuhku masih sakit Kak,” tangisnya.Bukannya memukul seperti yang Leona bayangkan, tiba tiba saja, Rehan memeluk tubuh Leona. Dia juga membelai rambut Leona.“Sekarang kamu minum obat ini, besok, kamu sudah harus sembuh, karena jika tidak, maka aku akan membuat lebih banyak lagi cambukan di tubuhmu,” titah Rehan.Leona bernafas lega karena Rehan tidak kembali memukulnya. Dia juga bingung dengan sifat Rehan sekarang ini. Kenapa dia menjadi baik? Apa dia punya dua kepribadian, pikirnya. Tak ingin dipukuli lagi, Leona segera memakan sarapan yang dibawa Bibi tadi, kemudian meminum obat yang diberikan oleh Rehan.Rehan tersenyum puas saat Leona telah meminum obatnya. Entah obat apa itu, hanya dia yang tahu.Sorenya, tubuh Leona sudah lebih baik, rasa sakit di tubuhnya berangsur menghilang. Bekas lukanya juga tak terasa perih jika dipegang. Leona sudah bisa mandi sore ini. Sepertinya obat
Melihat Rehan, Andrew pun langsung berdiri mengulurkan tangan.“Perkenalkan, namaku Andrew, aku adalah sepupu Leona,” ujarnya yang tak ingin suami sepupunya salah paham.Rehan hanya mengangguk tanpa membalas uluran tangan Andrew. Rehan menatap Andrew dengan tatapan membunuh membuat Andrew takut sendiri.“Sayang, kita pulang yuk, aku kangen banget sama kamu, dan aku ada hadiah untuk kamu dari luar kota,” ajak Rehan dengan tatapan menghunus tajam pada sang istri.Leona yang paham maksud suaminya langsung mengangguk. “Kak Andrew, aku pamit dulu, lain kali kita bertemu lagi,” ujar Leona.“Hati hati Leona, kabari aku jika kamu ada waktu. Byee,” sahutnya.Rehan mendorong kursi roda Leona sampai ke parkiran. Sementara Andrew menatap kepergian sepupunya dengan raut wajah penuh kekecewaan.Sudah lama Andrew mencintai Leona, hanya saja, gadis itu hanya menganggapnya sebagai Kakak.“Bibi, kamu pulang dengan sopir, biar Leona pulang sama aku,” titah Rehan.“Baik Tuan. Non, Bibi pulang du
Setelah mandi dan berganti pakaian, Rehan menunggu Leona sadar sambil memainkan gadgetnya. Biasanya, dia akan selalu meninggalkan keysa begitu mereka selesai bermain. Namun entah mengapa, dia tak ingin beranjak dari sisi Leona, dia ingin ada disamping istrinya ketika Leona membuka matanya.Pukul 11, Leona baru terjaga, seluruh tubuhnya remuk redam gara gara ulah suaminya. Leona melihat tubuhnya yang masih polos.“Sarapan dulu, kamu butuh tenaga untuk bisa ke kamar mandi,” suara bariton milik Rehan mengagetkannya.Dia berpikir, Rehan sudah pergi meninggalkannya, tapi ternyata, dia masih ada disini. Tak ingin membuat masalah, Leona menurut, sambil memegangi selimut untuk menutup tubuhnya, Leona memakan sarapan yang sudah dipesan Rehan.“Sudah?” tanyanya.Leona mengangguk, dia memberikan piring itu pada suaminya. Rehan lalu menaruhnya di atas nakas.“Setelah ini lekas mandi, aku ada operasi jam 1. Aku akan mengantarkanmu pulang terlebih dahulu,” kata Rehan.Leona menggeser tubuh
Rehan sudah sampai di rumah, dia sudah bersiap siap untuk menghukum istrinya yang berani membangkang padanya. Begitu sampai dii kamar, dia melihat sang istri tengah tertidur pulas. Rehan lalu menggoyang goyangkan tubuh istrinya.“Bangun.”Leona pun membuka matanya. Dia berpikir, dia sedang berkhayal suaminya pulang.“Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu sedang bersenang senang dengan kekasihmu itu. Kenapa masih disini?” racaunya lalu kembali merebahkan tubuhnya.“Hei wanita cacat, bangun, siapa yang menyuruh kamu pulang duluan,” hardik Rehan.Sepertinya, Leona sedang mengigau sekarang. “Aku pulang duluan karena aku kesel sama kamu, baru juga bercocok tanam denganku, eh sekarang malah dengan kekasihmu. Coba kamu bayangin, bagaimana perasaanku. Hatiku sedih, sakit, kecewa jadi satu, membayangkan suamiku bercinta dengan wanita lain,” Leona masih setia dengan racauannya.Rehan jadi semakin kesal karena tidak diindahkan oleh istrinya. Rehan pun menggendong tubuh Leona kemudian mem
"Leona," Rehan buru buru kembali memakai celananya, entah kenapa hatinya tidak tenang melihat tangisan Leona tadi. Dia segera menyusul Leona yang hendak pergi tapi Keysa menahan tangannya."Biarkan saja dia sayang, kita lanjutkan saja permainan kita," ujar wanita itu yang kembali menarik tubuh Rehan.Rehan langsung mendorong tubuh Keysa. "Jangan coba coba untuk mendikteku," bentaknya lalu pergi meninggalkan ruangannya. Tanpa menghiraukan teriakan wanita itu, Rehan berlari mencari keberadaan sang istri.Rehan bernafas lega ketika melihat sang istri yang masih mengantri di depan lift. "Sayang, kita harus bicara," ujar Rehan.Lelaki itu langsung mendorong kursi roda sang istri. Dia bawa wanita itu ke taman rumah sakit."Dengarkan aku dulu, maaf, aku khilaf. Keysa menggodaku tadi, dan aku..," Rehan bingung harus menjelaskan apa."Aku tahu Kak, di hatimu memang dialah ratunya. Pernikahan kita ini hanyalah sebagai bentuk tanggung jawabmu saja. Pergilah, t
"Kak, siang nanti, aku ingin bertemu Andrew sepupuku. Dia mengajakku bertemu Bibi, karena dia sangat merindukanku. Boleh Kak?" tanyanya seraya menyisir rambut sang suami yang saat ini tidur di pangkuannya.Mereka sering melakukan pillow talk sebelum tidur sejak hubungan mereka membaik."Kenapa harus pergi keluar? Apa Bibimu tidak mau datang ke rumah ini?" tanya Rehan dengan sedikit amarah."Apa boleh?" harap Leona."Tidak," jawab Rehan singkat padat dan jelas.Leona mendengus kesal. "Kalau begitu, boleh ya aku pergi makan siang bersama mereka?" pinta Leona.Rehan tampak berpikir, namun sedetik kemudian lelaki tampan itu pun mengangguk. Leona tersenyum girang melihatnya. Dia pun spontan mencium bibir sang suami sekilas.Namun, sepertinya, ini tidak akan berhenti disitu saja. Rehan akhirnya mengajak sang istri berperang hingga hari menjelang siang. Rehan baru berhenti ketika dia mendapat panggilan darurat dari rumah sakit."Aku pergi dulu sayang, jam be
"Leona, apa suamimu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Bibi tiba tiba.Entahlah, perasaannya mengatakan kalau hubungan mereka tidak baik baik saja."Kenapa Bibi bertanya seperti itu?" kata Leona."Tidak, hanya saja, Bibi takut kalau suamimu memperlakukanmu dengan buruk," sahut Bibi."Tidak, suamiku sangat baik, dia bahkan menyuruhku memberikan oleh oleh untuk Bibi sebelum pulang," bohong Leona."Benarkah?" tanya Bibi tidak percaya."Benar, sebentar, biar aku ambilkan," kata Leona.Wanita cantik itu pun mendorong kursi rodanya ke kamar. Karena baju yang akan dia berikan itu letaknya berada di lemari paling atas, Leona tak sanggup menggapainya. Leona pun memanggil Bibi ARTnya."Bibi," teriaknya.Hingga tiga kali memanggil, Bibi tak kunjung datang. Bibi Andrew yang mendengar teriakan Leona jadi khawatir akan sang keponakan. Wanita paruh baya itu akhirnya menyuruh Andrew untuk melihatnya."Coba kamu lihat, barangkali dia butuh apa apa."Andre
"Bangun," teriak RehanMelihat Keysa yang hanya menggeliat, dia merasa kesal melihatnya. Lelaki tampan itu pun menyiram wajah Keysa dengan air.Byuur"Hah, hah, hah. Apa sih sayang, kenapa kamu menyiramku dengan air?" omel Keysa."Bangun, dan segera pergi dari sini," titah Rehan."ini masih pagi, aku juga masih ngantuk, kenapa kamu kemarin bermain kasar? Badan aku sakit semua nih," keluhnya."Bangun, atau aku seret kamu keluar," bentak Rehan dengan wajah yang sudah tidak sedap dipandang.Keysa pun bangun, dia lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, wanita itu pun duduk di ranjang."Ada apa sih sayang?" ocehnya."Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Pergi dari sini," usir Rehan."Tapi sayang," Keysa masih ingin protes. "Pergii kataku!!" teriak Rehan kesetanan.Keysa yang ketakutan mendengar lengkingan suara Rehan, terpaksa pergi meninggalkan rumah mewah itu.Rehan lalu pergi ke dapur unt