All Chapters of Revenge: Chapter 11 - Chapter 20
53 Chapters
Setelah Makan Malam
Gendis duduk dalam dalam diam, sementara Steve yang duduk di depannya pun melakukan hal yang sama.Mereka sama-sama terdiam, bahkan embusan nafas mereka sampai bisa terdengar.Seorang pelayan datang membawa dua buah gelas berisi minuman, lalu meletakkan di atas meja.Pelayan tersebut mengangguk dengan hormat begitu melihat Steve."Tuan, apakah makan malamnya bisa kami siapkan sekarang?" tanya pelayan tersebur dengan sopan dan kepala menunduk."Iya, siapkan sekarang." Steve menjawab.Tidak lama kemudian, beberapa pelayan datang sambil membawa berbagai hidangan dan menata rapi di atas meja.Sementara itu, Gendis hanya bisa menyaksikan semua tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun.Karena, di hapadapannya kini, telah terhidang aneka makanan yang selama ini hanya bisa dia lihat di acara televisi atau film-film saja.Sulit sekali untuk membuat pikirannya mempercayai bahwa semua yang ada di hadapannya saat ini adalah nyata, bukan sekedar mimpi
Read more
Selamat Tinggal, Tuan.
"Si--siapa yang melakukan ini padamu, Gendis?" tanya Steve dengan suara terbata.Sementara Gendis memandang Steve dengan tatapan ketakutan. Airmatanya masih terus mengalir dan membasahi kedua pipinya."Jangan ... jangan mendekat."Gendis memohon sambil meronta, berusaha melepaskan ikatan pada kedua tangan dan kakinya. Dia menarik-narik tali yang mengikat dengan sekuat tenaganya, namun ikatan pada tangan dan kakinya tidak juga lepas. Justru, tali ikatan itu seolah semakin mengencang. Hingga pergelangan tangannya memerah dan lecet, begitu juga dengan pergelangan kakinya.Walau demikian, tidak membuat Gendis menghentikan usahanya, dan terus menarik tangannya untuk melepas ikatan tersebut.Tubuh polos Gendis yang terikat pada dua sisi tempat tidur dan sedang meronta-ronta, berhasil membuat Steve menjatuhkan ikat pinggang dan mengurungkan niatnya untuk melampiaskan hasrat untuk menyakiti, namun, melihat Gendis dalam posisi seperti itu, justru memban
Read more
Snake Lair
Gendis menantap dirinya sekali lagi di cermin.Setelah itu, itu perlahan keluar dari kamar.Dengan mengenakan sepatu kristal, dia berjalan menyusuri koridor lalu menuruni tangga.Langkah kaki Gendis memalu lantai, bergema di seluruh ruangan rumah mewah itu.Dari atas tangga, dia melihat Steve duduk sambil menikmati makan paginya.Sementara pak Markus duduk di sebelahnya.Melihat kedatangan Gendis, pak Markus berdiri lalu menarik salah satu kursi untuk Gendis.Sementara Steve tidak menghiraukan kehadiran Gendis, dan tetap menikmati makanannya."Pak Markus, aku berangkat duluan. Jangan lupa kamu antar dia setelah ini."Steve mengelap bibirnya dengan sapu tangan putih yang ada di atas meja.Sementara pak Markus mengangguk hormat mendengar perintahnya."Baik, Tuan," jawab pak Markus sopan.Setelah mengelap mulutnya, Steve bangkit lalu meninggalkan meja makan.Tak lama setelah itu, terdengar derit mobil yang meninggalkan halaman rumah
Read more
Kamu, Istriku
Gendis dan Suli saling berpandangan, tidak ada yang berbicara di antara mereka.Mata mereka masih fokus mengawasi pintu.Sebenarnya, tanpa mengetuk pintu, orang tersebut langsung bisa masuk. Karena pintu itu di kunci dari luar. Tok tok tok ....Pintu kembali di ketuk, Gendis menelan ludahnya. Kerongkongan seperti tercekat.Lalu dengan suara parau, Gendis bertanya."Kamu siapa?" tanya Gendis, matanya menatap lekat ke arah pintu.Dengan pelan, pintu terbuka. Lalu muncul sosok Dirga dari balik pintu. Melihat siapa yang datang, Gendis menahan nafas beberapa saat, lalu dia mengembuskan dengan kasar. Bersamaan dengan rasa kesal yang coba dia buang."Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Gendis begitu Dirga mendekati dirinya.Dia mundur beberapa langkah ke belakang, begitu Dirga mendekat.Dirga melirik ke arah Suli, lalu dia berkata,"Keluarlah. Aku ingin berdua dengan istriku."Dirga memerintahkan Suli untuk keluar dari
Read more
Rencana Kabur
Gendis dan Suli menghentikan tawanya, ketika mereka mendengar langkah kaki mendekat.Dan benar saja, tak lama setelah itu, pintu kamar Gendis dibuka dari luar.Sosok wanita cantik dengan memakai baju off shoulder hingga memperlihatkan leher jenjangnya memasuki kamar Wajahnya tegas dengan make up tebal dan lipstick merah menyala, hingga membuat kesan garang dan penuh bibirnya."Kamu sudah pulang ... Tania?" tanya Suli, begitu wanita itu tepat berada di depannya.Wanita itu yang tidak lain adalah Tania, tersenyum sinis menatap kedua gadis yang ada di hadapannya."Sepertinya kamu kurang suka aku kembali cepat," sinis Tania."Oh ... sang primadona juga sudah kembali juga, rupanya," lanjut Tania, sambil mengalihkan pandangannya pada Gendis.Tatapan ketidak sukaan jelas terpancar dari matanya."Iya, aku baru di antar pulang," jawab Gendis pendek. Dia merasa enggan untuk berdebat dengan Tania. Baginya, hal itu hanya akan menambah rumit dir
Read more
Mematangkan Rencana
"Wooii ... Dobleh, buruan, gue kebelet nich."Teriak seorang penjaga.Penjaga yang di panggil dengan nama Dobleh itu kemudian pergi meninggalkan gudang.Sebelum pergi, Dobleh menoleh ke arah Gendis bersembunyi.Jantung Gendis seperti berhenti berdetak, ketika Dobleh masih menatap ke arahnya.Beberapa detik menahan nafas, akhirnya penjaga itu meninggalkan gudang, hingga membuat Gendis bernafas lega."Hampir saja," gumam hati Gendis semabari keluar dari persembunyiannya dan berjingkat masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang.Gendis berjalan sambil tersenyum, ketika mengingat nama pengawal tadi.Dobleh. Namanya terdengar lucu, tidak sesuai dengan tampang nya yang begitu sangar.Setelah melewati pintu belakang, Gendis mengendap-endap berjalan ke ruang tengah, kemudian kembali ke lantai atas, ke kamarnya.Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Gendis berjalan cepat naik ke lantai atas.Setelah melewati lorong dan deretan kamar, Gen
Read more
Dirga, Pria Sejati
Rencana untuk keluar dari rumah Dirga, membuat Gendis tidak bisa tidur.Bahkan, dia juga kehilangan nafsu makan, karena terlalu memikirkan rencananya untuk keluar dari rumah itu."Gendis, makanlah, kamu butuh tenaga untuk keluar dari rumah ini."Suli membujuk Gendis untuk menghabiskan makanannya.Gendis menatap wajah temannya, lalu dia mengambil sepiring nasi yang ada di atas nampan.Gendis melahap makanan yang ada di atas piring dengan cepat. Hingga membuatnya tersedak."Uhuk uhuk ....""Pelan-pelan, Gendis."Suli mengangsurkan segelas air untuk Gendis, yang langsung di teguk sampai habis oleh gadis itu."Aku tidak apa-apa, Suli. Hanya sedikit tersedak," ujar Gendis sambil mengelap mulutnya dengan tangan."Apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Gendis?" Suli bertanya.Dia duduk di depan Gendis, dengan menopang dagu."Menunggu waktu yang tepat, Suli. Bukankah sebentar lagi Dirga dan yang lain akan pergi keluar?" 
Read more
Run Away
Setelah menuntaskan hasratnya, Dirga terkulai di samping tubuh Gendis, dan tak lama terdengar dengkuran keluar dari mulut Dirga.Gendis menggeser tubuhnya, lalu turun dari tempat tidur. Ada rasa jijik ketika Gendis memandang dirinya sendiri di kaca.Gendis berlari ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya di bawah shower, seolah ingin membasuh semua noda yang melekat di tubuhnya.Aimata mengalir di antara air yang membasahi wajahnya.Setelah puas mengguyur tubuhnya, Gendis keluar dari kamar mandi, memungut bajunya yang berserakan di lantai, lalu mengenakan kembali.Di lihatnya Dirga masih tertidur pulas, bahkan dengkurannya makin kencang.Gendis membuka gorden, melihat keluar ke arah halaman belakang, yang sedikit terlihat gelap.Lalu matanya melihat jam yang tergantung di dinding, rupanya sudah menjelang sore, pukul 5 lebih 15 menit, pantas saja gelap.Di dekatinya Dirga, untuk memastikan kalau dia masih tertidur nyenyak.Gendis memasukka
Read more
Dalam Pelarian
Pandangan Gendis makin kabur dan gelap, yang terlihat hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi di kegelapan malam, seperti raksasa hitam yang menyeramkan.Suara gaduh sudah tidak terdengar lagi dari balik tembok tinggi tersebut, namun suara itu kini berganti dengan gonggongan anjing yang saling bersahutan.Gendis bergidik ngeri, membayangkan dua ekor anjing penjaga yang ada di depan rumah Dirga.Tertatih, Gendis berjalan masuk ke dalam hutan, menjauh dari rumah Dirga.Lengannya terasa sakit, mungkin terjatuh tadi, karena kain yang dia gunakan sebagai tali kurang panjang.Gendis mempercepat langkahnya, tak dihiraukannya ranting pohon atau perdu yang menggores lengannya, karena dia hanya mengenakan kaos lengan pendek.Suara anjing yang menggonggong masih terdengar, walau Gendis sudah berjalan jauh ke tengah hutan.Setelah dirasa cukup jauh, Gendis melihat batu besar, dan memutuskan untuk beristirahat sebentar di sana, selain untuk memulihkan tenaga, jug
Read more
Dewa Penolong
Setelah tubuh Gendis di masukkan ke dalam mobil, semua menjadi semakin gelap.Kakinya yang tertembus timah panas, kini sudah tidak merasakan apa-apa.Bahkan untuk di gerakkan pun tidak bisa, Gendis merasakan, seseorang mengikat luka di kakinya.Beberapa kali dia menjerit kesakitan sebelum akhirnya dia jatuh pingsan.Sementara itu di rumah Dirga."Dasar bodoh, menangkap seorang wanita saja tidak becus."Tania menggebrak meja yang ada di sebelahnya.Sementara, Dirga dengan kepala di balut perban, duduk di sofa, menyandarkan punggungnya dengan meletakkan lengan di atas kepalanya."Tania, jaga ucapanmu. Kami di serang sekelompok orang dengan tiba-tiba, bahkan jika kamu berada di sana, belum tentu juga bisa menangkap perempuan sialan itu."Dirga menjawab, tanpa merubah posisi duduknya.Tania yang mendengar ucapan Dirga, merasa begitu kesal.Dia berlalu meninggalkan Dirga dan anak buahnya dengan muka masam."Dobleh ...." teriak Dirga.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status