Semua Bab Revenge: Bab 31 - Bab 40
53 Bab
Bertemu Suli
Gladys kembali melihat kartu nama yang baru diberikan oleh Tania, bibirnya tersenyum.Baru saja dia hendak melangkahkan kaki, tampak Steve berjalan tergesa menuju ke arahnya."Wah, cepat sekali dia datang," gumam Gladys."Apa yang terjadi?!" tanya Steve dengan wajah panik.Gladys yang melihat wajah Steve, menyembunyikan senyumnya. Lalu buru-buru dia berkata, sebelum kemarahan Steve meledak."Mana yang bangus menurutmu?" tanya Gladys sambil menunjuk deretan sepatu di atas rak.Wajah Steve berubah merah padam, tangannya mengepal, lalu dia membuang pandangannya keluar dengan kesal."Kamu memanggilku hanya untuk ini?" tanya Steve dengan suara tertahan."Iya. Aku ingat, kamu punya selera bagus. Bukankah waktu itu kamu pernah membelikan aku sepasang sepatu? Itu bagus sekali," jawab Gladys tanpa rasa bersalah.Steve menarik napas, dan membuangnya kasar.Wajahnya yang semula menegang, kini perlahan menjadi rileks. "Tentu saja
Baca selengkapnya
Bertemu Suli (2)
Drtt ... drttt ....Ponsel Gladys beberapa kali berdering, membuatnya bergegas melangkah menuju meja, dimana ponsel itu berada.Sebuah nomer tidak dikenal melakukan panggilan."Halo ...." sapa Gladys begitu sambungan terhubung."Hai ... ini Tania, aku dengar dari sekretarismu, saat ini kamu sedang mencari apartemen, apa benar?"Sejenak Gladys termangu mendengar ucapan Tania dari ujung telepon, namun beberapa saat kemudian, dia sudah bisa menetralkan keadaan dan mencerna arah pembicaraan Tania.'Wow, cepat sekali,' pikir Gladys sambil tersenyum."Iya, benar. Apakah sekretaris saya sudah menghubungi anda?" tanya Gladys ramah."Iya, benar. Kemarin dia menghubungiku, dan minta rekomendasi sebuah hunian yang nyaman dan berada di pusat kota." Tania menerangkan.Gladys mengernyit, bingung, entah apa yang harus dia ucapkan. Sementara dia sama sekali tidak mengerti masalah properti. Terlebih rumah mewah."Apakah anda punya rekomendasi?
Baca selengkapnya
Ke Rumah Dirga
"Aku tidak percaya bisa melihatmu lagi, Gendis. Aku pikir, setelah mendengar bunyi letusan pistol waktu itu, kamu telah ....""Ssttt ... sudah, jangan menangis. Sekarang kamu lihat sendiri, bukan? Aku masih hidup."Gladys memeluk Suli, menenangkan sahabatnya serta meyakinkan bahwa dirinya masih hidup dan saat ini berdiri tegak di depannya."Bagaimana kamu bisa berubah seperti ini, Gendis? Ups ... Gladys?" Suli meralat nama baru temannya, baginya, menyebut Gendis lebih mudah dibanding Gladys. Walau hanya beda beberapa huruf saja."Tidak apa-apa, kamu tetap bisa memanggilku Gendis, seperti dulu. Asal tidak ada orang lain diantara kita," seloroh Gladys."Bagaimana dengan bayimu? Pasti sekarang sudah besar?" Kembali Gladys bertanya, kali ini sembari memandang perut Suli yang sudah rata. Hal itu membuat Gladys berpikir kalau sahabatnya itu  sudah melahirkan.Namun ekspresi wajah Suli berkata lain, matanya memancarkan kesedihan, sambil
Baca selengkapnya
Ke Rumah Dirga (2)
Pagi ini, seperti yang telah direncanakan, Gladys dengan ditemani Roy, akan berangkat menuju rumah Dirga.Pagi-pagi sekali, Roy sudah berada di rumah besar Steve untuk menjemput gadis itu.Ditemani pak Markus, Roy menyesap kopi di ruang tengah."Apa kamu baik-baik saja, Roy?" tanya pak Markus. Dari gerak-geriknya, lelaki tua yang telah mengabdikan seumur hidupnya di keluarga Steve itu, bisa menangkap kekhawatiran di mata Roy."Saya tidak apa-apa, Pak. Hanya sedikit kurang tidur saja," ucap Roy, sambil kembali menyesap kopi yang masih mengepulkan asap."Hmm ... begitu, kah? Karena ini masih terlalu pagi untuk datang bertamu," ucap pak Markus, sambil melihat jam yang ada di lengan kirinya."Iya, saya pikir juga begitu. Namun akan lebih baik jika saya minum kopi berdua dengan Bapak di sini, daripada menikmatinya sendirian di rumah." Roy berkata, sebelah tangannya kembali mengangkat cangkir kopi.Pak Markus tersenyum mendengar ucapan Roy, sambil sesek
Baca selengkapnya
Suli Keluar Dari Rumah Dirga
Untuk beberapa saat, Tania terdiam. Keningnya berkerut, tampak sekali dia sedang memikirkan sesuatu. Bahkan beberapa kali pula, Tania menarik napas dalam.Seperti merasa berat jika harus melepaskan Suli untuk ikut bersama Gladys, sementara gadis yang sekarang ada di depannya belum lama dikenalnya."Bagaimana, apakah saya bisa mendapatkan asisten pribadi sekarang?" tanya Gladys hati-hati."Oh, tentu saja bisa. Bahkan, detik ini pun, dia bisa menjadi asisten pribadi anda. Bukan begitu, Sayang?" Dirga buru-buru menjawab pertanyaan Gladys, sembari berbasa-basi menanyakan pada Tania.Dengan wajah kaget, Tania menjawab, "Tentu saja, kami sangat profesional dalam menjalankan usaha."Senyum mengembang di wajah Tania, juga Dirga. Entah apa yang membuat Tania tiba-tiba menyetujui ucapan Dirga. Padahal, sebelumnya, dia begitu ragu untuk membiarkan Suli mejadi asisten pribadi Gladys.Menyadari ada sesuatu yang disembunyikan oleh Tania dan Dirga, membuat
Baca selengkapnya
Kamu Ingat Alex?
Mobil yang membawa mereka bertiga sudah memasuki kota, dimana Gladys tinggal.Hari sudah gelap, ketika mobil mewah itu memasuki halaman sebuah rumah mewah. Rumah tuan muda Steve."Dys, ini rumah siapa? Kita tidak salah masuk rumah orang, kan?" tanya Suli dengan suara lirih, ketika mereka berjalan memasuki rumah megah tersebut."Tentu saja tidak, Suli," jawab Gladys sambil tersenyum tipis.Mereka terus berjalan, hingga memasuki ruangan tengah rumah tersebut."Kalian sudah datang rupanya."Pak Markus yang berjalan menghampiri mereka bertiga, berkata."Iya, Pak." Roy menjawab singkat."Gladys, aku sepertinya pernah melihat orang tua ini. Tapi aku lupa. Dimana pernah melihatnya," bisik Suli."Kamu benar, Suli. Kamu memang pernah bertemu sebelumnya. Di rumah Dirga.""Kamu serius?!" Suli membulatkan kedua matanya, menatap pak Markus dari ujung rambut hingga ujung kaki, begitu mendengar penjelasan Gladys yang mengatakan k
Baca selengkapnya
Alex, First Target
Tanpa menghiraukan Suli yang masih mematung di depan pintu, Gladys berjalan meningalkan sahabatnya itu. Mengambil cardigan yang tergrletak di atas sofa bed dan memakainya."Kamu tidak ingin turun dan bergabung untuk makan malam?" tanya Gladys saat melihat Suli masih berdiri di sana."Dys, kamu serius, selama ini tinggal serumah dengan Tuan Muda. Bukankah dulu dia pernah ...."Suli menggantung kalimatnya. Ada perasaan tidak enak saat hendak meneruskan kata-katanya. Melihat Suli sedikit salah tingkah karena ucapannya, Gladys justru tersenyum."Iya, aku tinggal dan ditolong olehnya, orang yang pernah membeliku untuk menjadi pelampiasan kelainan sex nya.""Dys, aku ...." "Aku tidak apa-apa, Suli. Aku mengerti maksud dari ucapanmu," ujar Gladys. Mendengar jawaban sahabatnya itu, Suli menarik napas lega."Apakah dia masih sering melakukannya denganmu, Dys?" Kembali Suli bertanya, Gladys melipat kedua tangannya di depa
Baca selengkapnya
Alex, Done!
Hari pertama, Suli tinggal di rumah Steve, semua berjalan biasa saja.Suli hanya bertemu Steve ketika mereka makan malam, saat dia baru saja sampai di rumah itu.Pagi itu, Suli bangun lebih dulu daripada Gladys.Dia bergegas turun ke lantai bawah, untuk berjalan-jalan dan melihat sekeliling rumah magah tersebut.Baru saja tangan Suli hendak menyentuh gagang pintu, sebuah panggilan menghentikan tangannya."Kamu sudah bangun sepagi ini?" Suli membalikkan tubuhnya, dan didapati pak Markus tengah berdiri menatap dirinya. Tangannya memegang secangkir kopi. Hal itu bisa diketahui dari aroma yang menguar di seluruh ruangan. Hingga membuat perut Suli berontak, ingin ikut merasakan nikmatnya secangkir kopi panas pagi ini."Iya, Pak. Saya ingin menghirup udara segar di halaman," jawab Suli sopan, matanya menatap lekat cangkir yang dipegang pak Markus."Kamu mau kopi?" tawar pak Markus pada Suli.Mendengar hal itu, Suli terlonjak gembira.
Baca selengkapnya
Kesepakatan
Alex masih menutup kedua matanya, sementara Gladys memainkan pisau yang dipegang di depan wajah Alex, sambil sesekali menempelkan ke pipi pria bertubuh tambun itu."Tunggu, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" tawar Alex, sambil membuka sebelah matanya."Kesepakatan? Aku tidak yakin kamu punya sesuatu yang bisa kau tawarkan padaku. Kamu bangkrut, tidak punya apa-apa lagi, selain kepala botakmu!" desis Gladys, dengan tatapan mengintimidasi.Merasa direndahkan, Alex mendesis, dia begitu marah dan tersinggung. Namun untuk memberi pelajaran pada Gladys, itu sangat tidak mungkin. Gladys bukanlah gadis polos yang pernah dia renggut kesuciannya dan hanya bisa menangis dan meronta sambil memohon seperti saat itu.Wanita yang kini berada di hadapannya, saat ini seperti singa betina yang siap mencabik-cabik tubuhnya, jika dia berani melawan. Bahkan, untuk sekedar menyentuh kulitnya pun, tidak sanggup dia lakukan saat ini."Aku memang sudah tidak mempunyai a
Baca selengkapnya
Rahasia Steve
Sepanjang perjalanan pulang, senyum selalu mengembang di bibir Gladys, sesekali terdengar dia bersenandung.Suli beberapa kali melirik ke arah sahabatnya, dia juga merasa senang melihat kebahagiaan di wajah sahabatnya."Dys, apa benar, Alex sekarang benar-benar bangkrut dan tidak mempunyai apa-apa lagi?" tanya Suli membuka percakapan."Iya, benar. Semua asetnya sudah digadaikan, sebagian lagi dijual. Nah, aset yang dia gadaikan itu, di tebus oleh Steve. Jadi otomatis sekarang menjadi milik Steve, dan dengan tanda tangan yang kita peroleh tadi, akan membantu mempercepat proses pengambil alihan semua aset miliknya," tutur Gladys panjang lebar."Wow ... sang Tuan Muda itu pasti sangat kaya raya, Dys. Buktinya, dia bisa membeli semua aset bandot tua itu tanpa berkedip."Suli berdecak kagum, matanya berbinarSeolah melihat sesuatu yang membahagiakan, bayangan sosok muda dengan harta berlimpah membuat mata Suli melebar dan pikirannya melayang."Dys, kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status