Semua Bab My Boyfriend: Bab 21 - Bab 30
38 Bab
Lolos babak pertama
Sebuah babak penentuan alias babakan eliminasi membuat semua peserta dag dig dug gelisah, cemas. Mulut mereka terus berkomat kamit merapalkan doa supaya terselamatkan di babak ini dan bisa mengikuti babak selanjutnya. Berbeda dengan Gibran. Ia nampak tenang-tenang saja.  Gibran hanya ikut menunduk dengan mereka supaya terlihat sama-sama cemas. Padahal hatinya ia sedang berbunga karena telah mendapatkan pelampiasan kegundahan dalam hatinya setelah pentas tadi. "Teruslah tersenyum," gumamnya dalam hati dengan menatap Alleta sekilas. Alleta yang melihat itu terus tersenyum. Tapi dalam hatinya ia sangat gelisah. 
Baca selengkapnya
Saling merindukan
Rembulan Malam Rembulan malam berbalut sepiSuasana dingin merayu hatiCahya di bulan ikut menghiasiNuansa misteri menyelimuti Hilang pandangan di dalam mataBayanganmu menepi di angkasaEntah berapa lama kau disanaSehingga diriku ingin bersua             ______________________ Malam yang sangat berbeda dirasakan oleh kedua insan yang terpisah akan jarak dan waktu. 
Baca selengkapnya
Latihan pertama
Pagi hari menyambut kedua insan yang bermalas-malasan untuk bangun. "Leta! Cepat bangun. Hari ini katanya ada ngampus pagi?" "Bentar lagi," jawabnya sambil terus menarik ulur selimut yang dipakai. "Leta?"  Alleta langsung menatap ibunya teduh. "Aku gak ngampus, deh, Mah." "Kenapa? Jangan gitu, ah. Nanti kalau Gibran tahu, marah dia," ucapnya mengingatkan. "Jangan kasih tau, dong, Mah." "Makanya kamu bangun." "Males, ah!" 
Baca selengkapnya
Salah Peluk
Sore harinya. "Assalamualaikum, Bu?!" Alleta masuk ke dalam rumah yang pintunya sedikit terbuka. "Bu?!" Alleta celingukan di dalam rumah. "Di belakang!" terdengar jawaban keras dari belakang rumahnya. Alleta segera melangkahkan kakinya ke arah belakang rumah. "Eh, Nak Al!" ucapnya lembut dengan tangan yang mengangkang juga kotor. Alleta tersenyum manis. "Apa Ibu gak akan ke studio audisi?"  Ibunya Gibran melangkahkan kakinya mendekati sebuah kran, lalu mencuci tangannya. "Nak
Baca selengkapnya
Melepas rindu
Gibran langsung melumat bibir Alleta lembut. "Aku rindu kamu, Hunny?!" "A, em …." Gibran tidak membiarkannya untuk bicara. Ia kembali melumat bibir Alleta dalam. Sebuah tangan terangkat dan masuk kedalam baju yang Alleta kenakan. "Em!" Alleta langsung mendorong cukup kuat tubuh Gibran. "Bunny?!" Gibran tersenyum, malu-malu. "Maaf, Hunny. Aku tidak sengaja." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tidak gatal. Alleta mengangguk. Suasana canggung menyapa mereka berdua.
Baca selengkapnya
Ketakutan Alleta
Vagetoz KEHADIRANMU Song : Hadirnya dirimuBerikan suasana baruKau mampu tenangkan akuDisaat risau dalam hatiku Lembutnya sikapmuMeluluhkan hati iniTerbuai aku terlenaOleh dirimu ….Oleh dirimu …. Jantung Pun bergetarSaat engkau ada di dekatku
Baca selengkapnya
Kepulangan Dan Kerinduan
Sudah seminggu lamanya Gibran mengikuti masa karantina sambil menjalankan audisinya,    Kini akhirnya mereka di kasih kesempatan untuk libur selama dua hari.   Ada yang memanfaatkannya dengan berjalan-jalan. Ada juga yang hanya diam saja di rumah karantina.   Sementara Gibran, dia menggunakan kesempatan itu untuk pulang melihat kondisi Ibu juga bapaknya, yang kata sang pacar, kalau bapaknya kembali sakit dan cukup parah dari sebelumnya.   Gibran segera pulang dengan menaiki sebuah angkot yang lewat di sana, sampai ke persimpangan jalan menuju rumahnya.   Disana, dia tersenyum tidak bisa menyembunyikan lagi rasa bahagianya.  
Baca selengkapnya
Miss You!
Sudah pukul 5 sore, tapi mereka masih enggan untuk beranjak dari sana. Mereka terus menikmati momen berdua sambil menatap langit yang mulai berubah gelap.   "Disaat seperti ini … aku rasanya ingin egois."   Gibran yang berada di sampingnya menoleh cepat.   "Aku tidak ingin ada satupun yang memisahkan kita."   Gibran tersenyum dan menarik kepala Aletta, bersandar di bahunya.   "Tunggu saatnya tiba, Honey. Aku ingin masa depan kita cerah. Aku tidak ingin melihatmu sengsara hidup bersamaku."   Aletta tersenyum tipis. Matanya masih tertuju pada danau yang sedari awal mereka tidak bergeming sedikitpun.
Baca selengkapnya
Banyaknya Rindu
Gibran menghentikan motornya di depan halaman rumah Aletta. Seorang wanita yang baru saja duduk di kursi teras rumah, langsung menyambutnya hangat. Dia tersenyum bahagia dengan kedua tangan membentang. "Sudah lama?" tanya Gibran sambil menghampiri juga memeluknya. Aletta menggeleng. "Aku baru saja duduk," jawabnya dengan senyum tulus di bibir. "Nak. Titip Aletta, ya," ucap Ibu yang baru keluar dari rumah. Gibran mengangguk. "Pasti, Bu. Kami berangkat dulu, Bu," ucapnya sambil menyalami tangan calon mertuanya. "Hati-hati," ucapnya sambil mengelus kepala Gibran. 
Baca selengkapnya
Jangan Tinggalkan Aku
Gibran tersenyum sangat bahagia bisa mendapatkan banyak dukungan dari semua orang-orang yang dekat dengannya.   "Terima kasih, ya Allah," batinnya dengan kedua tangan membasuh muka.   Aletta melipat kedua tangannya di dada, dan melangkah mendekati Gibran yang tengah berbahagia.   "Selamat, ya, Honey. Banyak orang yang berharap padamu," ucapnya seraya mengelus bahu sang pacar ikut berbahagia.   Gibran menoleh dan tersenyum padanya. "Semoga aku bisa membanggakan semua orang yang sudah mendukungku."   "Amin."   Gibran membentangkan senyumannya, lalu mendekap tubuh Aletta, memeluknya sangat erat.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status