All Chapters of Angga & Ana : Chapter 11 - Chapter 20
37 Chapters
11.
            Ana masuk apartemen lebih dulu, setelah di bukakan pintu oleh Angga. beranjak masuk ke kamarnya. Ana segera membersihkan diri, dengan sedikit cepat. Karena waktu sudah semakin malam. Angga bisa terlambat makan malam. Kalau Ana beraktivitas semakin lama.            Selesai dengan membersihkan diri. Memakai piama panjang, menutupi setiap jengkal tubuhnya. Menggulung rambut panjangnya, lalu beranjak keluar menuju dapur.            Memasak pasta carbonara untuk mereka berdua. Dengan cekatan Ana dapat menuntaskannya dengan cepat.            Angga melangkah mendekati Ana. Ketika melihat sepiring besar pasta sudah tersaji di meja. Berdiri disebelah Ana, melihatnya masih meracik kopi. Angga tersenyum, mengusap lembut tengkuk Ana. Membuat y
Read more
12.
            Esok hari, ketika Ana keluar dengan ransel di tangannya. Angga sudah duduk di kursi meja makan. Telah rapi dengan setelan kantornya. Ana melirik sekilas, lalu meletakkan secangkir kopi hangat didepan Angga. Ana tidak membuka mulutnya sama sekali. Dengan diam mengambil sarapan untuk mereka.            “Lo kaget liat gue udah rapi gini. Nggak lagi molor kayak biasanya,” ucap Angga.            Ana menatap Angga, tapi tak mengeluarkan kalimat apapun. Angga tersenyum, melanjutkan sarapan.            “Gue nggak mau liat lo ngomel tiap pagi An,” kata Angga sambil tersenyum. Setelah menyelesaikan sarapannya.            “Syukur deh, kalau lo nyadar
Read more
13.
            Kelas hari ini sudah berakhir, Ana berjalan bersama Vita. Tak lama setelahnya disusul oleh yang lain. Melangkah bersisian, mereka kemudian terpisah di area parkiran.            Kebetulan hari ini Hana bawa motor. Sebagai sahabat yang baik, Hana menawarkan diri untuk mengantar dan menemani Ana. Yang katanya akan berbelanja terlebih dahulu sebelum pulang.            “Kita mau belanja dimana Na?” Tanya Hana, seraya memberikan helm pada Ana.            “Supermarket aja kali ya, sekalian belanja bahan yang lain,” jawab Ana.            “Oke,” balas Hana. Mulai melajukan motornya keluar area kampus.      
Read more
14.
            Pagi hari Ana sudah beraktivitas seperti biasa. Bangun subuh, memasak dan menyiapkan keperluan untuk dibawa ke kampus. Sengaja tidak membangunkan Angga. Ana sudah menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk Angga. Tertata rapi di sisi lain meja makan.             Masih terlalu pagi untuk berangkat ke kampus. Kelasnya baru akan dimulai beberapa jam lagi. Tapi Ana harus berangkat lebih dulu sebelum Angga siap. Meninggalkan beberapa stiki note didekat sarapan. Dan lainnya disisipkan dalam tas bekal. Ana berangkat ke kampus tanpa mempedulikan Angga. Dengan acuh Ana meninggalkan apartemen.             Setengah jam selanjutnya Angga baru bangun. Melihat jam, dia kesiangan rupanya. Mengusak rambut frustasi, Angga segera berlalu ke kamar mandi.        &nbs
Read more
15.
            Angga masih di cafe, melakukan pertemuan dengan pihak Pradana grup. Sudah dari jam setengah 6. Sekarang waktu sudah mendekati pukul 7 malam. Angga melakukan pertemuan ini dengan seefisien mungkin tanpa banyak basi-basi. Karena dia sudah rindu pada Ana. Hampir seharian tanpa melihat wajah Ana. Rasanya ada yang kurang dari rutinitas Angga.             Mereka sudah mencapai kata sepakat. Dengan mempertimbangakan keuntungan yang diperoleh masing-masing. Beserta pembangiannya, akhirnya pertemuan tersebut usai juga. Berkas sudah dibereskan oleh Dinar, sang sekertaris.             Setelah bersalaman dan saling melempar senyum. Pihak Pradana pamit lebih dulu, sedangkan Angga masih mengamati Dinar. Yang kembali meneliti kelengkapan berkasnya.       
Read more
16.
            Di dapur, Ana kembali melanjutkan aktivitasnya. Membereskan meja makan, menyimpan lauk yang masih tersisa. Melihat makanan yang masih tersisa banyak. Mungkin dia akan membagikannya pada pegawai apartemen besok, batin Ana. Memanaskan semua makanan tersebut.             Atmosfer setelah Nabila dan Angga meninggalkan ruangan, sudah lebih baik. Ana tidak pernah menghadapi situasi konflik yang tidak kondusif baginya. Ana sebagai putri bungsu, selalu mendapatkan perhatian penuh dari orang di sekelilingnya. Walau Fiona dan Doni membiarkan Ana untuk mandiri dan tidak memanjakannya. Tetapi Ana baru kali ini, berada di tengah suasana tidak nyaman seperti tadi.             Angga tampak berbeda dan Ana tidak ingin memikirkan lebih jauh tentang itu. Meskipun Ana termasuk jutek dan galak bila ada s
Read more
17.
           Angga menghela napas. Menumpukan sikunya ke lutut. Menutup wajahnya dengan telapak tangan. Apakah dia sudah salah melangkah?. Apa perbuatannya membuat Ana merasa tidak nyaman?. Tapi Ana membalas ciumannya. Mereka berdua sama-sama menikmati ciuman itu. Kata hati Angga bingung, dengan sikap Ana setelah mereka usai dengan ciuman itu.             Ana tidak tahu saja bagaimana sulitnya Angga menahan hasrat yang berkobar dalam dirinya. Bahkan sampai sekarang bagian bawahnya masih mengeras terasa begitu sesak.             “Arrghh,” erang Angga. Menahan kejantanannya yang sudah ingin diepaskan. Ck mandi air dingin deh gue habis ini, kata Angga dalam hati. Merutuki adik kecilnya, yang tidak bisa dikondisikan.          &nb
Read more
18.
            Lelah berolahraga, mereka kemudian segera membersihkan diri diruang ganti. Selesai dengan itu, mereka sudah sepakat untuk sarapan di rumah makan padang. Anjar sebagai supir hanya bisa menuruti mau adiknya. Mereka tetap terpisah di 2 mobil. Sedangkan para sahabatnya itu enggan untuk satu mobil dengan Ana. Karena takut dengan aura yang di pancarkan Anjar. Terlalu kaku, dan dingin walau sudah dibujuk. Sahabat- sahabatnya tetap tidak mau.             “Kak, bisa nggak si lo senyum dikit aja depan sahabat gue. Mereka tuh, pada takut tahu nggak deket lo,” ucap Ana kesal menghadapi sikap Anjar yang terlalu dingin.             “Nakutin gimana si dek. Kakak tuh nggak ngapa-ngapain juga. Kenapa mereka pada takut,” balas Anjar.          
Read more
19.
            Ana masih terus terlelap dan terbaring diranjang. Dia hanya bangun ketika harus mengganti pembalut dana makan. Yang itupun dengan disuapi Anjar. Tanpa Anjar disisinya mungkin Ana sudah dehidrasi kehabisan cairan akibat nyeri haid yang menderanya.             Setelah punggung Ana di usap dan perutnya terus dihangatkan oleh bantuan Anjar. Ana sudah merasa lebih baik. Namun bukan berarti Ana sudah bisa bangun dari tempat tidur. Nyeri yang di alami Ana biasanya akan berlangsung sampai 3-4 hari kedepan. Separah ini lah kondisi Ana jika tengah mengalami menstruasi. Dan setelah haidnya sudah membaik, biasanya Ana diperiksa dokter keluarga untuk memeriksa keadaan Ana. Ana tidak mau ke rumah sakit jika benar-benar tidak dalam situasi kritis. Karena Ana tida suka aroma rumah sakit dan serta bau obat-obatan. Itu membuatnya merasa ikut sakit.
Read more
20.
             Setelah 3 hari penuh beristirahat di apartemen. Akhirnya Ana bisa masuk kuliah hari ini. Di antar oleh Anjar, Ana belum tidak diperbolehkannya untuk menyetir sendiri. Walau kesehatan Ana sudah membaik, namun tubuhnya masih cukup lemah. Maka dari itu, Anjar selalu menasehati agar tidak melakukan aktivitas berlebih. Dan tidak memaksakan diri, karena Ana termasuk anak yang keras kepala.              Begitupun dengan Anjar. Meskipun dia bilang meliburkan diri selama seminggu penuh dari kantor. Tapi dia juga harus tetap mengontrol, beberapa pekerjaan yang tidak dapat dihandle oleh asistennya.              “Ingat apa pesan Kakak ya,” ujar Anjar mengingatkan Ana.              “Iya Kak,” jawab Ana seraya terseny
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status