All Chapters of GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL: Chapter 11 - Chapter 20
101 Chapters
sebelas
Ambar masih terpaku di tempatnya sambil menatap ponsel yang sudah tak berbentuk. Perlahan wanita berambut ikal itu menunduk lalu mengambil pecahan ponsel tersebut. Dengan sangat menyesal dia berjalan ke arah taksi yang masih setia menunggunya."Bapak, maaf. Ponsel bapak rusak. Em, gini sekarang tolong antar saya ke ATM terdekat, setelah itu kita ke counter untuk beli ponsel baru. Em, Bapak masih ingat email-nya kan?" tanya Ambar panjang lebar, wanita yang suka dengan warna merah hati itu benar-benar merasa bersalah."Wah, saya nggak tahu kalau urusan itu, Bu. Anak saya yang ngotak-ngatik itu," sahutnya polos."Oh, ya udah kalau gitu. Sekarang kita langsung ke ATM ya, Pak. Terus beli ponsel untuk bapak. Semoga saja anaknya ndak lupa sama email-nya ya, Pak.""Iya, Bu. Gak pa-pa. Ibu gak usah khawatir. Saya yang minta maaf, karena ponselnya rusak jadi gak punya barang bukti.""Kok malah bapak yang minta maaf," sahut Ambar yang masih merasa tak enak hati. Setelah itu Ambar dan Pak supir t
Read more
Dua belas
"Fitri ... bagaimana, susah ndak nyari kamarnya?" tanya Rahayu dengan suara lirih sambil tersenyum.Santi mengehentikan langkahnya, perempuan itu terlihat heran dengan sikap ibunya Rudi. Dia juga berpikir apa wanita tua itu sudah gila?"Permisi, Mbak," ucap seseorang dari belakang Santi. Menyadari siapa yang datang, wanita yang hendak menceritakan hubungannya dengan Rudi pada Rahayu itu langsung balik badan dan segera berlalu dari ruangan itu."Siapa dia, Bu?" tanya Fitri setelah duduk di bangku plastik yang disediakan pihak rumah sakit untuk keluarga yang menjaga pasien.Rahayu menggeleng tanda tak mengerti. "Bagaimana kondisi di rumah?" tanyanya kemudian."Ndak terjadi apa-apa, Bu. Mbak Ambar dan Mas Rudi hanya saling diem-dieman," sahut Fitri berbohong sesuai permintaan Ambar. Agar mertuanya itu tidak begitu memikirkan masalahnya."Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang ...." Rahayu tidak melanjutkan, wanita itu memejamkan matanya. Di usianya yang sudah renta, dia di hadapkan denga
Read more
tiga belas
Rudi kehabisan kata-kata, tetapi itu tak berlangsung lama. Lelaki itu kembali mengancam Ambar. "Jika kamu ingin berpisah, maka kamu harus keluar dari rumah ini. Tanpa membawa harta benda, kecuali barang yang sedang kamu pakai di badan. Ingat perjanjiannya kan, siapapun yang menuntut perceraian dia akan keluar."Ambar memejamkan matanya, jelas dia masih ingat dengan perjanjian yang mereka sepakati bersama. Bodohnya saat itu, dia merasa satu-satunya wanita yang dicintai Rudi, jadi dia yakin tak mungkin suaminya itu akan berpaling. Hingga janji itu dibuat, bukan siapa yang berselingkuh tapi siapa yang menginginkan perceraian. Bodoh."Aku akan keluar bersama Alif, karena aku tak mau anakku diasuh oleh wanita yang tak bermartabat.""Keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun. Termasuk Alif!" tegas Rudi lagi. Merasa di atas angin Rudi pun bangkit. Namun, langkanya kembali terhenti."Kalau begitu video itu akan sampai ke kantormu, dan kamu tahu kan akibatnya," ucap Ambar tenang."Jangan meng
Read more
empat belas
Ambar dan Alif sudah siap di atas motor, bocah yang masih belajar di Pendidikan Usia Dini itu duduk di depan ibunya, keduanya terlihat ceria seperti hari-hari sebelumnya. Sesekali membalas sapaan tentangga yang kebetulan lewat. Ambar sudah bisa tersenyum, mata yang beberapa hari terakhir tampak redup kini kembali berbinar. Wanita penyuka kopi tanpa gula itu sudah memutuskan untuk melepaskan. "Aku berhak bahagia, dan bahagiaku tak selalu dengan Rudi" Itu yang selalu dibisikkan pada dirinya sendiri. "Aku kuat, aku bisa!" Kalimat sederhana yang mampu merubah jalan pikirannya."Alif udah siap?" tanya Ambar setelah memasangkan helm bergambar Bobo boy pada putranya itu."Udah," sahut bocah sambil mengangguk penuh semangat. "Baca doa dulu yuk," ajak Ambar, keduanya pun membaca doa naik kendaraan seperti yang dipelajari Alif di sekolahnya. Di sepanjang jalan Alif bercerita banyak hal, termasuk pertemuannya dengan Santi yang katanya menyeramkan. "Bunda ndak tahu sih, dia benar-benar menyeram
Read more
Lima belas
Rudi masih terlihat putus asa karena belum menemukan keberadaan ibunya. Berkali-kali dia menyusuri koridor rumah sakit karena tak percaya dengan informasi yang diberikan oleh petugas. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya, Rudi kelimpungan mencari Rahayu, karena selama ini dia tak pernah diabaikan oleh wanita yang telah melahirkannya itu. Berkali-kali Rudi ingin menghubungi Ambar, tetapi diurungkan. Egonya sangat tinggi sebagai seorang lelaki, apalagi jika mengingat sikap Ambar yang belakangan ini menurutnya sudah kurang ajar menjadi seorang istri. Bahkan sampai detik itu, Rudi belum menyadari kesalahannya. Masih saja menganggap Ambar lah yang harus disalahkan.Untuk kesekian kalinya Rudi bertanya pada petugas resepsionis. Lelaki bermata elang itu bahkan terkesan mengancam pihak rumah sakit jika sampai ketahuan menyembunyikan keberadaan ibunya. Tak ayal ulahnya itu menimbulkan keributan, sampai-sampai harus ditangani petugas keamanan. Rudi melangkah dengan gontai menuju mobilny
Read more
Enam belas
"Bu ...." Ambar menjeda kalimatnya untuk meredam rasa gelisah karena hendak menyampaikan sesuatu yang mungkin akan merubah segalanya. "Aku ingin berpisah dengan Mas Rudi. Rasanya aku tak kan bisa melanjutkan rumah tangga dengannya. Maaf," lanjut Ambar pelan tapi pasti. "Mungkin, aku ini egois, tapi raga dan batinku seolah menolak Mas Rudi jika teringat apa yang sudah dilakukannya." Lagi Ambar mengatakan apa yang dirasakannya, menumpahkan sedikit yang dia rasakan pada sang mertua."Ndak perlu minta maaf, Mbar. Aku bisa mengerti, aku bisa membayangkan bagaimana rasanya jika berada di posisimu, Mbar. Aku hanya ingin kamu melakukan permintaan terakhirku sebagai mertuamu," pinta Rahayu pada wanita yang telah memberinya seorang cucu itu.Ambar tak membantah lagi, wanita yatim piatu itu memilih diam, bukan karena takut atau sedih. Namun, demi menjaga kewarasannya dia memilih berpikir positif. Mungkin, ibu mertuanya itu mau memberi pelajaran untuk anaknya. Semoga saja."Mbar, jika kamu benar-
Read more
Tujuh belas
Sebelum Santi menyimpan ponselnya dalam tas, sebuah notifikasi terdengar dari benda canggih miliknya itu. [Kirim foto dan alamat lengkapnya, kebetulan saat ini aku ada keperluan di kota itu] bunyi pesan dari Riswan. Tanpa menunggu lebih lama Santi langsung membalasnya. [Hanya ini, selebihnya kamu sendiri yang mencari tahu semuanya tentang dia] balas Santi, terkirim dan terbaca. Sebuah emot jempol kembali terkirim ke ponsel Santi sebagai tandan 'ok'. Santi hanya membukanya, setelah itu dia kembali konsentrasi ke pekerjaannya.**"Fit, ibu mana?" tanya Ambar ketika hanya mendapati perempuan berambut sebahu itu di ruang keluarga."Ada di kamar, Mbak. Mungkin sudah tidur," sahut Fitri tanpa menoleh pada Ambar, pandangannya fokus pada layar televisi."Ya udah, aku mau jemput Alif dulu," pamit Ambar, setelah itu wanita pemilik hidung mungil itu mengayunkan langkahnya menuju luar. Saat ini dia merasa sedikit tenang karena masalah dengan Rudi akan segera terselesaikan. "Mbak Ambar!" seru F
Read more
Delapan belas
"Selamat malam, Bu," ucap Rudi penuh percaya diri sambil menggandeng Santi. Lelaki tiga puluh delapan tahun meraih tangan ibunya lalu menciumnya dengan takzim. Rahayu masih bungkam, dia juga menyambut uluran tangan Santi, tetapi Rahayu segera menarik tangannya ketika hendak dicium oleh Santi."Tadi pagi aku ke rumah sakit, kenapa ibu harus meminta pulang paksa, seharusnya ibu di rumah sakit dulu sampai benar-benar sembuh." Panjang lebar Rudi mengutarakan isi hatinya."Aku sudah sehat, Rud. Jadi buat apa lama-lama di rumah sakit. Di sini kondisiku akan lebih cepat pulih karena ada Alif dan Ambar yang akan merawat dan menjagaku dengan baik," sahut Rahayu dengan tatapan lurus pada manik mata putranya.Di tatap sedemikan rupa oleh sang ibu, Rudi tak lagi bisa berkata, lidahnya seolah keluh. Baginya amarah Rahayu amatlah menakutkan, karena dia sangat menghormati wanita yang telah melahirkannya itu. Rudi menoleh pada Santi ketika perempuan itu menyenggolnya. Seolah paham, Rudi langsung memp
Read more
Sembilan belas
"Mas!" Santi tersentak mendengar dirinya disebut sebagai wanita tak bermartabat, harga dirinya sungguh dipermainkan."Bu, tak perlu memujiku seperti itu. Semuanya tak ada artinya jika memang kita tak berjodoh. Aku bersedih, tentu. Sepuluh tahun bersama bukalah waktu yang singkat. Sayang, hubungan ini harus berakhir karena penghianatan. Mungkin, ini jalan Tuhan agar aku tidak terlalu menangisi perpisahan ini, Tuhan ingin menunjukkan bahwa dia bukanlah imam yang baik untukku.""Jaga bicaramu, Mbar! Tak pantas mulutmu berkata seperti itu. Kamu pikir dirimu itu wanita suci?""Aku tak pernah mengatakan diriku ini suci. Setidaknya aku tidak menghianati janji yang telah terucap di hadapan Allah.""Kamu jangan diam saja. Mereka telah menghinaku, Mas!" seru Santi sambil terisak dalam pelukan Rudi. "Mereka keterlaluan, Mas. Ibumu keterlaluan, salahku apa, Mas? Mengapa cinta kita harus seperti ini?" imbuhnya sambil menangis meraung.Mendengar ucapan kekasihnya, Rudi pun ikut emosi. Lelaki itu ba
Read more
Dua puluh
"Aku keluar dulu, Mbak," ucap Fitri setelah mendapati Ambar berdiri ditengah pintu yang tertutup. Bundanya Alif itu membuka matanya, kemudian tersenyum pada wanita yang baru beberapa waktu dikenalnya, namun sudah banyak membantu itu."Terima kasih ya, Fit," ucap Ambar tulus, tatapan mereka beradu kemudian keduanya mengulas senyum."Sama-sama, Mbak. jangan segan-segan bercerita padaku, Mbak," balas perempuan itu sambil menepuk pundak Ambar sebagai tanda semua akan baik-baik saja.Setelah Fitri keluar, Ambar melangkah mendekati Alif yang tengah terlelap, ditatapnya bocah empat tahun itu lekat-lekat. Setetes bening itu meluncur membasahi pipinya yang mulus. Namun, setelah itu sebuah senyuman terbit di bibir tipisnya."Kita bisa ya, Kak. Alif dan Bunda pasti bisa melewati semuanya bersama," ucap Ambar yang direspon sebuah senyuman dari bibir mungil Alif. Melihat itu membuat air mata Ambar semakin deras.Di luar ruangan Rahayu masih duduk termenung di tempatnya semula, wanita senja itu nam
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status