Share

Pengakuan

Malam itu udara terasa sangat dingin. Tidak seperti biasanya kami masih belum bisa tidur. Padahal malam sudah semakin larut. Aku menemani Mas Fadil di ruang tamu. Ia tampak sedang mengerjakan tugas dari kantor. 

"Tugas Ayah makin banyak, suasana Kantor juga semakin nggak enak. Apa Ayah mengundurkan diri saja?" ucapnya lirih. 

Aku hanya terdiam, mendengarkan semua keluh kesahnya. Entah sudah berapa ratus kali Mas Fadil ingin keluar dari perusahaan. Namun aku berusaha menahannya dan memberikan semangat. Kali, ini biarlah dia berfikir sendiri. Lelaki itu tampak sedih dan murung. 

"Maaf, Ayah juga punya banyak hutang di luar. mungkin gaji untuk dua sampai tiga bulan ke depan tidak akan cukup," imbuhnya kembali penuh sesal. 

"Uang bisa dicari,  yang penting Ayah sudah kembali dan tidak pergi lagi," ucapku untuk menghiburnya. 

"Bulan depan, Ayah juga harus membayar uang muka perumahan yang sudah Ayah pesan buat Melati."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status