Ibu Adelio berdiri di depan foto kedua orang tuanya, mengingat masa lalu yang bahagia disaat tidak ada namanya cinta untuk pria lain.Meskipun ibunya meninggal terlebih dahulu, sang ayah merawatnya dengan baik bahkan melimpahkan kasih sayang yang cukup."Dulu, sebenarnya aku tidak mencintai ayah Adelio. Aku hanya tidak ingin ayahku khawatir karena usianya yang tidak lama lagi."Mama Kinara dan Donny berdiri di belakang ibu Adelio, mereka berdua tumbuh bersama karena ayahnya rekanan bisnis. Ayah dari ibu Adelio pemilik sekolah, ayah dari Donny adalah pemilik rumah sakit dan ayah dari mama Kinara adalah pemilik kantor akuntan publik yang saat ini sudah diambil alih kakak laki-lakinya. Awalnya kedua ayah mereka adalah klien mama Kinara yang lama-lama menjadi sahabat."Aku- aku tidak tahu apakah kondisi Ed karena karma dari aku?""Jangan seperti itu." Mama Kinara menepuk punggung ibu Adelio. "Jangan menyalahkan diri sendiri, dokter sudah bilang kondisinya masih stabil.""Tenangkan dirimu,
"Pertama yang aku lakukan adalah menyewakan kamar ke agen perjalanan dengan kontrak satu tahun, jika dirasa belum cukup bisa menambah kontrak di tahun selanjutnya. Masalah kamar terisi atau tidak dalam satu tahun sudah menjadi tanggung jawab agen. Kita tidak perlu memikirkan tentang kosongnya kamar.""Kita bisa membuat perjanjian seperti, dalam satu tahun mereka harus bisa memenuhi target dengan fee untuk mereka atau bisa juga kita berikan harga khusus untuk mereka. Jika agen tidak bisa memenuhi target, maka kita akan berlakukan denda seperti pemotongan fee dalam satu tahun atau denda pinalty kerugian."Adelio menjelaskan dengan sabar. "Itu kalau aku yang melakukannya."Kinara mengangguk setuju. "Keduanya sama-sama rugi dan untung, seimbang. Kita juga bisa menutup pembayaran pajak dari sana.""Pemilik hotel harus mempertimbangkan keuangan yang stabil, jangan memikirkan keuntungan dulu jika dirasa masih goyah.""Tapi ada juga kan pemilik hotel yang hanya memikirkan keuntungan dan push
POV EDWARD"Kamu sudah besar, kakak pertama juga. Harusnya kamu bisa mengayomi adik-adik kamu sehingga tidak manja."Itu kata mama."Papa, tidak suka melihat kelakukan kamu yang kekanak-kanakan. Mengalah sama kakak-kakak kamu, mereka hidup di luar sana tidak senyaman kamu."Itu kata papa."Anak kecil, tidak perlu ikut campur urusan orang dewasa. Tugas kalian hanya sekolah dan belajar, kalau di bully ya tinggal bully balik."Itu kata bude Ana."Yang benar saja, masa anak laki menangis. Memalukan!"Itu kata pak de Anton."Edward! jaga adik kamu itu! masa kamu sebagai kakak cuma diam baca tanpa melihat adik kamu sedang rebutan mainan dengan Ari!"Itu kata nenek."Dasar sampah!"Itu kata kakek."Hallo, Edward. Panggil aku mami saja ya. Kalau ada apa-apa bisa panggil mami. Oh ya, kamu jangan terlalu sibuk belajar, sekali-kali bermainlah Ah! Edward!""Ada apa Cynthia?""Tidak apa, aku hanya kedorong sedikit."Papa Adit mendorongku hingga terjatuh ke lantai. "Kamu memang susah diatur!""Aku
Adit ingin gila rasanya melihat laporan rapi Kinara berubah acak-acakan berkat kakak dan ibunya. "Kenapa mereka bisa ikut campur masalah ini? harusnya biarkan saja Kinara bekerja, kalau begini siapa yang mau disalahkan?"Staff keuangan dan manajer operasional diam seribu bahasa, sebenarnya mereka sudah melaporkan hal ini ke Adit dan jawabannya selalu 'biarkan saja kakak dan ibuku, mereka hanya ingin membantu.' Padahal kinerja bu Kinara sangat bagus dan profesional.Benar ya, kalau benci itu selalu menutup mata orang. Mau kinerja bagus seperti apa pun, pasti akan terlihat buruk.Adit pun sebagai kepala keluarga atau pun atasan tidak bisa bertindak tegas dan profesional. Harusnya bisa memisahkan hubungan pribadi dan pekerjaan.Sayang sekali, mereka harus kehilangan orang seperti Kinara.Disaat Adit bingung memecahkan masalah, Kinara dan keluarga kecilnya keluar dari butik mewah dan makan sore bersama di sebuah restoran mewah.Adelio foto kedua tangannya yang terjalin dengan Kinara menggu
Cynthia keluar dari kamar dan melihat Adit sudah duduk menunggu di ruang tengah. Ana dan Maya menyusul dari belakang.Adit mengulurkan tangan dengan wajah malas. "Ayo."Cynthia menatap kosong tangan Adit. "Jadi, apakah semua pengorbananku selama ini salah?"Adit mengangkat kedua alisnya. "Apa?""Dulu, kamu menyuruhku mengalah karena melihat Kinara membantu kedua orang tua kamu yang kesulitan sementara aku tidak bisa apa-apa karena baru di puncak karier dan harus menjaga nama baik, keluargaku sendiri juga sedang bermasalah."Adit menyipitkan kedua mata. "Kamu saat ini sedang membahas masa lalu?""Kamu menjual semua koleksiku."Adit menatap tajam kakak dan ibunya yang suka ikut campur masalah orang lain, Ana dan Maya yang menyadari itu lari ke lantai dua, tidak berani menatap Adit."Aku- aku mau pulang ke rumah." Cynthia berjalan melewati Adit.Adit menarik tangan Cynthia. "Aku sudah berkorban banyak untuk masa depan kita dan kamu sekarang menyalahkan aku?"Cynthia menatap sedih Adit."
Cynthia berteriak histeris dan menunjuk Daichi. "Pembohong! dasar anak nakal! mana security? masa membiarkan anak selundupan masuk kesini?"Daichi menatap murka Cynthia lalu terdiam ketika Kenzi menarik lengan bajunya.Kenzi menggeleng sedih. "Jangan!"Daichi mendadak diam dan menuruti permintaan adik sepupu. "Mana security?" Cynthia menjadi panik dan heboh.Adit tidak berani bergerak karena dua bodyguard di belakang kursi roda Kenzi."Mas, tolong belain aku. Jangan diam begitu, istri kamu sudah dituduh macam-macam!"Adit tidak tahu harus membela siapa, terutama di depan media. Lalu dia menemukan keanehan dari kalimat bocah kecil itu dan tersenyum kecil."Temannya Kenzi, mungkin kamu tidak tahu ini. Tapi istri om tidak pernah menusuk pria lain." Adit berusaha mencairkan suasana. "Bagaimana bisa istri om menusuk om teman Kenzi?"Daichi mengerutkan kening dan bertanya ke Kenzi. "Benarkah?"Kenzi menggeleng tidak mengerti.Cynthia berlindung di belakang Adit sambil menatap rendah dua ana
Adit shock mendengar perkataan putra kedua yang lebih membela kakak tirinya. "Kenzi, bagaimana bisa kamu bilang seperti itu ke papa."Adelio buru-buru membawa masuk Kenzi ke dalam gedung sebelum Kenzi membalas lebih parah lagi. Tadi sperma, selanjutnya apa?Cynthia melirik Daichi yang digendong istri Hendra. Jadi, anak itu juga bagian dari keluarga orang-orang kaya ini?Daichi yang memergoki Cynthia sedang menatap dirinya, langsung menjulurkan lidah. "Weeee-"Istri Hendra dan Hendra bergegas masuk ke dalam gedung sebelum Daichi memperparah keadaan. Sifat Daichi menurun dari Fumiko dan sifat Fumiko sama dengan Kinara yang barbar. "Orang itu menusuk daddy, kenapa tidak dilaporkan ke polisi?" tanya Kenzi sambil mendongak ke belakang melihat daddynya mendorong kursi roda."Belum saatnya." Jawab Adelio yang pusing memikirkan sistem pendidikan Kenzi. "Daddy tanya, kenapa Kenzi tahu soal sperma dan lainnya? daddy paham biologi sebatas sex, sperma dan sel telur saja."Hendra mengeplak belaka
Cynthia berteriak kesal. "KINARA, KAMU SUDAH GILA! APA KURANG PUAS KAMU MEMPERMALUKANKU DI PENGADILAN AGAMA SAAT AKU HAMIL? GARA-GARA KAMU, AKU JADI MELAHIRKAN PREMATUR!"Semua orang bisa mendengar teriakan menyayat Cynthia lalu menatap kesal Kinara yang bertindak antagonis.Kinara tertawa lalu menendang punggung Cynthia hingga membungkuk ke depan. "Sekarang, kalian punya bahan berita kan? rekam dan sebar luaskan, foto semuanya! aku bahkan tidak bersimpati pada wanita yang merusak anak-anakku meskipun dia hamil."Adit mengeluh kesakitan sambil menyentuh pinggangnya. "Siapa-" dia terdiam begitu melihat pria yang pernah memukul dirinya habis-habisan, berdiri gagah dengan pakaian rapi.Dimas menyeringai. "Kita bertemu lagi, setelah sekian lama aku memukulmu. Bagaimana? masih sakit? wah, apakah ini make up?"Setelah melihat bengkak di wajahnya sudah mengempis dengan pengobatan semaksimal mungkin, Adit memutuskan menutup luka sisa dengan make up.Adit menunjuk Dimas. "Ka- kamu-"Dimas meng