ARWAH SI KEMBAR

ARWAH SI KEMBAR

By:  Yuli Estika  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
13Chapters
1.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dewi adalah seorang wanita yang dijaga arwah saudara kembarnya.Ia mengalami kemalangan akibat kehamilannya diluar nikah.Badai nestapa kian membuncah kala mengetahui Dirga-sang kekasih bermain serong dengan wanita lain.Bagaimana kelanjutan kisahnya?Bagaimanakah sang arwah akan membalas dendam kepada penghianatan yang diperbuat Dirga?Ikuti terus alurnya yang pasti semakin menegangkan.

View More
ARWAH SI KEMBAR Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
MARETTA
..... hayo baca pemuda yang tidak terduga
2022-02-21 18:20:11
0
13 Chapters
Hamil muda
  "Ya Allah, Nduk ... Kamu kenapa?" Ibu beringsut mendekatiku sembari memperhatikan darah segar menganak sungai di kaki ku.Aku mengerang akibat rasa sakit luar biasa pada perut yang seperti diremas-remas.Namaku Dewi Arnita Sari, panggil saja Dewi.Wanita berusia 22 tahun yang tengah dilanda badai nestapa.~~~    Kuhirup udara senja yang mulai terasa sejuk, lembayung mulai tenggelam ditelan kegelapan dan mulai melenyapkan cakrawala.Aku masih sibuk berseluncur di media sosial berlogo F untuk menghubungi Dirga.Dia adalah lelaki yang selama 2 tahun ini telah mengisi hatiku. "Akunnya juga sudah dua minggu ini tidak aktif,sebenarnya kemana dia?" fikiranku menerawang jauh  menerka-nerka sesungguhnya apa yang terjadi sehingga Dirga seolah sengaja menghindariku.Bukan tanpa alasan aku sangat sibuk mencari kabarnya, karena sudah dua bulan ini aku telat haid.Ku kira ini normal karen
Read more
Penolakan
    Tubuhku luruh ke lantai , aku tak sanggup lagi menopang beban yang begitu berat ini.  Terlihat wajah Dirga memerah ."Apa-apaan kamu Dew! Kenapa kamu kesini dan bicara seperti itu kepada Tari?" tanpa rasa bersalah Mas Dirga justru membentakku yang sedang terisak. Aku mendongak menatap tajam ke arah manik milik lelaki yang sekarang ku cintai sekaligus sangat ku benci. "Oh jadi rupanya perempuan tadi bernama Tari. Sudah berapa lama kamu berkhianat di belakangku Mas? Asal kamu tahu, saat ini aku tengah mengandung buah cinta kita, Mas," Aku kembali terisak kala teringat adegan menjijikkan yang baru saja ku saksikan. Dirga nampak sangat terkejut dengan penuturan yang baru saja aku lontarkan." Apa! Tidak mungkin, kamu harus segera menggug*rkan kandunganmu Dew. Aku nggak sudi nikah sama kamu. Karena, sekarang aku lebih mencintai Tari".  "Tidak ... Pokoknya kamu harus nikahin aku,Mas. Kita telah berbuat dosa dan jangan m
Read more
Peringatan sang arwah
 "Loh, kenapa harus pakai persyaratan segala? Apa Kamu tidak tau malu Dir, semua ini terjadi juga karena kamu" Ibu tak terima dengan permintaan Mas Dirga."Ah sialan , seharusnya memang aku tak membicarakan hal ini di depan Ibunya Dewi. Bisa gawat juga kalau tahu aku minta syarat akan menceraikan Dewi setelah anak itu lahir," batin Dirga."Ya sudah Bu, Ibu atur saja pernikahan kami. Aku sudah pusing memikirkan semua ini." Dirga memijit kening yang tak pegal itu."Baiklah, secepatnya Ibu akan urus segala sesuatunya, tapi setelah anak itu lahir ,kalian harus menikah ulang agar pernikahan kalian sah di mata agama," Ibu nampak lega walau kekecewaan itu masih nampak jelas.~~~~~    Pernikahanku dan Mas Dirga baru saja selesai terlaksana , dalam kesederhanaan tanpa mengurangi kesakralan prosesinya.Aku bahagia bersanding dengan lelaki yang sangat ku cintai, meskipun sekarang Mas Dirga sudah banyak berubah semenjak mengenal Ta
Read more
Upaya menemui Tari
     Rinai hujan membumi pagi ini, saat kesadaran mulai kembali utuh,aku tak mendapati suamiku berada di sampingku."Kemana Mas Dirga kok sudah bangun?" Fikirku sejenak lalu bangkit dari posisi nyamanku.Kucari ke ruang tamu, namun batang hidungnya pun tak nampak di tempat yang kutuju."Mungkin saja Mas Dirga sedang mandi, coba aku cari ke belakang," gumamku. "Mas ... Mas!" Aku mencoba memanggil beberapa kali."Tadi Suamimu pamit kepada Ibu, katanya mau keluar sebentar, ada urusan yang harus segera diselesaikan."Namun, jawaban itu kudapat dari wanita kesayanganku-Ibuku yang sedang bergumul dengan aneka sayuran di dapur."Perginya sudah dari tadi ya, Bu? Kok tidak pamit sih sama Dewi, Bu," gerutuku."Iya katanya dia kasihan mau bangunin kamu, karena tidurmu nyenyak sekali, Nduk," ucap Ibu memberi penjelasan."Mas Dirga ada bilang ke Ibu nggak mau pergi kemana?" selidikku."Ng
Read more
Kontraksi lagi?
Sesampainya di kamar, aku segera membantu Mas Dirga untuk minum.Setelahnya, ia nampak sedikit tenang. "Nampaknya, Dirga sudah mulai tenang, Nduk, Ibu tinggal ya!" kata Ibu. Aku membalas dengan anggukan.Ibu berjalan keluar kamar dan merapatkan daun pintu yang sedari tadi terbuka lebar. Tinggallah aku berdua dengan Mas Dirga di ruangan ini. Ingin sekali rasanya merasakan surga dunia dari mahligai rumah tangga yang sesungguhnya, bahkan dalam dosa pun dahulu sudah pernah kami lakukan. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk itu, rasa penasaran begitu menyeruak dari dalam kalbu. Sebenarnya apa yang terjadi kepada suamiku, apakah ia merasakan kejanggalan yang selama ini aku rasakan? Aku termenung cukup lama, karena Mas Dirga pun hanya diam seribu bahasa. Kulihat tatapan matanya yang memancarkan ketakutan.Perlahan kudekati suamiku, kusentuh tangannya yang dahulu pandai membuatku
Read more
Mencari info dari Ibu
Hari-hari berlalu dipenuhi dengan hal ganjil yang acap kali membuatku tak habis fikir.  Setelah kejadian kontraksi beberapa waktu lalu, aku tak menemukan hal-hal dari Mas Dirga yang patut untuk kucurigai. Hingga suatu saat, Mas Dirga pergi dari siang hari, hingga kembali pada malam yang telah larut. Saat tengah dibuai alam mimpi, aku merasakan sentuhan mesra yang membangkitkan g*ir*hku.Aku menikmati setiap sentuhan itu tanpa membuka mataku, namun aku paham betul dari aroma tubuhnya bahwa itu suamiku. Ada sedikit aroma masam yang terhidu oleh indera penciumanku, apakah itu alkohol? Entahlah, yang pasti aku tak mempedulikannya karena rasa nikm*t luar biasa yang menjalar keseluruh titik dalam tubuhku. Dan sampai ritual di atas peraduan itu selesai pun, aku memilih memejamkan kembali mataku yang semakin terasa berat.      Pagi harinya, aku terbangun dalam keadaan di selimuti hingga bagian perutku. Aku da
Read more
Hasrat kepada Dewi
"Mas, sedang teleponan dengan siapa?" tanyaku. Mas Dirga segera mematikan teleponnya dan menyimpan ponsel itu di bawah tubuhnya. Mencurigakan sekali, bukan?! "Kok, langsung di mati'in sih teleponnya, Mas?""Memang sudah selesai, kok. Tadi Bian temenku yang telepon," ucapnya. Aku menautkan alisku, entah mengapa aku tak memercayai ucapan Mas Dirga. "Aku boleh pinjam ponselmu, Mas?" Aku ingin memastikan bahwa kecurigaanku hanyalah persaanku yang salah. "Kamu tidak percaya kepadaku, Han? Lancang sekali kamu mau buka-buka ponselku!" rajuknya. "Aku hanya ingin pinjam saja, kalau tak ada yang kamu sembunyikan, seharusnya kamu tak perlu merasa takut, Mas!" sahutku. "Aku tidak takut, Dew!  Tapi kamu sebagai istri tak seharusnya lancang seperti itu, ini kalau tidak percaya. Mas Tama menunjukkan panggilan terakhirnya memang bernama Bian. A
Read more
Mendesak Ibu
***** Entah mengapa hatiku mengatakan Mas Dirga tengah berdusta. Meskipun memang benar, ia teleponan dengan kontak yang dinamainya 'Bian'. Aku merasa geram dengan sikap Mas Dirga, jadi setelah mengambilkan makan untuknya, aku memutuskan mencari Ibu ke tetangga sekitar rumah."Bi, lihat Ibuku tidak?" tanyaku pada segerombolan wanita yang menurut estimasiku, usianya di bawah Ibu. " Tadi pagi-pagi sekali memang lewat depan rumahku Wi, saat kutanya, Ibumu menjawab mau ke kebun," jawab salah satu tetanggaku. "Oh, terima kasih, Bu,"Aku melangkahkan kakiku menuju kebun untuk menyusul Ibu, karena jarak rumah dan kebun tidak terlalu jauh. Meskipun lumayan lelah jika ditempuh dengan berjalan kaki. "Perutnya sudah mulai buncit ya, Bu,""Kan sudah menjadi rahasia umum kalau dia itu hamil duluan," timpal yang lain. Gunjingan mereka lamat-lama namun jelas masih terdengar genda
Read more
Pembalasan dimulai
Semenjak hamil, rasa kantuk acap kali hadir tanpa mengenal waktu.  ***    Untung tadi si Dewi pergi, jadi aku tak perlu repot-repot mencari alasan untuk bisa bertemu dengan Tari.Aku masih menunggu kedatangan Tari, sebelum booking kamar, ia mengajakku ketemuan di salah satu resto yang tak jauh dari penginapan.Sebelum Tari datang, aku tidak memesan apa pun, karena Tari yang akan mentraktir makan siang di restoran ini, sekaligus membayar penginapan. Rasa jenuh dan bosan mendera diri ini.    Aku melambaikan tanganku saat kulihat Tari celingukan mencariku.  "Sudah dari tadi ya, Mas?" "Lumayan, Tar," "Maaf ya, Mas, aku telat,"  Tari mencolek manja daguku, membuat rasa jenuh yang sedari tadi mendera, hilang seketika.  "Iya, Tidak apa, Yang," "Mas, kok, belum pesan apa-apa?" "Mas sengaja nunggu kamu dulu," "Ya sudah aku pesankan ya, kasihan
Read more
Serangan brutal sang arwah
"Kamu sudah gila ya, Dew?"Tak kuhiraukan lagi darah yang mengalir hingga ke leherku. Jangan tanya rasanya bagaimana, perih bukan main.   Tak cukup sampai di situ saja, ia mendekatiku lagi, badanku gemetar bukan main. Ingin berteriak meminta tolong, tapi mulut ini begitu sulit dibuka. Peluh sebesar biji jagung terus berderai membasahi tubuhku. Dewi mengangkat tengannya sejajar ke depan, tubuhku lemas tak mampu barang bergeser apalagi lari. Ia berhasil meraih leherku, dicekiklah hingga nafasku tak sampai di kerongkongan. Kepalaku berdenyut kala kurasakan oksigen dalam paru-paruku kian menipis. "Bismillahhirrohmannirrohim ..."Dalam situasi seperti ini, kenapa hafalan ayat-ayat pendek yang dulu sewaktu kecil pernah kupelajari, hilang seketika dari memori otakku. Terus saja kulafaskan basmalah sebanyak-banyaknya. Hingga saat tubuhku sudah benar-benar tak berda
Read more
DMCA.com Protection Status