"Anggun!" Mas Jody menarik sebelah tanganku. Aku pikir ia tak mengejarku, ternyata salah."Lepas, Mas!" teriakku berontak."Anggun, izinkan aku untuk menemui anak aku. Aku mohon, kasih aku kesempatan sekali aja," kata Mas Jody dengan wajah memelas.Aku tak tahu ia jujur atau bersandiwara. Karena dulu ia yang aku anggap tulus pun, ternyata hanya buaya."Gak! Kamu gak ada hak buat nemuin anak aku. Kamu pikir, kamu siapa, Mas? Selama inipun kamu gak pernah peduli kan?""Itu karena aku gak tau. Kalau aku tahu dari awal kamu mengandung, aku gak akan ninggalin kamu," kata Mas Jody seolah meyakinkan aku.Mas Jody masih memegang sebelah tanganku dengan erat. Semakin aku berusaha untuk melepaskan tangannya, tapi semakin kuat ia mencengkram tanganku. Saat ini, kami sudah berada di depan gerbang kost-kostan.Untung saja, suasana kost-kostan ini lumayan sepi. Kalau tidak, pastilah saat ini kami sudah menjadi pusat perhatian. Tak lama, Rista muncul dari balik pintu kostan, ia berjalan seperti ingi
Aku masih berdiri mematung, meskipun Mas Sony dan juga Naya sudah tak terlihat lagi dari pandangan mataku. Ada rasa sesal yang begitu dalam di hatiku. Andai saja, aku tak melakukan kesalahan fatal, pastilah aku yang saat ini masih bersama Mas Sony, bukan Naya. Betapa beruntungnya Naya, bisa mendapatkan hati mantan suamiku itu.Setiap orang yang lewat di jalan memperhatikan diriku yang terlihat sangat kacau ini. Mereka memandangku dengan tatapan iba. Karena memang saat ini, aku pantas dikasihani.Aku merasa hidup ini terlalu kejam untukku. Meskipun memang ini semua karena kesalahan ku. Tapi, tak adakah sedikit kebahagiaan untukku? Andai saja, Mas Sony bisa memaafkan aku. Pastilah hidupku tak akan berantakan seperti ini.Tapi, semua sudah terlambat. Jika diibaratkan, nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa lagi untuk mengulang semuanya. Apalagi melihat kilat mata Mas Sony yang terlihat begitu benci padaku, pastilah tak akan ada kesempatan kedua untukku. Jangankan kesempatan kedua, di
"Udah, gak usah bahas yang begituan. Kita makan yuk. Mama laper dari tadi nungguin kamu pulang. Chaca sama Clara dari tadi nungguin kamu loh, mereka gak mau makan katanya kalau gak bareng kamu," kata Mama yang sukses membuat hatiku terenyuh.Aku baru sadar, kedua anakku memang masih sangat butuh perhatian dariku. Sebagai seorang Ibu, aku terlalu egois karena hanya memikirkan perasaan ku sendiri. Aku membayangkan, bagaimana sedihnya hidup mereka tanpa adanya seorang Ibu yang menyayangi mereka.Sudahlah ayah mereka tak ada, bagaimana kalau aku tiba-tiba mati meninggalkan mereka? Aku tak bisa membayangkan itu terjadi. Tapi, bagaimana dengan penyakit yang aku derita? Apalagi kalau sampai aku mati."Mama ..." Chaca dan Clara langsung berhambur memeluk tubuhku dengan erat setelah keluar dari kamar. Sepertinya, mereka berdua baru selesai mandi. Terlihat dari rambut mereka berdua yang basah.Aku membalas pelukan kedua anakku dengan penuh sayang. Andai saja, Zahra ada disini, pastilah aku aka
POV Nayaš¹"Wah, ini beneran kalian berdua yang masak?" tanyaku pada Mas Sony dan juga Aska.Mataku mengitari isi meja makan. Ada Ayam goreng, sambel terasi mentah, dan juga berbagai jenis lalapan sesuai dengan keinginanku. Semua terhidang dengan aroma yang menggugah selera. Perut ini pun semakin terasa lapar."Ya beneran lah, Mbak. Masa' bohongan," jawab Aska yang kini sudah duduk di salah satu kursi makan. Disusul Siska yang ikut duduk di samping suaminya itu."Maaf ya, Nay. Ini semua yang masak Aska, aku cuma bantu-bantu nyiapin bumbunya aja. Tapi kamu tenang aja, aku udah belajar tadi sama Aska. Seandainya kamu tiba-tiba pengen dimasakin lagi, aku udah tahu resep dan caranya kok," kata Mas Sony."Iya, Mas, gak papa kok. Yang penting kamu udah usaha, itu udah cukup buat aku," kataku tersenyum. Aku sangat menghargai usaha Mas Sony untuk menyenangkan hatiku. Ia mau berusaha saja, sudah cukup membuatku senang.Bagaimana tidak, Mas Sony yang seorang CEO mau berusaha memasak meskipun i
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu ...Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu ...Karena langkah merapuh tanpa dirimuKarena hati telah letih ...Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh ...Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu ...Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh ...Bayangmu seakan-akan ...š¹Mas Sony memainkan gitar sambil menyanyikan sebuah lagu milik Once yang berjudul Dealova. Ternyata benar yang dikatakan oleh Siska, suara Mas Sony sangat mirip dengan Once. Yang lebih membuatku terpukau, Mas Sony ternyata sangat pandai memainkan gitar.Aku tak menyangka, dibalik wajah dingin Mas Sony, ternyata ada sisi positif dari Mas Sony. Aku merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Sony.Hari ini, kami semua merasa bahagia. Kami semua saling bersenda gurau, dan tertawa bersama. Kedatangan Siska dan Aska membuat suasana rumah menjadi ceria.š»"Mas, Minggu depan ulang tahun Zahra loh," kataku pada Mas Sony.Mas Sony yang sedang mem
POV AuthorSony masih memandang benda pipih yang kini berada di tangannya. Ia bingung, harus mengangkat telepon dari mantan mertuanya itu atau tidak."Kok cuma dilihatin aja, Mas? Kenapa gak diangkat?" tanya Naya, yang bingung melihat suaminya yang malah hanya diam itu."Gak papa, Nay," jawab Sony yang tersadar dari lamunannya."Angkat aja, Mas, siapa tahu Bu Hanin cuma mau menanyakan kabar Zahra," ujar Naya tersenyum. Padahal dalam hati, Naya pun juga resah.Sony mengangguk, dan segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat telepon dari mantan mertuanya itu."Assalamualaikum," ucap Sony, setelah telepon terhubung.["Waalaikumsalam, bagaimana kabarmu, Son?"] tanya Bu Hanin dari seberang telepon. Hati Bu Hanin sebenarnya gelisah, antara takut dan juga bimbang. Jika bukan karena Anggun yang memaksanya untuk menghubungi Sony, ia tak akan mau melakukannya. Disisi lain, Bu Hanin takut, Anggun membuat ulah lagi dan justru membuat namanya dan suaminya kembali buruk di mata keluarga Bu Mays
"Bagaimana menurut Ibu?" tanya Sony.Sony menceritakan pada Bu Maysaroh tentang Bu Hanin yang menghubunginya semalam, saat sarapan pagi ini. Bu Maysaroh menghela nafas dalam. Ia takut ini hanyalah siasat Anggun untuk bertemu dengan Sony.Tanpa sepengetahuan Naya dan juga Sony, Bu Maysaroh diam-diam menyelidiki kehidupan Anggun saat ini. Bu Maysaroh terkejut, mendengar tentang kehidupan rumit yang dijalani Anggun saat ini dari orang kepercayaannya. Bu Maysaroh pun tahu, bahwa Anggun kini telah bercerai dari Kenzie. Yang tak lain adalah mantan suami Naya.Bu Maysaroh tak ingin menceritakan ini pada Sony dan Naya. Bu Maysaroh takut, jika Naya tahu, justru malah menjadi beban pikiran untuk menantunya yang kini sedang hamil itu. Maka dari itu, Bu Maysaroh memiliki rencana sendiri agar Sony tak perlu bertemu dengan Anggun."Kalian gak perlu khawatir. Biarkan Ibu saja yang mengurus masalah Anggun. Kita fokuskan untuk ulang tahun Zahra saja ya," jawab Bu Maysaroh berusaha tersenyum."Tapi, Bu
Sambil memberikan penjelasan kepada Zahra secara perlahan, Bu Maysaroh melirik ke arah Anggun. Bu Maysaroh melihat Anggun yang kepalanya terlihat sedang celingukan seolah sedang mencari sesuatu. Tepat seperti dugaan Bu Maysaroh, ia yakin, saat ini Anggun pasti sedang mencari keberadaan Sony.Bu Maysaroh menggelengkan kepalanya pelan, ia tak menyangka, Anggun memang memiliki niat lain selain ingin bertemu dengan Zahra. Dalam hati, Bu Maysaroh berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan selalu melindungi keutuhan rumah tangga Sony dan juga Naya.Bagaimanapun juga, Bu Maysaroh adalah orang yang meminta Naya untuk menjadi pendamping hidup Sony. Maka dari itu, ia tak akan membuat hati Naya kecewa. Naya adalah menantu kesayangannya, tak akan ia biarkan siapapun mengganggu kehidupan rumah tangga anak dan mantunya."Kamu cari siapa, Nggun?" tanya Bu Maysaroh pada Anggun. Karena sedari tadi, Anggun masih saja celingukan tak jelas."Eh, oh, hmm ... maaf, Bu, apa Mas Sony gak ikut datang kemari